LIFE

8 November 2020

Brigitte Macron Membuka Kehidupannya Di Istana Élysée


Brigitte Macron Membuka Kehidupannya Di Istana Élysée

Ada banyak pemberitaan mengenai Brigitte Macron, kendati ia sendiri tak pernah mengungkap banyak hal di depan publik. Untuk pertama kalinya, istri Presiden Republik Perancis tersebut mengungkap cerita masa kecilnya, kisah cintanya, kehidupannya di istana Élysée, serta keraguan dan perjuangan yang ia lalui. Sebuah kisah tentang seorang perempuan yang berjiwa bebas.

Selama ini, kisah Brigitte Macron sering kali disalahtafsirkan. Namun, Brigitte Macron seolah tidak terpengaruh. Ia perempuan yang memiliki kebebasan untuk berbicara di istana Élysée. Ia tidak menghindari pertanyaan apa pun, menjawab dengan lugas, dan tidak pernah berpura-pura. Terlebih, ia seseorang yang spontan, mudah tertawa, memiliki empati, dan menarik hati. Tatapan Brigitte yang tajam dan serius seolah bertentangan dengan senyumannya yang lebar. Ia tahu betapa pentingnya posisi yang ia miliki, kendati kerap dikelilingi dengan ketidakpastian, harapan yang berlebihan, dan kritik yang menjatuhkan. Brigitte menyembunyikan keraguannya. Setiap merasa cemas, hanya ada satu pelariannya: bekerja. Setiap pagi di kantor, ia memulai hari dengan menulis jadwal di atas selembar kertas.

Menikah dan memiliki tiga anak, ia menjalani kehidupan hingga bertemu dengan seorang laki- laki yang berusia 24 tahun lebih muda darinya. Tiada yang menentukan takdirnya untuk hidup dalam kisah percintaan yang ‘tak masuk akal’ ini. Namun, kini ia menjadi simbol di dunia. Dan dalam tiga bulan menjalani hidup sebagai seorang Ibu Negara, ia menemukan tempat yang tepat. Brigitte adalah segalanya bagi Emmanuel Macron. Dan ia siap menanggung segala konsekuensinya.

Anda telah memasuki kehidupan di istana. Bagaimana Anda memahami perubahan tersebut?

“Emmanuel dan saya terbiasa melakukan hal-hal yang luar biasa. Kami selalu bertanya- tanya, apa petualangan kami selanjutnya. Hal ini telah berlangsung selama 20 tahun. Awalnya saya bingung saat masa-masa putaran kedua pemilihan. Banyak yang percaya bahwa setelah putaran pertama, kami sudah menang. Sesungguhnya, kami tidak pernah terlalu memikirkan hal tersebut.”

brigitte macron interview - first lady of french president macron
photography MARK SELIGER

Apa yang Anda rasakan setelah menjadi Ibu Negara?

“Istilah ‘Ibu Negara’ merupakan terjemahan ekspresi warga Amerika. Suatu istilah yang tidak terlalu menyenangkan bagi saya. Ketika mendengarnya, saya selalu bertanya, siapa yang sedang kita bicarakan? Saya tidak merasa sebagai Ibu Negara. Saya adalah Brigitte Macron. Ketika Pastor Pedro dari Madagaskar menemui saya, ia bertanya, ‘Bagaimana saya harus memanggil Anda?’. Saya menjawab, ‘Brigitte’. Sama halnya ketika saya memanggil Melania Trump dengan nama depannya. Ia sosok perempuan yang peduli dengan pendidikan dan selalu melakukan hal-hal positif. Saya kerap bertukar cerita dengan beberapa pasangan kepala negara. Mereka semua ingin bermanfaat bagi orang banyak. Khususnya María Clemencia Rodríguez Múnera, istri Presiden Kolombia. Saya turut berkomitmen untuk bekerja sama dengan perempuan- perempuan lainnya, seperti Putri Marie dari Denmark dan Alice Albright, CEO Global Partnership for Education.”

Suami Anda bilang, Anda bagai ‘benang yang menghubungkannya ke kehidupan nyata’. Bagaimana Anda membawa diri di dalam kehidupan sebagai Ibu Negara?

“Saya perempuan yang sama seperti Anda. Status dan kehidupan yang saya jalani saat ini hanya berlangsung sementara dan tidak mengubah persepsi saya mengenai dunia. Emmanuel sibuk bekerja dan ia selalu terhubung dengan dunia dan realitas. Jabatan sebagai presiden adalah kekuasaan yang dijalankan dengan hati.”

Anda pernah mengatakan bahwa generasi muda yang diberikan tangga masa depan akan ‘meledak’ pada suatu hari nanti.

“Tanpa pendidikan, saya tidak tahu cara lain untuk memajukan bangsa. Jika berhasil, maka kita dapat bersama mengubah hidup dan masa depan.”

Apa tindakan nyata yang Anda lakukan?

“Saya ingin melihat apa yang sesungguhnya sedang terjadi dan apa yang keliru. Saya pergi ke Gustave-Roussy Institute di Villejuif untuk memahami bagaimana agar anak-anak yang dirawat di rumah sakit tetap bisa berangkat ke sekolah. Ini merupakan pengalaman pertama saya. Dan segala sesuatu mengenai edukasi dan sekolah selalu membuat saya bersemangat. Sebab sekolah adalah tempat yang inklusif, tempat kita belajar dan hidup.”

photography MARK SELIGER

Apa yang Anda senangi dari mengajar?

“Ketika anak ketiga saya lahir, saya ingin melakukan hal lain. Seorang teman memberi tahu bahwa sebuah akademi di Strasbourg sedang mencari guru. Karena memiliki gelar Master dalam bidang sastra, maka saya mendaftar dan akhirnya terpilih. Saya tiba di kelas di mana saya harus mempelajari grammar Prancis. Padahal saya hanya mempelajari literatur. Saya menghabiskan 15 hari tanpa tidur dan hanya bekerja. Bagi saya, mengajar adalah kesenangan dan bahkan merupakan suatu kebanggaan. Saya tidak pernah merasakan hal yang lebih baik selain saat ke luar kelas yang telah berjalan lancar. Sebab ketika kelas berjalan kurang baik, artinya kita kehilangan kesempatan untuk berbagi pengetahuan.”

Anda bertemu keluarga korban serangan di Nice. Bagaimana persiapan Anda sebelumnya?

“Sesungguhnya kami tidak pernah merasa siap. Kematian adalah hal yang menakutkan. Seorang ayah dengan bayi berusia 2 bulan dalam gendongannya mengatakan, ‘Ibu, saya memiliki anak kecil.’ Kami lantas meminta maaf karena tidak bisa mengatakan apa-apa. Bagaimanapun, keluarga-keluarga ini ingin membangun kembali hidupnya dengan berbagai cara.”

Tagar #ilestmariéavecunefemmequia24 ansdeplusquelui (#iamenikahdenganperempuanyangberusia24tahunlebihtua darinya) ramai di Twitter. Anda telah menjadi ikon karena menikah dengan Emmanuel. Apakah Anda menganggap diri sendiri sebagai simbol?

“Tidak, karena satu-satunya ‘kesalahan’ Emmanuel adalah ia lebih muda. Hal tersebut jadi lelucon di antara kami. Saya dan suami tidak pernah menghiraukan soal perbedaan usia. Saya sendiri tidak pernah tertarik dengan laki-laki yang lebih muda, tidak pernah ada dalam pikiran saya sebelumnya. Dan Emmanuel tidak pernah ada dalam pikiran saya.”

brigitte macron interview - first lady of french president macron
photography MARK SELIGER

Apakah Anda menjalani hidup sebagai seorang transgresif?

“Tidak sama sekali. Secara perlahan, saya meyakinkan keluarga saya bahwa kisah ini terjalin tanpa tergesa-gesa. Dengan ketenangan, Emmanuel membuat keluarganya percaya dan yakin. Kami tidak merusak segalanya bahkan jika kami harus memecahkan banyak hal. Bagaimanapun, perpisahan tidak pernah menyenangkan. Saya menyadari bahwa saya telah menyakiti anak-anak, dan itulah yang paling saya sesalkan. Tetapi saya tidak dapat mengubahnya. Ada saat-saat dalam hidup dimana Anda harus membuat pilihan penting. Dan bagi saya, terpisah usia 20 tahun itu tidak menjadi sebuah masalah. Saya bahagia dengan anak-anak saya dan, pada saat bersamaan, saya merasa harus menjalani kisah cinta ini, yang dikatakan Prévert (seorang penyair puisi Jacques Prévert), dengan sepenuhnya bahagia.”

Emmanuel berkata, “Saya tidak akan sukses dalam lima tahun jika Brigitte tidak bahagia.” Bagaimana menurut Anda?

“Emmanuel peduli dengan orang lain. Ia tidak sampai hati menyakiti orang-orang di sekitarnya. Sama halnya terhadap anak-anak, ia selalu mengkhawatirkan dan sering bertanya kabar mereka setiap hari. Saya sendiri merasa cukup mudah untuk merasa bahagia. Apakah Anda
ingat Le Mondain karya Voltaire? Tertulis bahwa kebahagiaan adalah di mana saya berada. Itu yang saya yakini sebagai prinsip hidup.”

Keluarga tampaknya menjadi sumber kebahagiaan Anda. Dapatkah Anda melihat mereka seperti dulu, kendati Anda kini sibuk bekerja di Elysée?

“Ya, saya tetap menghubungi dan menemui mereka. Jelas, Emmanuel agak berkurang waktunya untuk bertemu. Awalnya ia mengajak anak-anak ke
toko buku, tetapi setelah beberapa saat, mereka bilang kepadanya, ‘Ayah, mainan itu juga ada di sana!’ Yang terbaik adalah ketika ia menceritakan dongeng sebelum tidur, tetapi ia malah tertidur sebelum anak-anak pulas. Mereka kemudian membangunkan ayahnya untuk melanjutkan cerita dongengnya.”

Photography Soazig de la Moissonnière via Instagram.com/@soazigdelamoissonniere

Selama kampanye, Anda dikritik. Kini ia telah menjadi Presiden. Apakah Anda masih memiliki kebebasan untuk berbicara?

“Saya menyampaikan pendapat dan ia melakukan apa yang ia inginkan. Hal terpenting adalah untuk tidak pernah menyakitinya. Saya sempat terpikir, jika kehadiran saya merumitkan tugas kepresidenannya, maka saya akan ‘menghilang’. Saya tentu akan selalu berada di sisi suami saya, tetapi saya akan menjaga jarak.”

Istilah Ibu Negara, yang mulai diterapkan sejak masa pemerintahan suami Anda, menimbulkan kontroversi. Bagaimana Anda menyikapinya?

“Mengenai status Ibu Negara, kalian dapat melihat janji dan komitmen saya di situs Élysée, sehingga warga Prancis tahu persis apa yang saya lakukan. Transparansi menjadi hal utama, yang menjelaskan bahwa saya tidak dibayar ataupun digaji, sekaligus tidak ada visi dan misi terkait status Ibu Negara. Seperti para pendahulu, saya akan menjalani peran publik dan warga Prancis akan tahu seperti apa fungsi saya.”

Michelle Obama berkata, “Menjadi Ibu Negara adalah sebuah berkah karena Anda mendefinisikan peran tanpa harus terpilih.” Apakah menurut Anda benar demikian?

“Orangtua saya pernah mengajarkan bahwa ketika menerima sesuatu, saya harus mengucapkan terima kasih. Namun rasanya sudah sangat jelas bahwa, orang-orang Prancis memilih Emmanuel. Mereka tidak memilih saya, kendati mereka tahu bahwa kami berdua adalah pasangan suami istri.”

Anda menghadiri upacara penghormatan kepada Simone Veil. Apakah ia berperan dalam membangkitkan kesadaran dan pemahaman feminisme Anda?

“Apa yang ada di telinga saya adalah degupan jantung saat oposisinya berbicara di Majelis Nasional ketika pemilihan suara dalam melegalisasikan hukum terkait aborsi. Saya tidak akan pernah
lupa sekaligus sangat tertegun dengan semua responnya. Saya bertemu Simone Veil dua kali. Kami tidak berbicara banyak. Ia selalu membawa sesuatu dalam hidupnya, termasuk kehadirannya. Saya akui bahwa saya selalu lebih terpesona dan kagum dengan kisah perjalanan seorang perempuan dibanding laki-laki. Saya pikir saat ini ada banyak feminis yang menunjukkan bahwa perempuan lah yang berpotensi menemukan jalan keluar dari permasalahan-permasalahan yang ada di dunia. Jika feminis memang demikian adanya, saya setuju. Namun tak berarti saya menentang laki-laki.”

Anda menerima 140 surat setiap harinya. Apakah isinya?

“Banyak orang menceritakan kepada saya tentang apa saja kesulitan yang mereka temui sehari-hari dalam hidupnya. Mendengar kisah-kisah tersebut seperti menggerakkan saya untuk bertindak dan berbuat sesuatu untuk mereka. Dan karena itu, saya ingin terus terhubung dengan masyarakat Prancis agar dapat mengetahui persoalan-persoalan hidup mereka.”

Ada rumor bahwa Anda tidak mau menghabiskan malam terpisah dengan suami Anda. Apakah itu benar?

“Kami tidak terlalu menyukainya rumor tersebut. Emmanuel selalu berada di samping saya. Dan akan selalu seperti itu. Kami hidup sama halnya seperti pasangan lainnya. Sejak kami bertemu, ada kalanya kami berbeda pendapat. Kami bertengkar, lalu berhenti berargumen. Hubungan kami sangat cair dan tidak pernah terlalu mengkhawatirkan apa pun. Dahulu saya sangat kacau, tetapi berubah sejak bertemu Emmanuel. Saya pun tidak dapat menjelaskannya. Bagi kami, adalah kebetulan bahwa kami memiliki perbedaan usia yang cukup jauh.”

text ERIN DOHERTY, OLIVIA DE LAMBERTERIE