22 April 2025
Happy Salma: Manusia dan Alam adalah Kesatuan Entitas

text by Happy Salma (Alicia Tubilewicz (IMG Models) photography by Valentina Quijada for Elle Indonesia August 2021; styling Francesca Lopresti; makeup & hair Madeline Rouge)
Suatu ketika, saya merasakan ketenangan luar biasa saat menginjakkan kaki di situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Bukan hanya karena keindahan alamnya atau suasana yang hening, tetapi ada sesuatu yang lebih dalam. Di antara tanjakan terjal dan batu-batu yang usianya entah sudah ribuan tahun, seolah ada bisikan yang bercerita. Saya merasa, Sang Pencipta telah meletakkan banyak kebaikan di dunia ini—yang dapat kita temui di mana saja, jika kita cukup peka untuk merasakannya.
Kita adalah satu kesatuan dengan alam raya. Saya menyadari bahwa bukan hanya batin saya yang merasa damai saat berada di tempat itu, tetapi juga akal saya yang seolah memahami betapa panjangnya sejarah yang tersimpan di sana. Para peneliti masih mencari jawaban ilmiah tentang asal-usulnya, tetapi bagi seorang pengunjung seperti saya, cukup dengan hati yang terbuka, kita bisa memahami banyak hal tanpa perlu menjadi ahli. Alam memiliki cara tersendiri untuk menyentuh jiwa kita, tanpa kata-kata.
Cobalah untuk diam sejenak di tengah alam. Jika kita benar-benar tenang, kita akan merasakan sebuah orkestrasi yang membuat kita merasa dicintai dan tidak sendiri. Saya percaya, salah satu penyebab banyaknya orang yang mengalami kecemasan atau depresi adalah karena mereka kehilangan hubungan dengan alam. Kita terjebak dalam kesibukan, terasing dari harmoni semesta. Tanpa hubungan yang erat dengan alam, kita menjadi takut, kehilangan kepercayaan, dan akhirnya kehilangan harapan.
Eliza (Amor Models) photography by Ifan Hartanto for ELLE Indonesia January 2020; styling Ismelya Muntu.
Kita dan alam adalah satu. Kita adalah bagian darinya, dan bagaimana mungkin kita tega menyakiti sesuatu yang sejatinya adalah bagian dari diri kita sendiri? Kita telah melihat banyak bukti bahwa saat alam dan makhluk hidup lainnya terluka, manusia pun ikut merugi. Karena itu, saya semakin yakin bahwa kehidupan ini sejatinya adalah sebuah perjalanan suci.
Mungkin hanya manusia yang diberi kedalaman spiritual—sebuah kesadaran yang tidak dimiliki oleh hewan. Binatang bisa marah, tersinggung, atau merasa terancam, tetapi mereka tidak melakukan sesuatu demi mencari ridho Sang Pencipta. Manusia berbeda. Kita memiliki batin yang bisa disentuh, yang mampu merasakan makna yang lebih besar dari sekadar keberadaan fisik. Dan sering kali, kesadaran spiritual itu muncul saat kita menyadari peran kita di alam semesta ini.
Spiritualitas tidak bisa dipaksakan. Ia datang kepada mereka yang siap menerima. Ia muncul ketika kita berani menyelami batin dan memahami tempat kita di dunia. Semakin banyak kita mengalami dan belajar, semakin luas pemahaman kita tentang kehidupan. Dan semakin tinggi ilmu seseorang, semakin ia menyadari betapa kecil dirinya dibandingkan dengan alam raya. Pada titik itu, tidak ada lagi kebanggaan semu, tidak ada lagi perasaan lebih unggul dari makhluk lain.
Eliza (Amor Models) photography by Ifan Hartanto for ELLE Indonesia January 2020; styling Ismelya Muntu.
Para leluhur kita telah mengajarkan banyak hal tentang keseimbangan alam. Mereka memahami bahwa menjaga harmoni dengan alam adalah kunci keselamatan. Ajaran ini tidak hanya disampaikan lewat kata-kata, tetapi juga melalui berbagai bentuk seni, seperti tarian, sastra, dan salah satu contohnya adalah pertunjukan wayang.
Ornamen-ornamen dalam pertunjukan wayang kulit telah lama menggambarkan keterkaitan manusia dengan alam semesta. Gunungan atau kayon, yang membuka dan menutup setiap lakon, adalah simbol dari alam semesta itu sendiri. Di dalamnya, ada gambaran Bumi, hutan, binatang, dan manusia beserta peristiwa hidupnya.
Warisan budaya seperti ini bukan sekadar hiburan, tetapi sebuah ekosistem pengetahuan yang mengajarkan kebijaksanaan. Ia adalah pengingat bahwa manusia selalu memiliki jalan pulang—kembali kepada keseimbangan. Namun, kita sering kali terjebak dalam perspektif kita sendiri tentang kebenaran. Kita yakin dengan sudut pandang kita, tanpa menyadari bahwa kenyataan bisa saja berbeda dari apa yang kita pegang teguh.
Alicia Tubilewicz (IMG Models) Photography By Valentina Quijada For Elle Indonesia August 2021; Styling Francesca Lopresti; Makeup & Hair Madeline Rouge.
Semesta telah memberikan petunjuk-petunjuknya, tinggal bagaimana kita membuka diri untuk melihat dan merasakannya. Jika kita ingin menemukan falsafah hidup yang sejati, kita hanya perlu mendekat pada alam.
Mungkin mulailah dengan hal-hal sederhana. Berjalanlah di pekarangan rumah, amati dedaunan yang tertiup angin, perhatikan bagaimana bunga bermekaran, atau sekadar duduk diam mendengarkan suara alam. Jika kita benar-benar hadir dalam momen-momen kecil itu, kita akan menemukan keajaiban. Jiwa, pikiran, dan tubuh kita akan mencari keseimbangan secara alami. Dan pada akhirnya, kita akan memahami bahwa kita tidak pernah sendiri—kita adalah bagian dari alam, dan alam adalah bagian dari kita.