LIFE

14 Februari 2025

Andini Effendi: Menjadi Single ialah Pilihan, Bukan Kegagalan


Andini Effendi: Menjadi Single ialah Pilihan, Bukan Kegagalan

Kukua Williams (Premier Model Management) photograph by Rasmus Weng Karlsen for ELLE Indonesia December 2024; styling Natasha Wray; makeup Joey Choy; hair Christos Bairabas

I SHOULD NOT be a champion for single ladies

Beneran deh. You don't want to be like me. Jadi perempuan single di Indonesia itu penuh stigma. "Pasti dia ini deh...", "Oh dia kan sama si itu...", "Terlalu milih sih..." dan masih banyak penilaian lain. Saya akhirnya sampai pada kesimpulan, tidak semua orang senang melihat orang lain bahagia.

Mari kita ulik kenapa saya bisa sampai di posisi umur +40 tahun, belum menikah dan punya anak, dan bahagia dengan situasi ini. Seperti perempuan pada umumnya, saya melewati begitu banyak perjalanan cinta. Sebagian besar dari itu adalah hubungan yang begitu panjang, lama dan sampai di titik dragging. Katanya sih Sagitarius memang senang "terjebak" dalam hubungan yang lama. Kalau melihat ke belakang, mungkin saya terjebak dalam zona nyaman dan kekhawatiran untuk move on. Bisa ketemu lagi enggak ya dengan yang lebih baik dari yang sekarang? Duh, nanti enggak ada lagi yang mau sama aku, dan seterusnya. Saya bahkan dulu berpikir untuk move on, kita perlu orang baru untuk menggantikan pasangan pada saat itu. Akhirnya malah jadi lingkaran setan.


Qun Ye (Next Management) photograph by Park Jong Ha for ELLE Indonesia December 2024; styling Kim Myeong Min

Bagaimana akhirnya saya berani untuk jadi single? Jujur bukan perjalanan yang mudah. Ketergantungan pada seseorang itu sama seperti ketergantungan pada gula. Walau kita bukan sweet tooth pun, akan selalu butuh yang manis di lidah kita. Saya akhirnya sadar bahwa sendirian itu bukan berarti kesepian. Daripada berpasangan tapi tidak berbahagia dan tidak bisa menjadi diri sendiri, maka lebih baik sendirian.

Ternyata menjadi single di usia yang menurut publik Indonesia sudah tua menjadi sesuatu yang kini mainstream. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 mencatat angka pernikahan di Indonesia terus mengalami penurunan selama sepuluh tahun belakangan. Pada 2023 terdapat 1,58 juta pernikahan di dalam negeri, yang berarti turun 7,51% dibanding 2022 (year-on-year). BPS juga menyebut, jumlah perempuan yang menjadi tenaga profesional terus meningkat 13 tahun terakhir. Apakah ini artinya perempuan berani bersikap untuk mengutamakan dirinya?

Eva Hardwick (Chic) photograph by Jeremy Choh for ELLE Indonesia September 2024; styling Fleur Egan.

Rani Anggraeni Dewi, seorang konsultan pranikah dan terapis hubungan pasangan, memuat nasihat dan filosofi pernikahan yang berkesadaran (conscious marriage) dalam perbincangannya di YouTube channel saya menjelaskan 5 kesalahan yang biasa terjadi dalam hubungan: pertama, tidak cukup menggali latar belakang hidupnya (background keluarga, pola asuh orang tuanya, life values atau norma hidupnya, dan bagaimana intimacy dalam keluarga. Kemudian terkadang kita hanya fokus pada points of connection (persamaan dalam lifestyle, hobi dan kesukaan yang serupa, berbagi perspektif, dan punya tujuan hidup serupa, dan oh, seagama-duh).

Ada lagi yang paling klasik tapi memang mendasar, yaitu terpesona pada penampilan luarnya. Fisiknya oke banget, sopan, sophisticated, berkelas, sudah jadi partner di firm, lulusan Ivy League dan seterusnya. Saking jatuh cintanya, sampai-sampai red flags diabaikan. Kalau kata Tante Rani, kita mengabaikan potensi problem misalnya cara menangani masalah, disiplin, time management. Terakhir, bucin! Jatuh cinta yang bikin impulsif dan menggebu-gebu.

Lee Ju Won photograph by Yoon Song Yi for ELLE Indonesia November 2024; styling Son Da Yea.

Rani juga menulis buku berjudul Untuk Apa Menikah. Jangan sampai kita menikah karena alasan yang salah misal tuntutan orangtua, lingkungan, agama, atau kelamaan pacaran. Dalam sesi konsultasi, Tante Rani juga menanyakan itu kepada saya. Kenapa Andini ingin menikah? Saya menjawab, karena saya ingin bersama seseorang yang bisa menjadi partner untuk membesarkan anak-anak yang kuat, independen, bermanfaat bagi lingkungannya. Saya melihat hal itulah yang dilakukan kedua orangtua saya dan saya yakin mereka butuh satu sama lain untuk bisa membesarkan kami anak-anaknya.

Saya selalu melihat menikah adalah untuk jangka panjang dan saya tidak melihat potensi jangka panjang pada para mantan saya. Dan menurut Tante Rani, itu alasan yang tepat mengapa harus menikah. Untuk jangka panjang dan berdampak. Karena pernikahan bukanlah jeruji namun sebuah fondasi.

Eva Hardwick (Chic) photograph by Jeremy Choh for ELLE Indonesia September 2024; styling Fleur Egan.

Salah satu perempuan yang kehidupan single-nya berbuah menjadi sebuah buku fiksi The Overqualified Leftover Club, Margareta Astaman, bercerita di YouTube channel saya. Ketika dihujani pertanyaan mengapa belum menikah, salah satu temannya justru nyeletuk, "Kalau menikah semua orang pasti bisa tapi yang jualan buah manggis sampai ke Rusia cuman elo, Margie." Memang Margie selain sebagai penulis, pekerjaan utamanya adalah eksportir buah tropis ke Eropa. Margie memang belum 40 tahun tapi tidak terbesit ketertekanan di dalam dirinya untuk menikah. Menurut Margie, cukupnya setiap orang berbeda. Dan cukup itu tidak selalu dalam keadaan berdua.

Bagi pembaca yang sudah menikah, good for you!

Lee Ju Won photograph by Yoon Song Yi for ELLE Indonesia November 2024; styling Son Da Yea.

Tidak semua perempuan bisa di posisi kalian yang sudah menemukan pasangan dan bahagia. Bagi kalian yang kepikiran mau menikah jadi berpikir ulang, also good for you! Mungkin tulisan ini jadi pengingat untuk jangan pernah menghiraukan intuisi. Anugerah terbesar kita sebagai manusia adalah kata hati yang sebenarnya selalu memberi tahu kita akan segala jawaban yang dinanti.

Jadi untuk para single woman yang ditanya kenapa belum menikah, maka coba jawab seperti ini, sama alasannya dengan kenapa kita belum mati? Karena memang belum waktunya.


Tulisan Andini Afindi ini perdana terbit dalam artikel "Opinion" majalah ELLE Indonesia Februari 2025.