LIFE

26 September 2025

Happy Salma: Seni adalah Arti Jiwa Sebenarnya


Happy Salma: Seni adalah Arti Jiwa Sebenarnya

model Jasmine Kusuma (IVY Model) photography by Julius Juan Justianto for ELLE Indonesia October 2025; styling Ismelya Muntu; fashion Era Soekamto (gaun one-shoulder batik), Subeng Klasik (anting).

Mengapa seni itu penting dan apa perlunya di saat kehidupan terasa berat oleh hal-hal utama dalam hidup?

Hal utama di sini adalah kebutuhan hidup yang menjadi fondasi, seperti bagaimana kita mencukupi kebutuhan pokok: sandang, pangan, papan. Semakin menuanya dunia dengan aneka kesempatan yang sempit, untuk memenuhi kebutuhan utama itupun rasanya waktu habis menguap berkejaran dengan aneka tenggat waktu, persaingan, dan ritme hidup yang semakin cepat. Sebab aneka berita dan informasi diproses dengan instan, asal cepat.

Lalu pertanyaannya, apa kemudian pentingnya seni dalam hidup yang serba cepat: mengejar target dan mengisi kebutuhan hidup utama? Seni adalah sebuah bagian penting dari waktu. Bayangkan di saat kita hadir menjadi bagian dari seni itu, baik menikmati unsur seni yang membutuhkan indra pendengaran atau penglihatan, seperti: mendengarkan musik, lagu, atau narasi (cerita) kisah, sajak, syair, atau mengamati lukisan, patung atau memperhatikan motif pada kain juga perhiasan: maka elemen di dalam tubuh pun dipaksa untuk diam, menyimak, menghayati, dan merasakan. Dan waktu pun terseret olehnya. Di saat semua tergesa-gesa atau asyik bermain gawai, hingga ruang dan waktu tersedot olehnya. Maka apalah kegunaan makna seni itu bagi tubuh, seolah tak ada arti. Sebab seni sebetulnya adalah bagian dari waktu yang dimaknai dengan mendalam: bagian dari terapi tubuh untuk mengenali indra lainnya. Karena itu apabila bicara seni, maka sebetulnya dia adalah bagian dari proses kita mengenali diri kita sendiri dan anggota tubuh kita sendiri.

fashion Deden Siswanto (gaun), Dibba (tas).

Seni adalah arti jiwa sebenarnya bagi saya.

Bukan hanya sekadar tontonan atau hiburan, tetapi lebih dari itu. Bahkan leluhur kita yang mahadahsyat itu sudah menggunakan seni sebagai metode untuk mengenali diri mendalam lewat fungsinya sebagai makhluk yang hidup atau bagian dari alam semesta. Contohnya bagaimana aneka musik di setiap daerah di Tanah Air memliki ciri khas tersendiri, ragam lirik atau motif dalam pakaian, perhiasan, kisah kesusastraannya selalu menceritakan kehidupan manusia dan hubungan orkestrasinya pada alam semesta. Sebenarnya bila kita telaah. Darinya saja maka kita bisa mengenali siapa kita, di mana kita, dan apa peran kita. Bahkan hubungan kita pada masa lampau terjalin erat.

Seni adalah pondasi utama untuk segala cikal-bakal kepribadian manusia yang berhubungan dengan lingkungannya, masyarakatnya, sistem pemerintahannya bahkan bangsanya. Dan bila mengingat hari sekarang yang semua serba terburu waktu dan tak diberinya ruang untuk diam dan menghayati diri lewat seni sungguh merugi. Sebab tandanya kita sedang menjauhkan jiwa kita dengan tubuh kita. Hanya tubuh yang bergerak lepas mengejar mimpi dunia, sedang jiwa kering. Maka hanya seonggok daging saja kehadiran kita di dunia.

Bila seni menjadi makanan batin, kehidupan sama pentingnya seperti kita makan dan minum, maka hidup rasanya seperti akan bisa tercukupi. Tidak melulu semua bermuara pada materi. Lihat. Betapa beruntungnya kita berada di alam Indonesia yang maha kaya, yang dilimpahkan warisan budaya serta aneka ragam tradisi dari tiap daerah di Indonesia: tercatat ada 38 provinsi yang kita miliki sekarang. Maka di dalam 38 provinsi tersebut, ada aneka karakter bahasa, nada, gerak tari, filosofi, dan kesusastraan yang mewakili kisah kehidupan manusianya.

fashion Dibba (bustier), Subeng Klasik (anting), Denny Wirawan (rok).

Namun semua itu tidak ada faedahnya selama diri hanya sibuk mengejar waktu dan hanya melakukan kegiatan yang berhubungan dengan fisik. Jadi, seni itu bagi saya adalah pondasi jiwa, sangat menentukan kualitas hidup seseorang yang dimana bukan hanya memunculkan kesadaran rasa dan empati pada dirinya, makhluk lainnya, dan bila sudah begitu, pasti pun pada Tanah Airnya.

Namun bagi saya yang utama, sadarilah semua itu berawal di semesta paling kecil, yaitu kesadaran tiap individu untuk meluangkan waktu, memberi jarak, dan meleburkan diri pada seni kehidupan memberi makan jiwa. Dengan begitu, maka akan dengan sendirinya kualitas diri kita sebagai manusia akan tumbuh merekah, mencari terus-menerus, dan Tanah Air yang kaya ini telah menyediakan lewat aneka bentuk ekspresi lewat aneka seni yang bahkan lahir dari ratusan tahun silam.

Dan jiwa yang telah sadar akan kebutuhan kebahagiaan jiwanya akan menemukan dirinya, menjadi jiwa yang bukan hanya mencintai dirinya, namun alam dan bangsanya. Nasionalisme itu pun muncul dari ceruk terdalam, bukan muncul karena slogan atau gaya-gayaan. Mencintai aneka bentuk seni adalah menjadi bagian dari pribadi. Sebagai jalan ikhtiar untuk memahami diri yang menjadi bagian dari kosmik alam semesta.