22 April 2025
Tiza Mafira: Mencintai Bumi dengan Kebiasaan 'Reuse'

text by Tiza Mafira; (photography:Lee Ju Won photograph by Yoon Song Yi for ELLE Indonesia November 2024; styling Son Da Yea)
Kehidupan masa kini membuat masyarakat kerap ingin hidup serba mudah dan cepat. Sehingga kita melupakan cara-cara untuk mencintai Bumi dan lingkungannya. Perlu diingat bahwa sampai saat ini sampah plastik sudah menggunung di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang dan TPA lainnya. Fakta lainnya, tahun 2023 ada lebih dari 20 TPA mengalami krisis kebakaran akibat salah olah dan terlalu penuh.
Cara terbaik untuk menanggulangi sampah adalah dengan mencegahnya. Dan kita bisa mencegahnya dengan menjalankan gaya hidup guna ulang atau reuse. Saya memiliki prinsip dalam hidup, aturan pertama yaitu hidup ramah lingkungan adalah selalu menggunakan apa yang sudah dimiliki atau reuse. Mengurangi konsumsi dan selalu mawas diri terhadap apa yang kita beli dan konsumsi.
photo Getty Images.
Saya mulai fokus menjalani gaya hidup reuse sejak pandemi Covid-19. Saat itu saya merasa sedih dengan begitu banyak plastik yang telah digunakan. Salah satunya saat saya memesan makanan lewat aplikasi pengantar makanan. Ketika sampai di rumah, makanan yang saya pesan itu dibungkus dengan kantong plastik dua lapis dan diikat cable tie berbahan plastik. Restoran membungkus semua piring, sendok dan garpu dengan plastik. Kemudian tidak ada lagi layanan cangkir di toko kopi kesayangan, kedai kopi hanya menyediakan gelas plastik sekali pakai. Anehnya, setelah pandemi berakhir, kebiasaan buruk tersebut masih tetap berlanjut hingga kini.
Saya bertekad untuk tidak membiarkan tsunami plastik sekali pakai itu membanjiri kehidupan saya. Guna ulang itu sesungguhnya mudah, nyaman, bersih, dan dekat dengan budaya kita. Saya bersyukur masih bisa beli minuman di mbok penjual jamu yang sering lewat di depan rumah saya dengan gelas kaca yang mereka sediakan. Saya juga bersyukur masih bisa memesan makanan rantangan di catering, yang kemudian bisa dikembalikan rantangnya. Prinsip guna ulang adalah pakai-habiskan-kembalikan. Prinsip ini mirip penggunaan air galon yang harus dikembalikan setelah airnya habis terpakai atau gas elpiji yang dikembalikan dan diisi ulang setelah habis.
Lily Sumner (Next Models) photography by Steff Galea for ELLE Indonesia October 2023; styling Aurelia Donaldson; makeup Anna Payne; hair Yoshitaka Miyazaki; set design Phoebe Shakespeare.
Inilah yang kemudian seharusnya diterapkan pada produk rumah tangga lainnya agar sampah yang dihasilkan minim. Bahkan, sekarang guna ulang bisa diterapkan pada belanja online. Beli detergen dan cairan cuci piring pun saya lebih memilih bentuk refill dengan memesan di salah satu aplikasi digital langganan saya, yang dikirim ke rumah dalam keadaan penuh dan dijemput dari rumah ketika sudah kosong. Dengan begitu saya tidak perlu membeli kemasan botol detergen maupun cuci piring, sebab saya benar-benar hanya membeli isinya.
Kalau dipikir-pikir, sebenarnya setiap kali ada yang orang yang menjual sesuatu, baik itu makanan, sampo, atau apa pun, sebenarnya yang kita butuhkan adalah isinya, bukan kemasannya. Karena itu, saya senang sekali dengan vendor yang bisa memberikan belanjaan saya, dengan kemasan yang hanya dipinjamkan. Bagi saya, cara seperti itu sungguh revolusioner dan benar-benar mengubah shopping experience saya menjadi lebih baik.
Lily Sumner (Next Models) photography by Steff Galea for ELLE Indonesia October 2023; styling Aurelia Donaldson; makeup Anna Payne; hair Yoshitaka Miyazaki; set design Phoebe Shakespeare.
Gerakan guna ulang juga sesungguhnya lebih rendah emisi karena mengurangi produksi plastik dari bahan mentah maupun daur ulang, sehingga tidak ada limbah di pembuangan akhir. Menurut riset, plastik yang digunakan kembali akan mengeluarkan emisi lebih sedikit, setidaknya 50 sampai 80% lebih sedikit emisi gas rumah kaca ketimbang plastik daur ulang. Maka dengan menerapkan kebiasaan reuse, kita menjadi tidak konsumtif dan bisa lebih bijak, terlebih kondisi sumber daya alam yang ada di Bumi sudah semakin begitu terbatas. Ingatlah selalu bahwa hal kecil itu sangat berharga, karena dari hal kecil maka orang-orang di sekitar kita akan perlahan menyadari, lalu penasaran dan bukan mustahil mereka mengikuti langkah-langkah baik yang kita kerjakan.
Small habits lead to cultural change. Yuk, kita coba bersama!