15 Agustus 2025
Timothy Marbun: Wahai Indonesia, Bangun!

Angelie Chow (Persona) photography by Zaky Akbar for ELLE Indonesia Agustus 2024; styling Sidky Muhamadsyah; makeup Acha Mono; hair Dea Felicia; styling assistant Sophia Ayasha
Biasanya, saat diminta menulis sesuatu untuk menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, saya tidak sabar untuk menceritakan hal-hal baik tentang negeri kita, betapa besarnya harapan yang tersimpan bagi bangsa ini, dan betapa layaknya kita berbangga sebagai rakyat Indonesia.
Tapi kali ini, saya harus jujur. Saya mencoba mencari semangat itu saat menulis, tapi setiap kali saya mencoba, yang saya temukan justru kekhawatiran—dan saya merasa kalau menulis ini secara jujur, di luar sana pasti akan ada pembaca yang merasakan hal yang sama. Khawatir, cemas, was-was. Rasanya setiap saya mencoba membayangkan sesuatu yang baik tentang kondisi kita hari ini, selalu ada awan mendung yang menaunginya. Apakah Anda merasakan yang sama?
Saya bukan mau menebar ketakutan, karena ketakutan berlebih justru hanya akan membuat kita semakin terpuruk. Tapi saya menyadari bahwa kalau kita mau menyelesaikan sebuah masalah, itu hanya bisa dimulai kalau kita mampu mengakui masalah itu ada. Kalau kita terjebak untuk selalu menyangkalnya, bagaimana kita bisa mulai mencari solusinya?
Shania (Persona) photography by Ikmal Awfar for ELLE Indonesia 2025; styling Alia Husin; fashion Priyo Octaviano; makeup Ranggi Achmad; hair Cosmelynn; styling assistant Nadine C. Januardy & Rachel Noriska.
Memangnya apa sih masalah negeri ini? Bukankah kehidupan berjalan seperti biasa? Lagipula mana ada negara yang semuanya berjalan dengan lancar tanpa masalah. Ya betul, semua bangsa pasti punya permasalahannya sendiri, dan saya juga mencoba meyakinkan diri saya dengan argumen yang sama. Tapi melihat apa yang terjadi akhir-akhir ini, perlahan saya mulai menyadari bahwa permasalahan yang sedang kita hadapi bukan hanya bisa menjadi ancaman saat ini, tapi yang lebih berbahaya lagi adalah bahwa hal tersebut bisa menjadi ancaman bagi kita dan anak-anak kita di masa depan.
Dalam sebuah perbincangan di podcast Manusia Masa Depan yang saya bawakan, salah satu tamu saya sempat menyoroti kendala-kendala pendidikan yang dihadapi oleh generasi saat ini ternyata adalah akibat dari “dosa-dosa” kita di 20-30 tahun yang lalu. Kegagapan kita mempersiapkan pendidikan yang menyesuaikan kebutuhan perubahan zaman saat itu, menciptakan kekurangan pada kemampuan generasi kita sekarang. Itu membuat saya berpikir, “Kalau begitu, adakah ‘dosa’ yang kita lakukan saat ini yang juga akan memperlemah bangsa kita dua dekade dari sekarang?”. Itu yang membuat saya mulai menyadari bahwa kita sebagai bangsa, harus menampar diri kita sendiri, agar terbangun dan menyadari bahwa tidak ada waktu untuk “business as usual”. Bahwa kita selama ini sudah di “nina-bobo-kan” oleh jargon-jargon dan pembenaran bahwa kita adalah bangsa yang besar, dan seakan itu semua sudah sepantasnya kita terima. Di sini saya mau mengingatkan: Bangsa yang besar tidak pernah terlepas dari kualitas manusianya, tidak hanya kecerdasannya, tapi budi pekerti dan perilakunya. Sayangnya, justru di sinilah masalah kita, dan melupakan ini bisa menjadi bahaya besar.
Kiara (Persona) photography by Agus Santoso for ELLE Indonesia September 2024; styling Ismelya Muntu; fashion Peggy Hartanto; makeup Ranggi; hair Cosmelynn; styling assistant Refelya Salkia Paras.
Saya termasuk orang yang sangat-sangat yakin orang Indonesia itu hebat-hebat. Bangsa ini berakar dari kerajaankerajaan megah, jauh sebelum negara ini terbentuk. Mulai dari kerajaan Sriwijaya sang penguasa lautan, kerajaan Mataram yang dikagumi kepiawaian arsitekturnya, hingga Majapahit yang dengan keagungannya menanamkan dasar berdirinya Nusantara. Kebesaran mereka tidak hanya bergantung pada siapa penguasanya, tapi juga kualitas orang-orang yang membangunnya. Itu akar kita, dan hingga hari ini pun saya masih melihat banyak orang Indonesia yang hebat, yang karyanya menonjol, bahkan diakui hingga ke manca negara. Beberapa dari mereka muncul di media, dan kitapun dengan bangga membaca pencapaian mereka. Ribuan tahun lalu saja kita sudah begitu hebat, tidakkah kita seharusnya bisa lebih lagi hari ini?
Saya yakin bisa, tapi lagi-lagi, itu hanya kalau kita mau mengakui bahwa kita punya masalah. Bangsa ini sudah Merdeka. Tapi hingga hari ini pun—80 tahun setelah Merdeka—kita harus mengakui, pekerjaan rumah terbesar pasca kemerdekaan masih diperjuangkan, yaitu menyatukan kita sebagai sebuah bangsa.
Menyatukan kita tidak cukup hanya dengan memasukkan semua pulau ke dalam peta, tapi jauh lebih dalam dari itu. Menyatukan identitas kita, bahwa apapun perbedaan fisik maupun sejarah yang kita miliki, Anda dan saya adalah Indonesia. Menyatukan hati kita, bahwa kemajuan negeri ini adalah keinginan bersama, dan menjadi tanggung jawab tiap-tiap kita. Menyatukan pikiran kita, bahwa apapun pekerjaan saya dan Anda, kita bersama-sama berperan membangun bangsa di ranahnya. Menyatukan semangat kita, bahwa kita semua melakukan ini untuk anak-anak kita, bukan hanya agar hidup mereka lebih baik, tapi agar bangsa ini jadi bangsa yang berkontribusi bagi kehidupan manusia.
Chinoya (Persona) photography by Ikmal Awfar for ELLE Indonesia 2025; styling Alia Husin; fashion Priyo Octaviano; makeup Rommy Andreas; hair Cosmelynn; styling assistant Nadine C. Januardy & Rachel Noriska.
Saya pernah bertanya pada seorang gubernur, tak perlu saya sebut namanya, mengapa ia yang awalnya adalah seorang pengusaha, memutuskan menjadi kepala daerah. Ia menjawab, karena ia menyadari, sebagai pribadi ia terbatas pada kemampuan dirinya untuk membantu kehidupan orang lain, tapi sebagai kepala daerah, ia memiliki akses terhadap aset besar yang dimiliki oleh negeri ini, untuk membantu kehidupan lebih banyak lagi.
Tugas saya penting, tugas Anda, pembaca, juga penting, tapi di bagian akhir ini, saya hanya ingin mengingatkan kepada mereka yang berkuasa, tugas Anda tidak hanya penting, tapi lebih berdampak. Kalau memang mau melihat perubahan baik untuk bangsa ini, maka posisi yang dipercayakan kepada Anda adalah kunci. Oleh sebab itu, jangan pernah mengkhianatinya. Mari kita bangun, Indonesia.