LIFE

13 September 2018

Chelsea Islan Bukan Sekadar Wajah Cantik


Chelsea Islan Bukan Sekadar Wajah Cantik

Di luar popularitasnya, yang paling menakjubkan dari Chelsea Islan bukanlah kecantikannya semata.

Jauh sebelum ada kesempatan bertemu Chelsea Islan, ia telah menjadi salah satu aktris Indonesia yang saya senangi. Apa sebabnya? Tentu bukan semata perkara rupa wajahnya yang indah dipandang. Saya sempat menonton beberapa film, salah satunya, Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar, di mana Chelsea jadi pemeran utama. Jangan ‘tertipu’ dengan wajah manisnya yang lembut. Chelsea mampu berteriak histeris, menangis tersedu-sedu, maupun beraksi laga. Kalau Anda tak yakin, coba tonton film-filmnya.

Chelsea menunjukkan potensi terbaiknya dalam berakting. Ia bahkan diganjar banyak penghargaan atas kemampuannya tersebut. Dua tahun berturut-turut, Chelsea meraih nominasi Piala Citra kategori Aktris Terbaik untuk film Di Balik 98 (2015) dan Rudy Habibie (2016). Tahun 2015, ia memenangkan penghargaan Actress of the Year pada acara Indonesian Choice Awards 2015 dan kembali memperoleh piala kemenangan yang sama pada 2018. Untuk perannya di film 3 Srikandi, Chelsea meraih piala Pemeran Pendukung Wanita Terfavorit dalam ajang Indonesian Movie Actors Awards 2017. Chelsea turut menambah pengalaman akting di panggung teater. Tahun 2017, ia ikut berperan sebagai Annelies Mellema dalam pementasan teater bertajuk Bunga Penutup Abad yang merupakan adaptasi novel Bumi Manusia karya penulis Pramoedya Ananta Toer. Saya menemuinya saat pemotretan untuk ELLE Indonesia. Chelsea tiba
di lokasi syuting lebih awal. Setelah menanyakan kabar masing-masing, obrolan kami pun dimulai.

elle indonesia interview chelsea islan - photography GLEN PRASETYA - styling ISMELYA MUNTU
Jaket dan sweaterChanel.
LeggingBurberry.
Sepatu bot, Balenciaga.

Kami bertemu satu bulan menjelang film Sebelum Iblis Menjemput diputar di bioskop. Chelsea bercerita soal perannya sebagai karakter protagonis di film tersebut. Namun karena film ini memuat banyak ‘twist’, beberapa karakter menunjukkan perubahan pada bagian akhir film. “Ini pertama kali saya berakting di film thriller. Biasanya saya main di film-film drama, sejarah, dan biografi. Dari film Sebelum Iblis Menjemput, saya jadi tahu bahwa berakting di film horor ternyata sulit sekali. Saya harus takut dan depresi secara meyakinkan. Tidak ada adegan di mana saya harus tampil cantik memesona. Yang ada justru mesti kotor penuh lumpur, bahkan ada kalanya adegan dilakukan saat hujan di hutan. Setiap hari syuting dimulai jam 10 malam dan berakhir jam 5 pagi. Betul-betul pengalaman yang menguji totalitas berakting,” cerita Chelsea.

Beradu peran bukanlah hal baru bagi Chelsea. Pasalnya sejak kelas satu sekolah dasar, ia telah mengenal seni drama melalui panggung teater. Peran pertamanya yakni menjadi bunga. Bukan. Bukan sebagai anak perempuan bernama Bunga, tapi properti panggung berbentuk bunga. Chelsea harus berdiam diri mematung di bagian latar panggung. Tahun 2013, Chelsea mulai meniti karier dengan berperan dalam film Refrain karya sutradara Fajar Nugros. Di sini, ia beradu akting bersama Afgansyah Reza dan Maudy Ayunda. Diikuti penampilan di film-film berikutnya: Di balik 98 (2015), Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015), Rudy Habibie (2016), 3 Srikandi (2016), Headshot (2016), Ayat-ayat Cinta 2 (2017), dan Sebelum Iblis Menjemput (2018).

elle indonesia interview chelsea islan - photography GLEN PRASETYA - styling ISMELYA MUNTU
Busana dan jam tangan, Chanel.

Konsistensi berkarya lantas merekatkan perempuan kelahiran 2 Juni 1995 ini pada kata ‘populer’. Tidak sedikit papan iklan di kota-kota besar di Indonesia memajang figur Chelsea Islan sebagai bintangnya. “Pada akhirnya, popularitas mengubah beberapa aspek dalam hidup.Tidak mungkin situasinya selalu sama. Misalnya, saya suka sekali olahraga pada Minggu pagi di sepanjang Jalan Sudirman hingga M.H Thamrin. Dulu, orang-orang tidak menyadari apalagi memedulikan kehadiran saya. Saya harus akui bahwa menjadi tidak dikenal itu menyenangkan. Sebab popularitas membuat privasi semakin menipis. Seluruh pilihan dan sikap kita dinilai banyak orang. Namun, saya tak mau pusing. Saya menyadari konsekuensi pada setiap pekerjaan. Ini pula yang lantas bikin saya mengurangi intensitas bermain media sosial. Karena Instagram dan internet tak selalu punya pengaruh positif. Seperlunya dan sesekali saja,” ia berkata sambil tersenyum.

Yang juga tak mungkin luput ketika memerhatikan Chelsea yakni bagaimana ia sebagai kaum muda, bukan hanya sibuk membangun karier di perfilman, tetapi juga menempatkan dirinya sebagai agen perubahan. Bersama sebuah produk makanan, Chelsea bekerja sama mendirikan perpustakaan bernama Taman Bacaan Pelangi di Nusa Tenggara timur. Chelsea turut terlibat sebagai penggerak kampanye Berani Mimpi 2017 yang diinisiasi oleh Wahana Visi Indonesia. Di Wamena, Papua, Chelsea ikut meresmikan Honai Belajar Anak di Desa Sapalek, Wamena, Papua. Honai Belajar Anak didirikan sebagai sekolah pendidikan anak usia dini yang difungsikan untuk sarana belajar anak, taman membaca, serta tempat pelatihan bagi para kaum perempuan di Papua. Kolaborasi lainnya ialah bersama merek busana lokal, Chelsea turut serta menyediakan sepatu bagi anak-anak di Papua. “Tidak ada perasaan selain bangga dan senang karena bisa ikut membantu anak-anak Indonesia mewujudkan mimpinya. Sebetulnya ini bukan tentang saya, tetapi mengenai mereka generasi bangsa Indonesia agar bisa lebih maju melalui akses pendidikan yang berkualitas,” ujar Chelsea.

elle indonesia interview chelsea islan - photography GLEN PRASETYA - styling ISMELYA MUNTU
Jaket dan sweaterChanel.
LeggingBurberry.

“Saya selalu yakin, bangsa ini semestinya mementingkan perluasan akses pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pendidikan merupakan akar dari segala aspek kehidupan sekaligus senjata paling ampuh untuk mengubah masa depan. Dulu saat masih kecil, saya pernah bercita-cita menjadi menteri pendidikan. Saya selalu tertarik pada persoalan edukasi dan hubungan internasional. Tapi karena suka seni teater, jalannya jadi berbeda. Saya menyadari, saya tak selamanya berada di industri hiburan dan dunia perfilman. Yang paling penting ialah bagaimana saya bisa ikut bertindak sebagai pengubah kemajuan bangsa Indonesia.”

Chelsea Islan punya opini kuat dan tak takut menyuarakannya. Terlihat ketika ia kemudian berkomentar mengenai kemajuan kaum perempuan di Indonesia. “Tidak sedikit perempuan yang secara tegas mengetahui ke mana arah hidupnya. Banyak perempuan kini menempati posisi penting di sebuah perusahaan, memegang keputusan di pucuk pimpinan, mendirikan bisnis startup yang berdampak pada negeri, membangun bisnis restoran, mengembangkan bisnis toko baju, atau mengukir prestasi sebagai chef berbakat.”

elle indonesia interview chelsea islan - photography GLEN PRASETYA - styling ISMELYA MUNTU
Coat dan body suit, Burberry.

Chelsea tak mengingkari bahwa perempuan masih melekat pada persoalan diskriminasi dan kesenjangan. “Ada banyak perempuan sukses di dalam gedung-gedung perkantoran. Namun, seberapa sering kita dengar suara-suara diskriminatif yang merendahkan perempuan? Misalnya, ‘Oh, dia jadi manager karena cantik sih!’ yang seolah mustahil bagi perempuan untuk bisa cantik sekaligus pintar,” ujarnya. Menurut Chelsea, yang juga saya amini, perempuan harus cerdas. Perempuan semestinya membongkar stereotip dangkal dan menunjukkan ‘isi kepala’ dengan cara-cara yang baik.

“Adakalanya perempuan tak percaya diri dan meragukan dirinya sendiri. Ketidakyakinan yang hadir karena dibentuk stereotip masyarakat. Bahwa perempuan tidak kuat mengangkat galon air minum. Bahwa perempuan tidak bisa berpikir rasional dan lebih gampang sedih dibanding laki-laki. Kenyataannya, selalu ada kejadian-kejadian yang menunjukkan bahwa perempuan mampu menangkis beban lebih berat dari apa yang dibayangkan orang-orang,” katanya. Chelsea kemudian bercerita tentang perjuangan sang ibu sebagai seorang penyintas kanker payudara.

elle indonesia interview chelsea islan - photography GLEN PRASETYA - styling ISMELYA MUNTU
Busana dan jam tangan, Chanel.

Chelsea tumbuh bersama banyak figur perempuan dalam hidupnya. Ia menyaksikan betapa perempuan, yang konon dianggap lemah, justru menjadi sangat kuat ketika ditempa beban seberat-beratnya. “Ibu saya menunjukkan kegigihan yang tidak berbeda dengan laki-laki. Siapa yang tak terinspirasi ketika melihat perempuan berjuang untuk sembuh, melewati sederet proses kemoterapi, dan menguatkan diri dalam perjalanan yang amat melelahkan. Barangkali karena itu saya kini lantang menyuarakan kekuatan perempuan. Sebab selalu ada perasaan bangga dan bahagia melihat kita perempuan saling menguatkan dan memberdayakan,” kisahnya. Samantha Barbara, ibunda Chelsea Islan, adalah seorang penyintas kanker payudara sekaligus pendiri Yayasan Love Pink (Daya Dara), organisasi nirlaba bagi para perempuan pejuang kanker payudara yang bertujuan saling mendukung dan menguatkan satu sama lain.

Di luar popularitasnya, yang paling menakjubkan dari Chelsea Islan bukanlah kecantikannya semata. Tetapi diri Chelsea sendiri sebagai perempuan muda yang hidupnya dipenuhi aksi positif seiring ia berkarya di dunia film sambil menjadi inspirasi bagi banyak kaum muda di Indonesia.

photography GLENN PRASETYA styling ISMELYA MUNTU syling assitant SHAMIRA makeup artist RYAN OGILVY hairdo DANIEL PUTRA