LIFE

1 Januari 2025

Lutesha Memantik Kreativitas & Popularitas di Jagat Sinema


PHOTOGRAPHY BY Zaky Akbar

Lutesha Memantik Kreativitas & Popularitas di Jagat Sinema

styling Alia Husin; makeup Adit; hair Aileen Kusumawardani

Lutesha hadir sebagai angin segar di industri perfilman Tanah Air. Kemunculannya barangkali dapat menjawab pertanyaan soal regenerasi. Perempuan kelahiran 1994 ini mulai dikenal semenjak ia menjadi pemeran utama dalam My Generation yang dirilis pada 2017. Lutesha kemudian terlibat di film Bebas (2019) karya sutradara Riri Riza serta beradu akting dengan Chelsea Islan dan Baskara Mahendra di film Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 (2020). Dan setelah sempat beberapa kali tidak lolos casting, Lutesha akhirnya memperoleh peran utama di film My Generation yang menobatkannya sebagai salah satu nominasi Aktris Pendatang Baru Terbaik di ajang Piala Maya 2017. Ketika empat film pertamanya ditayangkan, yakni My Generation (2017), Ambu (2019), Bebas (2019) dan Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 (2020), Lutesha masih bekerja sebagai pegawai kantoran di Jakarta. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk sepenuhnya berkarya dan berkontribusi di dunia perfilman.

“Saya merasa kantor bukan tempat di mana seharusnya saya berada. Lulus kuliah, saya ikut modeling lalu mulai jadi model video klip dan bintang iklan. Sempat bekerja kantoran, tapi enggak berlangsung lama. Rasanya kurang cocok dengan sistem kerja ‘9 to 5’. Saya senang menjalani modelling, tapi saya juga menyadari profesi ini memiliki masa kedaluwarsa. Di usia tertentu, ada saatnya seseorang berhenti jadi model. Sementara dunia film sepertinya tidak memandang usia. Ia menyimpan banyak hal untuk terus dipelajari. Sempat beberapa kali gagal casting, saya bersyukur akhirnya diterima jadi pemeran utama. Seni peran dan film menjadi dunia baru yang menarik buat saya karena selalu ada hal baru yang bisa dijelajahi,” ujar Ute, sapaan akrab Lutesha.

fashion Rama Dauhan.

Sedikit aktor Indonesia yang gemar bereksplorasi dan tak terpaku dalam satu wadah genre. Di tengah paradigma tersebut, Lutesga muncul sebagai eksistensi lain dengan keberanian untuk memainkan warna baru dalam dunia perfilman serta menafsirkan kontribusi dan dedikasinya sebagai sumber kesenangan dan pertumbuhan diri. Walau sempat dijuluki sebagai aktor spesialis film horor atau karakter tipikal perempuan misterius, Lutesha sebenarnya hanya berupaya menunjukkan performa terbaik di film mana pun. Padahal selain film horor, Lutesha juga membintangi film dengan genre drama, action, hingga romantic comedy.

Cerita soal Ali Topan cukup legendaris di tahun 1970-an dan karena itu Lutesha antusias memerankan karakter Anna Karenina dalam film Ali Topan, cinta sejatinya Ali Topan yang diperankan aktor Jefri Nichol. Kisah cinta keduanya memicu romansa terlarang yang membawa keduanya dalam perjalanan berbahaya melintasi Pulau Jawa serta menghadapi berbagai tantangan dan tuduhan. Anna Karenina sendiri tipikal perempuan yang dibesarkan dengan baik oleh keluarganya. Namun jarang menyentuh dunia luar karena batasan-batasan yang tercipta akibat peraturan ketat dari orang tua. Maka tidak heran karakter yang diperankan Lutesha ini menjadi khas dengan gaya rebel yang mendambakan kebebasan.
Lutesha juga berperan di film 13 Bom di Jakarta, yang mengisahkan rencana teror dari sekelompok teroris yang bertekad menyerbu Jakarta dengan cara meledakkan 13 bom yang disebar di berbagai titik di kota Jakarta. Lutesha berperan sebagai Agnes, perempuan pekerja kantoran yang sikapnya lantang dan berani. Karakter ini yang menjadi kunci penting untuk menyelamatkan sang tokoh utama yang diperankan Chicco Kurniawan. Di film ini, Lutesha unjuk kemampuan drifting ketika adegan kejar-kejaran mobil.

Sebagai salah satu pemeran utama, Lutesha menampilkan bakat akting yang memukau di film Jalan Yang Jauh Jangan Lupa Pulang. Berperan sebagai Honey, perempuan yang terpaksa hidup di London setelah ditipu oleh suaminya. Buah dari kerja kerasnya di film ini, Lutesha mendapat apresiasi sebagai pemenang kategori Pemeran Pembantu Wanita Terpuji Film Bioskop di Festival Film Bandung 2023. Tahun 2021, Festival Film Indonesia mengumunkan nominasinya dan film Penyalin Cahaya menonjol sebagai film yang paling banyak menerima nominasi, totalnya sampai 17 nominasi. Film ini berhasil meraih penghargaan: Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, dan Pemeran Utama Wanita Terbaik. Lutesha memerankan karakter Farah di Penyalin Cahaya, rekan Sur (Shenina Cinnamon) di kampus yang terkenal misterius dan tidak banyak bicara. Film ini menyoroti peran penting Lutesha sebagai Farah Natia, korban pelecehan seksual yang berperan signifikan dalam alur cerita.

Jangan lupakan juga kepiawaian akting Lutesha dalam film The Big 4 yang tayang di Netflix. Lutesha berperan sebagai Alpha, perempuan bergaya eksentrik yang merupakan salah satu di antara empat anggota kelompok pembunuh. Pada saat peluncuran perdana film, warga media sosial dibuat heboh dan kagum oleh akting dan totalitasnya Lutesha di film The Big 4. Penampilannya di film tersebut turut menuai prestasi, namanya masuk sebagai nominasi Aktris Pendukung Terpilih di Piala Maya 2023, nominasi Pemeran Pendukung Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia 2023, nominasi Aktris Utama Terbaik – Genre Film Laga di Festival Film Wartawan Indonesia 2023. Dan tahun ini, nama Lutesha kembali disebut di atas panggung Festival Film Indonesia 2024 atas perannya di film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal sebagai nominasi Pemeran Pendukung Wanita Terbaik. Jika Anda ingin menyimak kemampuannya di luar karya sinema, simak akting perempuan ini dalam video musik Reality Club yang berjudul Am I Bothering You?


Kami berdua bertemu di tengah momen penayangan Cinta Tak Seindah Film Korea. Desember silam, film tersebut diputar di bioskop-bioskop Indonesia. Film ini mengisahkan kehidupan romansa Dhea, diperankan Lutesha, yang menerima hadiah trip liburan ke Korea Selatan dari sang kekasih (Ganindra Bimo) namun setibanya di Negeri Ginseng perempuan ini tak sengaja malah bertemu dengan mantan kekasih sekaligus cinta pertamanya saat SMA (Jerome Kurnia). Bisa dibayangkan, sulit untuk saya tidak mengomentari penampilannya sebagai Dea di film tersebut. Buat saya, chemistry para pemain menjadi kekuatan utama di film ini. Bersama lawan main Ganindra Bimo dan Jerome Kurnia, Lutesha memancarkan emosi Dhea dengan luar biasa, menggambarkan pergulatan batin dengan sangat meyakinkan. Kemampuan beraktingnya terbentuk secara natural. Lutesha tidak pernah ikut kursus akting dan bukan lulusan sekolah film. Ia menjadikan setiap kesempatan adalah sarana pembelajaran. “Setiap proyek itu kesempatan berharga buat saya benar-benar menyerap ilmu dan pengetahuan. Menyimak lawan bicara, mendalami situasi, dan meresapi setiap proses karena apa pun genre dan seperti apa pun ceritanya, sebuah proses syuting itu pasti menyisakan banyak hal yang saya rasa penting buat saya memperbaiki diri dari hari ke hari,” ujarnya.

Beradaptasi. Kata itu yang dipegang aktris Lutesha ketika jalan hidup mengantarkannya pada terang sorotan kamera. Perempuan introver yang cenderung pendiam dan nyaman dengan dunianya sendiri kini membuka diri pada ragam kepingan kesempatan dari peran-perannya di perfilman. “Pas awal-awal karier, sekitar 2017-2018, saya benar-benar malu-malu memasuki industri ini. Seperti bingung harus bicara apa ketika berhadapan dengan orang lain. Sekarang pelan-pelan sudah tahu cara berkomunikasi dan bersosialisasi. Jadi lebih less mysterious, dan film telah menjadi comfort zone buat saya. Saya merasa kini menjadi Lutesha yang ‘baru’. Pengalaman di dunia film membuat social skill saya bertambah. Dulu saya seorang introver yang sangat tertutup, sekarang bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Lebih berani dalam menentukan pilihan dan mengeluarkan pendapat. Saya ingin belajar banyak dari industri ini, termasuk mempelajari sikap-sikap yang dibutuhkan untuk bertahan, seperti misal berani untuk bilang tidak dan tahu caranya menolak. Saya rasa seorang aktor juga perlu bersikap asertif,” ujarnya.

Kendati masih anak baru di dunia film, Lutesha sesungguhnya tidak asing dengan layar kamera. Perempuan lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia ini mulai menekuni modeling sejak 2013 ketika mengikuti pemilihan model GoGirl! Look 2013. Ia kemudian malang melintang sebagai model dan bintang iklan. Ketertarikan Lutesha pada dunia seni mulai dari menonton film, mendengarkan musik, hingga seni lukis yang membawanya pada minat desain grafis. Meski akhirnya Lutesha kuliah jurusan Sastra Belanda, kemampuan desain grafisnya tersalurkan pada tiap acara-acara kampus dengan menangani urusan desain poster, kaus, dan lain-lain. Lutesha juga akrab dengan kamera analog dan hobi fotografi. Sebuah akun Instagram pun sengaja dia buat khusus untuk mengunggah hasil jepretan foto-foto kameranya. Anda dapat menelusurinya di akun Instagram @kebunmemori.
Perjalanan menyelesaikan kuliah sambil meniti karier di modeling tak mudah rupanya. Kesibukan kuliah, kegiatan kampus, dan jadwal sesi foto tak jarang bertubrukan. Namun alih-alih menekuni profesi model selepas kuliah, Lutesha justru mengambil pekerjaan di sebuah kantor di Bali dan kerap bolak-balik Jakarta dan Bali karena sambil mengikuti sesi pemotretan di Jakarta. Selama 18 bulan menjalaninya, Lutesha memutuskan untuk pulang ke Jakarta setelah dirinya terpilih sebagai salah satu pemeran di film My Generation (2017).

Berkecimpung di industri film tak semudah bayangan Lutesha. Ia harus mengalahkan segala keengganan disorot kamera sambil berdialog dan berekspresi. Film bahkan kadang membutuhkan lebih dari satu kamera. Banyak kru yang juga fokus memandangi sang aktor. Lutesha yang pendiam, bicara seperlunya dan kerap dianggap judes ini ditantang untuk menaklukkan dirinya sendiri. “Ada hal-hal yang harus dikuasai dan dipenuhi untuk bisa bertahan di industri ini. Ada orang-orang yang terlahir dengan talenta, pembawaan sejak lahir. Tapi saya percaya, bakat itu porsinya 10-20%. Selebihnya adalah kerja keras dan ketekunan yang kelak menentukan kesuksesan seseorang,”.


Apabila diperhatikan, ada masa-masanya Lutesha mengalami typecast di mana ia selalu mendapat peran yang tipikal misterius, judes, depresi, pendiam, dan cenderung bersikap dingin. Tercatat di film My Generation, Bebas, Penyalin Cahaya, Lutesha kembali memerankan perempuan ketus dan dingin. Namun semakin lama, penceritaan di dunia sinema semakin beragam. Penonton juga semakin gencar menuntut adanya variasi karakter dan skenario. Keseriusan dan kematangan aktingnya mulai naik kelas dengan ragam peran yang perlahan variatif. Peran Alpha di The Big 4, misalnya. Selain dituntut berlatih bela diri, Lutesha ditantang bernyanyi dan bergoyang dangdut dengan tampilan norak. Perannya sebagai Honey di Jalan Yang Jauh Jangan Lupa Pulang juga berbeda sebagai sosok yang ceria dan hangat.

“Ketika menerima naskah yang sangat bagus dan mengetahui karakternya cukup kompleks, maka kita dituntut mengerjakan lebih dari sekadar akting. Seorang aktor harus melakukan riset, mendalami peran, dan menjiwai karakter. Menjadi seseorang yang bukan diri kita sendiri itu sama sekali tidak gampang. Kita harus ‘memasuki’ suatu karakter dan membuat penonton percaya dengan apa yang mereka lihat. Oleh karena itu penting untuk menguasai diri sendiri sebelum kita mengeksplor karakter-karakter lain. Dan saya menganggap etos kerja yang baik dan kemauan belajar yang tinggi menjadi kualitas terpenting yang harus dimiliki seorang aktor. Kita seringkali menyaksikan seseorang jadi sukses disebabkan adanya kualitas tersebut. Mau menerima kritik untuk terus-menerus meningkatkan kemampuan diri.”

Langkah Lutesha masih panjang. Masih banyak peran-peran dan kesempatan yang belum dijajalnya untuk terus bertumbuh mewarnai film Indonesia. Menutup percakapan, ia menyampaikan kabar bahwa akan ada beberapa judul film-film baru yang segera tayang di tahun 2025. Film horor fantasi berjudul Monster Pabrik Rambut karya sutradara Edwin dan Rest Area, film terbaru Lutesha yang mempertemukannya kembali dengan lawan main Chicco Kurniawan. Lutesha berujar,

“Saya melihat diri saya sebagai seorang aktor baru yang sedang berupaya menekuni seni peran dan menata karier di jalur film. Dan sebagaimana layaknya anak baru, saya mesti belajar banyak dan bekerja keras untuk bisa mewujudkan mimpi. Ada banyak hal yang dapat dipelajari dan dijelajahi di dunia film. Mulai dari mengasah kemampuan berakting, hingga kesiapan untuk menyambut berbagai peluang dengan antusias. Saya bertekad untuk terus berusaha sepenuh hati demi meraih kesuksesan di dunia film. Saya sendiri tidak pernah punya misi dalam hidup. Bukan tipe orang yang suka menyetel sebuah tujuan. Saya lebih suka menjalani apa yang saat ini bisa dikerjakan. Namun tidak punya cita-cita bukan berarti saya bergerak lamban tanpa gairah. Saya tetap melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Kini ketika menjalani profesi model sekaligus aktris, satu-satunya yang pasti, saya yakin bahwa saya tidak akan pernah berhenti dan meninggalkan dunia film. Kendati tanpa misi besar di masa depan, saya sangat menyadari kecintaan saya pada seni peran kian bertumbuh dari hari ke hari.”