31 Agustus 2020
Nagita Slavina Memaknai Popularitas Dengan Cara Berbeda

Nagita Slavina memandang kesuksesan tidak semata-mata sebagai jalan ketenaran, tapi juga upaya untuk mewujudkan inspirasi.
"Laugh all you want while you still can. Now look at you, now look at me. How you like that?....Don’t like me? Then tell me how you like that?” Tidak terhitung, berapa kali Nagita Slavina menyanyikan lagu-lagu BLACKPINK saat melakukan pemotretan bersama ELLE. Sesekali ia menari mengikuti irama lagu. Senyumnya tak pernah putus. Gesturnya terlihat riang gembira. Namun ia tahu kapan saatnya harus berpose, menahan tawa untuk sejenak menampilkan gaya terbaiknya di depan kamera. Ketika kamera dimatikan, ia menyapa ramah orang-orang yang ada di lokasi tersebut. Menanyakan kabar orang lain, sambil kadang mengeluarkan lelucon.
Di tengah kelabu pandemi, rasanya saya bisa merasakan energi positif dari seorang Nagita Slavina. “Apa kabar? Senang bisa bertemu walau kita enggak bisa duduk terlalu berdekatan ya,” ujar Nagita yang dari gerak alisnya saya menduga ia tersenyum ramah di balik masker.
Dua minggu sebelumnya, saya mengirim pesan singkat WhatsApp kepada Nagita. Isinya undangan wawancara dan pemotretan. Tidak berlama-lama, ia bilang ia berkenan dan mengaku sangat antusias. “Sejak kecil, saya sangat suka fashion. Bahkan jauh sebelum saya mengerti apa itu mode. Saya hobi mencoba- coba baju dan memadukannya satu sama lain, selalu riang gembira ketika belanja baju dan tas, senang banget bereksperimen saat berdandan, dan saya suka banget baca majalah. Di zaman teknologi digital secanggih sekarang, saya masih enggak bisa meninggalkan kebiasaan yakni baca majalah-majalah fashion. Dan ketika diajak oleh ELLE, saya enggak punya alasan untuk menolak. Namun jangan keliru, saya suka pemotretan tapi tidak menyimpan foto-foto selfie di handphone. Bahkan tidak memiliki akun Instagram sendiri. Ironis sekali ya dengan hobi-hobi saya,” katanya sambil tertawa kecil.

Ketiadaan Instagram pribadi bukan berarti seseorang menjadi tidak penting. Barangkali tidak ada orang di Indonesia yang tidak tahu Nagita Slavina. Paling tidak pernah mendengar namanya karena memang ia sudah berada di industri hiburan sejak usianya 12 tahun. Bersama sang suami, Raffi Ahmad, Nagita memiliki puluhan juta pengikut di media sosial. Tayangan- tayangan di saluran YouTube miliknya nyaris selalu dilihat belasan juta kali. Ia sangat terkenal dan terbilang sukses menjaga eksistensinya di industri. “Sebetulnya saya tidak pernah merencanakan jalan hidup untuk menjadi orang populer. Saya justru merasa cenderung tertutup dan sulit sekali untuk bisa menelan mentah- mentah ketenaran ini. Yang saya lakukan adalah beradaptasi. Terlebih ketika menikah dengan laki-laki pilihan saya yang memang sejak awal ia berprofesi di bidang hiburan, maka tidak ada cara selain mencintai apa yang saya kerjakan saat ini,” ujarnya.
Jika Nagita harus menyebut satu nama yang berpengaruh besar pada dirinya hari ini, tanpa keraguan ia segera menyebut nama suaminya. “Tidak pernah terbayang sebelumnya untuk menjalani hidup di tengah popularitas. Bagaimana bisa seseorang yang terbilang pemalu dan suka menutup diri lalu berkegiatan di dunia yang penuh atensi. Raffi menjadi sosok yang berperan penting dalam memotivasi dan mendorong saya untuk bisa sepenuh hati berkontribusi di industri hiburan. Dia sering menasihati agar saya bisa lebih berani tampil dan pandai bercakap-cakap di depan publik. Jika bukan karena peran suami, rasanya belum tentu saya bisa seluwes dan secair sekarang,” ungkap Nagita.

Perempuan kelahiran 1988 ini mengawali kariernya dengan menjadi model iklan untuk sebuah merek sabun kecantikan pada tahun 2000. Ia kemudian merambah dunia akting lewat sejumlah perannya di beberapa judul film televisi. Sempat melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, kemudian meneruskannya ke Australian National University, jurusan Accounting and Business Information System. Nagita juga pernah belajar memasak di Le Cordon Bleu, London, Inggris. Jika ketenaran bukan mimpinya, apa sesungguhnya impian Nagita Slavina? “Ada perempuan yang ingin menjadi bankir, pengacara, pejabat publik, ataupun pimpinan suatu perusahaan. Namun yang selalu menarik hati saya adalah profesi perempuan sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan seumur hidup yang tidak mengenal jam kerja dan tanpa ada pemutusan kontrak. Sedikit banyak mimpi ini lahir dari persepsi saya terhadap ibu. Beliau orangtua tunggal yang membesarkan saya seorang diri. Ia pandai mengurus saya, kakak, dan adik, tapi juga melakukan kerja profesionalnya dengan sangat baik. Saya sangat terinspirasi untuk dapat menjadi perempuan sekuat beliau,” ujarnya. Dan keinginannya boleh dibilang terwujud.
Nagita tengah menjalani cita- citanya yakni sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga, tapi juga memegang komitmen untuk tetap berkontribusi pada bidang industri yang telah membesarkan namanya. “Kini saya tetap bisa bekerja walau dari rumah. Kalaupun harus ke kantor, letaknya di sebelah rumah sehingga enggak makan banyak waktu di perjalanan. Menyenangkan sekali bisa selalu berada dekat dengan anak meski pekerjaan itu enggak ada habisnya dan cukup menguras waktu,” ungkap Nagita.

Di bawah pimpinan Nagita bersama suami, RANS Entertainment menjadi salah satu saluran hiburan yang tak pernah sepi peminat. Di YouTube, berbagai kontennya menjadi hiburan bagi banyak orang. Terbukti jumlah angka penontonnya tidak pernah sekalipun kecil. Kelucuan yang ditampilkan oleh Nagita dan keluarganya itu barangkali terasa jujur tanpa dibuat-buat sehingga mudah untuk diterima banyak orang. “Melalui RANS, cita-cita kami ingin selalu bisa menghibur orang lain. Tidak hanya hari ini, tapi mudah-mudahan sampai kami tua. Kenyataan bahwa seseorang terhibur membuat kami selalu berpikir keras untuk bisa konsisten menyajikan konten yang menarik dan menyenangkan bagi siapa pun yang menontonnya,” cerita Nagita.
Tak sebatas konten di media sosial, Nagita tengah mempersiapkan banyak hal. Salah satunya RANS Carnival. Ia mengungkap, “Ada banyak hal yang tertunda akibat pandemi. Tidak terkecuali pekerjaan saya. RANS Carnival sebetulnya direncanakan mulai awal tahun ini dimana kami mendatangi 11 kota di Indonesia untuk menyajikan panggung hiburan dan pusat permainan. Namun sayangnya rencana ini mesti ditunda hingga tahun depan. Sementara itu, saya tengah mencari-cari peluang lain, apa yang bisa kami kerjakan dengan situasi seperti ini. Barangkali sebuah konsep baru dalam industri hiburan Tanah Air.”

Tak peduli seberapa tenar seseorang, seberapa banyak materi atau kekuasaan yang dimiliki, seberapa hebat pencapaian yang diperoleh, kita semua pasti pernah mengalami tantangan hidup. Semua orang sama-sama pernah berada di perjalanan yang penuh lika-liku dalam meraih cita-cita dan ambisinya. Tidak terkecuali bagi Nagita. Alih-alih menyelam ke dalam air keruh berisi emosi negatif, Nagita memilih mengamati terlebih dulu dari luar dan membiarkan emosi tersebut mereda dengan sendirinya. “Ketika harapan terempas dan kepercayaan hancur, saya akan berhenti sejenak dan beristirahat. Pergi belanja ke mal atau makan-makan dengan keluarga. Apa pun itu yang bisa bikin saya senang dan kembali tertawa. Hidup saya tidak selalu mulus tanpa kendala. Namun saya berusaha agar selalu memenuhi diri dengan keceriaan dan rasa penerimaan. Dengan begitu, hidup terasa ringan dan tenang,” ujar Nagita.
Alih-alih sesuatu yang remeh, Nagita menganggap humor bisa membebaskan seseorang dari cengkeraman pikiran. Saat kita tersenyum, kita bisa menerima keadaan yang sebelumnya tidak bisa kita terima. “Banyak orang bilang saya kelewat santai. Namun saya punya sudut pandang sendiri. Bahwa untuk bisa sukses dan bahagia, kita tidak harus berusaha keras sampai mencarinya di tempat jauh. Penting bagi kita untuk menikmati momen saat ini dan mencari humor dalam hidup. Dengan humor, hidup terasa ringan dan menyenangkan. Dan tawa selalu membuat orang lain merasakan kehangatan dan kebahagiaan,” katanya.

Bersenang-senang ala Nagita ikut terasa manakala kita bicara soal keyakinan dalam hidup. Bagi Nagita, ia tidak merasa perlu untuk meyakinkan orang lain agar menerima dan menyukai dirinya. Menurutnya, menjadi yang paling hebat tidak sama pentingnya dengan hidup bahagia bersama orang-orang terkasih. “Ketimbang menjadi orang yang paling benar yang cepat mengritik orang lain, saya lebih ingin menjadi seseorang yang hangat dan menyenangkan,” ujarnya.
Ketidakpedulian Nagita pada pendapat orang lain seolah menjadi bukti bahwa kepopuleran dan kesuksesan yang ia raih hari ini bukan semata-mata sebagai pembuktian. “Ada orang-orang yang ingin menjadi sukses agar bisa balas merendahkan orang-orang yang pernah meremehkan mereka. Namun saya tidak pernah merasa perlu untuk membuktikan apa pun ke orang lain. Alih-alih memfokuskan diri untuk menyalip orang lain, saya rasa lebih baik memusatkan perhatian untuk menemukan kesuksesan diri sendiri. Dan saat bertanding dengan diri sendiri, saya tidak mungkin kalah,” pungkas Nagita.
photography IFAN HARTANTO styling SIDKY MUHAMADSYAH wardrobe DIOR photography assistant INDRA PERMANA, NORMAN FIDELI styling assistant GHINA RIZQI makeup MARLENE HARIMAN hair RANGGA YUSUF