2 Januari 2020
Nagita Slavina Menciptakan 'Bubble' Antara Realita dan Pekerjaan

Dengan acara televisi dan vlog milik sendiri yang meraup jutaan penonton YouTube; Nagita Slavina mengutarakan kehidupannya yang seolah telah berubah menjadi sebuah konten hiburan.
"Bagaimana kalau kita ngobrol di mobil saja?” tanya Nagita Slavina pada saya. Intonasi suaranya terdengar sangat santai, walau begitu saya bisa merasakan gestur yang sedikit gelisah lewat pandangan matanya. Pemotretannya dengan tim ELLE selesai pukul 5.30 sore. Lima menit kemudian, saya bersama Gigi (sapaan akrab perempuan kelahiran Jakarta, 17 Februari 1988 itu) sudah duduk di mobilnya dan meninggalkan studio foto yang berlokasi di kawasan Pondok Pinang. “Maaf Anda jadi harus mengikuti saya. Tapi saya harus tiba di daerah SCBD untuk meeting jam tujuh nanti,” katanya begitu sopan. Saya menenangkannya dengan mengatakan tidak perlu khawatir karena sisa waktu hari ini cukup luang.
Sebagai entertainer dengan acara televisi mingguan (Janji Suci Raffi dan Gigi disiarkan salah satu stasiun televisi swasta lokal tiap Sabtu dan Minggu), presenter untuk beberapa program televisi, vlogger sekaligus dalang di balik konten-konten RANS Entertainment (kanal hiburan YouTube yang ia kelola bersama sang suami, Raffi Ahmad); belum lagi kegiatan bisnis atas berbagai bidang usaha, meliputi kuliner, mode, label musik (RANS Music), serta rumah produksi yang memenuhi agenda sehari-hari; waktu selayaknya komoditas mewah dalam hidup seorang Nagita Slavina.

Ia meminta izin merapikan riasan sambil kami berbicara, kemudian pernyataan itu pun terucap dari mulutnya, “Saya suka bekerja di industri hiburan, tapi saya benci menjadi sorotan.” Mengingat konten vlog dan acara televisi mingguan miliknya berpusat pada kegiatannya sehari-hari, saya tidak menduga akan mendengar kata-katanya itu. “Saya ralat, deh. Enggak benci, hanya enggak suka banget,” katanya tersenyum dari balik cermin bedak di tangannya.
Gigi bukan orang awam yang baru mengecap dinamika lingkungan industri hiburan. Ayahnya adalah Gideon Tengker, gitaris grup musik kawakan, Drakhma, sementara sang ibu merupakan bintang layar televisi di era ‘80-an yang kini telah beralih profesi menjadi produser, Rita Amalia. Gigi sendiri mulai menerima perhatian publik lewat film-film televisi, seperti Di Sini Ada Setan (2003) yang merajai layar televisi pada masanya dan Tikus dan Kucing Mencari Cinta. Wajahnya juga terlihat di beberapa film layar lebar, salah satunya: Dealova (2005). Nagita Slavina telah akrab dengan gemerlap panggung hiburan seumur hidupnya.
“Saya bekerja sebagai aktor dan bermain peran di televisi, tetapi saya enggak menandatangani kontrak untuk menjadi selebritas, dalam tanda kutip, yang kehidupannya harus diketahui semua orang,” prinsipnya.
Di awal perjalanan karier yang baru mulai menjanjikan keberhasilan itu, Gigi ‘menghilang’ untuk mengejar pendidikan bisnis dan akuntansi dari Australian National University, Australia, pada 2009. Usai menyelesaikan studi kemudian pulang ke Tanah Air, ia semakin melepaskan peran di depan kamera dengan lebih banyak tampil di balik layar sebagai co-executive producer rumah produksi Frame Ritz yang didirikan sang ibu.

Selama beberapa waktu, ia berhasil menjaga diri dari sorotan. Setidaknya, hingga tahun 2014 popularitas kembali menemukanya. Bahkan menyinari Gigi lebih terang, atas pernikahannya dengan Raffi Ahmad yang disiarkan langsung oleh televisi nasional dan ditonton ratusan juta warga Indonesia. Sebuah tolak belakang besar untuk seseorang yang mengaku berusaha menjauhi sorotan. “Kemudian saya menikah dengan seorang Raffi Ahmad,” katanya tergelak seraya memandang saya.
Mungkin ia tengah membayangkan betapa kontras hidupnya saat ini. Dahulu ia selalu tegas berencana untuk tidak memilih pasangan yang berasal dari industri hiburan. Kenyatannya, ia telah mengucap janji hidup selama-lamanya bersama seorang aktor televisi dan pembawa acara paling populer di Indonesia. Namun, apa pun itu yang membangkitkan tawanya, yang pasti tawa itu bukanlah emosi miris atas sebuah sesal.
“Oh, saya dan suami melalui banyak sekali argumentasi untuk sampai pada kesepakatan menyiarkan acara pernikahan itu. Saya bilang pada Raffi, ‘saya enggak mau dipamerkan seperti para mantan kekasih terdahulu.’ Saya sudah menekankan hal itu sejak awal hubungan kami. Lalu, Raffi memberi pengertian kepada saya tentang pekerjaannya dan bagaimana itu berpengaruh dalam kehidupannya. Ia memberikan saya pilihan, ‘Apa masih mau mengikuti saya?’ Pada akhirnya, saya pun berkompromi. Saya pikir, bukankah itu yang namanya pernikahan?” kisah Gigi terkait salah satu keputusan yang berdampak besar terhadap kehidupannya hingga saat ini.
Persetujuan Gigi tersebut mengawali terbukanya pintu yang mengizinkan publik memasuki dunia miliknya. Semakin lama, pintu itu terbuka kian lebar, dan kini tidak lagi tertutup. Mengapa tidak menegakkan prinsip lama kembali? “Saya tidak mungkin sembunyi seperti dulu, atau menolak mendapat perhatian. Faktanya, menjadi ‘selebritas’ adalah konsekuensi yang harus saya jalani atas pilihan saya sendiri,” ujarnya.
Gigi melunak, tetapi bukan berarti seluruh pendiriannya tentang privasi tergugat. “Saya bisa menoleransi sebuah sorotan jika untuk pekerjaan. Persoalannya kemudian pekerjaan saya hampir selalu bersinggungan dengan kehidupan pribadi. Jadi, saya buat kesepakatan dengan diri sendiri dan suami, apa saja hal yang ingin dan boleh dibagi kepada publik,” ujarnya. Tiap kegiatan yang diekspos harus merupakan sebuah penghiburan yang menyenangkan untuk dilihat. Tidak ada perselisihan di depan kamera. Tidak ada membahas persoalan internal, pun secara satire menyoal pemberitaan yang beredar di media massa.
“Mungkin di sini, beda keluarga saya dengan Kardashian. Kami tidak membuat program yang bermaksud menceritakan kehidupan pribadi kami, hanya fokus berbagi kegiatan. Harapannya bisa memberikan value positif lewat sebuah tontonan ringan berdasarkan hal-hal kecil di kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi, enggak ada yang positif dari berargumen secara emosional untuk dilihat publik.”

Merespon kabar apa pun bentuknya, terutama yang tidak berdasar fakta, menurut Gigi merupakan aktivitas sia-sia dan hanya akan membuat headline baru keesokan hari. Terlepas dari itu, Gigi lebih tidak tertarik menengahi asumsi yang publik buat secara pribadi. Diam adalah cara paling bijak untuknya damai menjalani kehidupan ini. “Sebab, pernyataan kami terkadang ditempatkan salah arti, atau seolah dianggap sedang menyindir sesuatu yang kemudian dihubungkan pada persoalan-persoalan lain dan malah mengaburkan fakta sebenarnya,” katanya.
Ia memberi contoh video prank buatan suaminya yang pernah diunggah ke YouTube, kala itu sang suami mengutarakan pandangan berpoligami. “Besoknya, kabar yang tersebar adalah ‘Raffi minta izin saya untuk poligami’ dengan macam-macam headline. Padahal, kenyataannya pernyataan itu hanya aksi lelucon.”
Gigi sudah sejak lama tidak pernah lagi peduli dengan kabar yang beredar serta meninggalkan kolom komentar di platform media sosial. “Saya menciptakan bubble untuk membuat batasan antara pekerjaan dengan realita yang mana saya hidup di dalamnya. Jika tidak begitu, saya akan menambah rumit kehidupan yang sudah penuh liku ini.”
Nagita Slavina adalah pribadi yang terbuka (Anda bisa lihat keluwesannya berbicara di setiap video blog-nya). Di suatu saat ia bisa saja terus menerus menyerocos tanpa henti, namun ketika merasa akan memasuki topik yang sulit—misalnya hubungan rumah tangganya—ia akan berhati-hati menahan diri atau mengalihkan pembicaraan secara diplomatis seperti, “Orang lain bebas berpikir dan bicara apa tentang saya.”

Pembicaraan kami beralih pada kegiatan bisnisnya yang sangat beragam; bagaimana ia memposisikan diri saat bekerja dengan suami dan ketika berdiri mandiri. Selain kerap tampil berdua di berbagai program televisi, Gigi diketahui memiliki beberapa usaha bersama sang suami, di antaranya restoran, produk makanan, saluran hiburan media sosial dengan puluhan juta pengikut, hingga label musik.
“RANS Entertainment bukan hanya sekadar proyek kerja, ini adalah tempat kami untuk bonding dan meluangkan waktu bersama,” ujarnya. Meski menyenangkan untuk Gigi bekerja dengan suami, ia tetap mendamba ruang sendiri. “Ada beberapa lini bisnis yang kami tidak bisa mengerjakannya bersama karena minat yang berbeda. Misalnya, saya memiliki usaha merek sepatu, lalu lini kosmetik yang semoga akan segera diluncurkan. Saya sudah mengerjakan proyek lini kosmetik ini sejak tiga tahun lalu, tetapi ada beberapa kendala dengan pabrik dan partner sehingga membuatnya belum siap.” Ia menyimpan cerita ini untuk masa depan.
Dengan sederet pekerjaan yang sepertinya tidak cukup dikerjakan 24 jam itu, sebenarnya apa yang menjadi fokus utama Gigi? “Menjadi ibu rumah tangga,” jawabnya cepat diiringi tawa. Ia melanjutkan, “Cita-cita saya dari kecil tidak pernah tinggi. Saya hanya ingin menjadi ibu rumah tangga. Hahaha. Impian itu saya dapatkan dari melihat ibu. Saya merupakan anak dari keluarga yang tidak sempurna, ibu dan bapak saya berpisah waktu saya muda. Lalu saya tinggal bersama ibu, dan beliau telah menjadi sosok kepala keluarga yang selalu memprioritaskan urusan rumah tangga, terutama anak. Perkara lain merupakan persoalan nomor dua. Melihat ibu menjalankan prinsip tersebut sambil tetap bekerja, menanamkan sudut pandang dalam cara saya memandang eksistensi perempuan. Buat saya, seorang perempuan harus mampu bertanggung jawab mengurus keluarga, bagaimana pun caranya. Entah dengan bantuan orang lain atau melakukan semua secara mandiri.”
Mobil Gigi kemudian berhenti di lobi sebuah mal di kawasan SCBD pukul enam lewat 45 menit, setelah memutarinya sebanyak tujuh kali karena kami tidak berhenti berbicara. Saya pun berpisah dengan Gigi di depan pintu utama. Ia segera berjalan cepat masuk ke dalam mal, melewati semua orang yang memandanginya tanpa bergeming. Sebuah bukti nyata bahwa langkah Nagita Slavina memang tidak pernah jauh dari sorotan.
Photo: DOC. ELLE Indonesia; photography YOHAN LILIYANI styling SIDKY MUHAMADSYAH makeup MARLENE HARIMAN hair WOKO