LIFE

17 Agustus 2023

Refal Hady Memperkaya Perspektif Diri dengan Berakting


PHOTOGRAPHY BY Zaky Akbar

Refal Hady Memperkaya Perspektif Diri dengan Berakting

styling Alia Husin; fashion Givenchy; watches TAG Heuer; makeup Morin Iwashita; hair Serdiana Panjaitan; retaoucher Wildan Satria.

Konon usia tak lebih dari sekadar representasi sebuah angka. Refal Hady akan menginjak usia ke-30 pada bulan Oktober tahun ini. Namun ia tak pernah merasa tidak lebih muda dibanding sebelumnya. Nalurinya dipenuhi hasrat untuk mencari tahu segala kebaruan. Ia berambisi ingin menggapai lebih banyak hal. “Pengalaman saya di dunia seni peran masih tergolong sangat singkat,” kata pemenang penghargaan Pemeran Utama Pria Terpuji (Serial Web) di Festival Film Bandung 2022 itu.

Pintu masuknya ke dunia keaktoran kali pertama terbuka ketika ia duduk di bangku sekolah menengah atas. Kala itu, laki-laki bernama lengkap Reza Fahlevy Alhady ini mendapat tawaran untuk tampil sebagai model iklan dan mengikuti sejumlah casting sinetron. Namun belum lama mengeksplorasi panggung sandiwara, ia malah berhenti berderap. “Pendidikan merupakan hal esensial dalam keluarga saya. Saat aktivitas keaktoran mulai memengaruhi performa akademis, saya memutuskan untuk menaruh fokus pada sekolah,” kisahnya. Hidup pada akhirnya ialah tentang menentukan prioritas. Usai menyelesaikan SMA, Refal langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata-1 dengan fokus studi Ilmu Komunikasi di Universitas Bina Nusantara.

Refal baru kembali bersinggungan dengan panggung sandiwara manakala memasuki periode akhir masa perkuliahannya. Pekerjaan sebagai anak magang di perusahaan televisi swasta berakhir mengantarkan langkahnya ke dunia seni peran. Ia bertemu Sanca Khatulistiwa, seorang casting director yang memberikan kesempatan bermain peran kecil di film Bangkit (2016). “Semula enggak yakin, tapi setelah mengikuti berbagai sesi akting bersama Chintya (managernya hingga hari ini) saya memberanikan diri mencoba ikut casting,” kisahnya. Satu tahun berselang, Refal melompat tinggi dengan mengambil kendali peran utama dalam film Galih & Ratna (2017). Karya besutan Lucky Koeswandi itu dengan cepat melambungkan nama Refal Hady di jagat sinema Indonesia. Ia menyandang predikat nomine Aktor Pendatang Baru Terpilih Piala Maya 2018; serta menempati jajaran nominasi Pendatang Baru Terbaik, plus Terfavorit, di ajang Indonesian Movie Actors Awards 2018. “Tentu saya bersyukur saat kinerja saya diapresiasi. Tapi keberhasilan saya memerankan karakter Galih juga tidak terlepas dari kerjasama seluruh tim yang terlibat dalam filmnya. Jujur saja waktu pertama kali menerima tawaran peran itu, saya enggak percaya diri sama sekali. Saya merasa sangat beruntung bekerja di bawah arahan Mas Lucky. Dari bimbingan beliau, saya belajar banyak hal agar dapat berakting secara jujur,” ujar Refal.

photograhy Zaky Akbar; styling Alia Husin; fashion Louis Vuitton; watches TAG Heuer; makeup Morin Iwashita; hair Serdiana Panjaitan; retaoucher Wildan Satria.

Sejak debutnya 7 tahun silam, Refal terus mengasah kemampuan aktingnya dengan bermain peran di sejumlah judul film: Critical Eleven (2017), Susah Sinyal (2017), Dilan 1990 (2018), #TemanTapiMenikah (2018), Orang Kaya Baru (2019), Antologi Rasa (2019), Wedding Agreement (2019), A Perfect Fit (2021), dan Pesan Di Balik Awan (2021). Tanpa ia sengaja hampir kebanyakan karakter perannya menempatkan Refal Hady sebagai laki-laki baik hati yang mengerti cara memperlakukan perempuan secara pantas. Sosok protagonis idaman pun seakan-akan mengemas citra merek seorang Refal Hady. Lalu pada tahun 2022 silam, Refal membuat publik tercengang dengan tampil mencekam sebagai pembunuh psikopat dalam film Perempuan Bergaun Merah karya William Chandra. “Dengan pengalaman yang masih tergolong singkat, penting untuk saya selalu berusaha menggali potensi diri lewat berbagai kesempatan peran yang ditawarkan,” alasan Refal terkait gebrakan perannya.

Tahun ini, Refal tengah dalam persiapan menghidupkan kembali tokoh Bian untuk musim kedua serial web Wedding Aggrement: the series. Namun sebelum itu, ia lebih dulu beradu peran bersama Prilly Latuconsina di film teranyar Umay Shahab yang berjudul Ketika Berhenti di Sini. “Ketika Berhenti di Sini merupakan salah satu proyek yang sangat saya suka, sekaligus sangat berat untuk dijalankan. Film ini membuat saya semakin bisa menghargai waktu serta keberadaan orang-orang dalam hidup saya,” cerita Refal. Ia kemudian bertutur bagaimana menjadi bagian dari narasi filmnya yang berpusat tentang duka kehilangan orang terkasih cukup menyentuh titik emosionalnya tatkala kehilangan sang ibu pada masa pandemi. “Duka selayaknya misteri kehidupan yang enggak akan pernah terjawab. Sampai saat ini saja saya masih mencoba berdamai dengan rasa kehilangan. Lewat film ini saya berharap bisa berbagi sudut pandang yang mampu melapangkan hati siapa saja yang tengah melalui segala hal di luar kapasitas kita sebagai manusia,” katanya.

Dunia seni peran selayaknya “terapis emosional” yang mengajarkan banyak hal dalam hidup Refal. Melalui dunia ini, ia mendapat privilese untuk berkesempatan bertukar dunia yang berbeda dari realitasnya hingga menapak tilas perasaannya yang paling dalam. Sebuah keistimewaan yang diakui olehnya membuat ia menjadi pribadi yang lebih baik. “I feel like I was able to know myself better through acting. Berakting membuat saya lebih sensitif akan hal sekitar, juga membukakan banyak perspektif baru dalam memandang sesuatu,” katanya menutup pembicaraan.