LIFE

20 Desember 2018

Retno Marsudi: Gerak Perempuan Pertama yang Menjabat Menteri Luar Negeri Republik Indonesia


Retno Marsudi: Gerak Perempuan Pertama yang Menjabat Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

Lewat jalur diplomasi, Retno Marsudi berkomitmen memperkuat jati diri bangsa Indonesia di dunia internasional dalam berbagai kerja sama positif.

Retno Marsudi dilantik sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada 27 Oktober 2014. Sejak itu kepemimpinan Indonesia semakin diperkuat. Ia selalu menjadikan Indonesia sebagai bagian solusi dari berbagai permasalahan di dunia.

Sebelumnya, Retno Marsudi menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Islandia (2005 – 2008) dan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda (2012 – 2014). Saat menjadi Dubes RI untuk Norwegia, Retno berkontribusi dalam mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Norwegia. Pencapaian ini membawa penganugerahan Order of Merit (Grand Officer – the Second Highest Decoration) dari Raja Norwegia. Kemudian saat menduduki posisi Dubes RI untuk Belanda, ia berhasil meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Belanda pada tingkatan lebih tinggi. Hasilnya, Retno dianugerahi medali Ridder Grootkruis in de Orde van Oranje- Nassau di Den Haag, Januari 2015 silam.

Retno memulai kariernya di Kementerian Luar Negeri pada tahun 1986. Ia menamatkan pendidikan Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, kemudian melanjutkan studi di De Haagse Hogeschool, Den Haag, serta jurusan European Union Law dan Human Right Study di Oslo University, Norwegia.

elle indonesia - retno marsudi menteri luar negeri indonesia - styling sidky muhamadsyah - photography irene isjandar - writer rianty rusmalia

Melalui Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, apa misi yang Anda bawa?
“Ada empat prioritas. Pertama, melindungi kedaulatan wilayah Republik Indonesia. Kedua, melindungi warga negara Indonesia yang berada di luar negeri. Yang sedang bepergian ke luar negeri, yang bekerja di luar negeri (Tenaga Kerja Indonesia), dan yang memang tinggal di luar negeri. Ketiga, meningkatkan diplomasi ekonomi. Sebab pada akhirnya, semua hubungan antar negara dan diplomasi yang kita lakukan harus menghasilkan sesuatu untuk menopang pembangunan ekonomi di negara masing-masing. Keempat adalah soal peran Indonesia di kancah internasional. Indonesia merupakan salah satu negara besar di Asia Tenggara. Kontribusi yang diharapkan dari Indonesia tentu juga sangat besar. Karena itu kami berupaya memberikan sumbangsih melalui peran aktif sebesar apa yang bisa kami lakukan.”

Pemerintah Indonesia pernah menjatuhkan hukuman mati kepada warga negara asing yang terlibat kasus narkotika di Indonesia. Strategi apa yang dilakukan Kementerian Luar Negeri RI dalam menanggapi adanya kemungkinan protes negara asing terhadap kasus hukum di Indonesia?
“Saya dan tim selalu berupaya membangun komunikasi yang terbuka kepada setiap pihak, termasuk setiap duta besar dan menteri luar negeri dari negara lain. Saya menjelaskan kasusnya seperti apa dan selalu ada ‘ruang’ pembelaan yang mesti dioptimalkan oleh masing-masing kedutaan di Indonesia untuk membela warga negaranya. Pengadilan di Indonesia pun bersifat transparan. Yang wajib kami lakukan adalah memastikan hak-hak tersangka harus terpenuhi sebagaimana mestinya. Jika pada akhirnya pengadilan memutuskan bersalah dengan hukuman yang telah ditentukan, maka itulah hukum yang berlaku di Indonesia.”

Ada banyak aspek jika kita bicara soal diplomasi: politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, dan militer. Seberapa sulit bernegosiasi dengan negara lain?
“Jika dihitung hingga tahun ini, sudah 32 tahun saya berada di dunia diplomasi. Sejak awal berkarier, saya melewati masalah dan tantangan dalam berbagai wujud. Apalagi sekarang, di mana ketidakpastian dan kabar-kabar yang belum jelas kebenarannya itu banyak sekali. Sejak dulu,
saya selalu menekankan pentingnya kerja sama tim. Terlebih kehadiran teknologi memudahkan komunikasi sehingga apapun bisa dibicarakan sangat cepat.

Sebetulnya, negosiasi tidaklah sulit. Memang betul, hubungan antarnegara itu sangat resmi. Tapi toh di balik situasi formal tersebut, para pelakunya adalah manusia. Karena itu, bagi saya, sangat penting menciptakan hubungan baik yang sifatnya personal. Misalnya, tidak hanya menulis surat ucapan selamat kepada menteri yang baru diangkat, tetapi juga mengirim pesan chat messenger atau menelepon ke nomornya langsung. Menciptakan hubungan baik pada level personal itu sangat membantu dalam dunia kerja. Bahkan dalam situasi kritis, komunikasi dan negosiasi lebih mudah dilakukan jika Anda memiliki kedekatan yang baik. Kedekatan yang bisa diukur dari seberapa cepat kita bisa dihubungi.”

elle indonesia - retno marsudi menteri luar negeri indonesia - styling sidky muhamadsyah - photography irene isjandar - writer rianty rusmalia

Bicara soal negosiasi, Anda juga berhasil perihal terpilihnya Indonesia menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB. Bagaimanakah ceritanya?
“Ya, itu sangat menggembirakan sekali. Upaya panjang yang akhirnya membuahkan hasil. Kami melakukan lobi kampanye selama 3 tahun. September 2017, digelar UN General Assembly Meetings di mana semua menteri luar negeri dari seluruh dunia berkumpul di New York selama satu minggu. Sepuluh hari kami di sana dan terus-menerus melakukan lobi dalam 153 pertemuan. Menjelang tanggal pemilihan 8 Juni 2017, saya seperti ‘pindah kantor’ di New York. Bahkan sampai 15 menit menuju pengambilan keputusan, lobi-lobi itu masih dijalankan. Pokoknya apapun kami lakukan untuk pemenangan ini. Dan Alhamdulillah, Indonesia terpilih menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB untuk periode 2019-2020.

Apa agenda Anda dengan keberhasilan ini?
“Mandatnya adalah perdamaian dan keamanan, maka kewajiban kita untuk menciptakan situasi agar perdamaian dan keamanan itu tercapai. Salah satu yang kami lakukan ialah mengirimkan Peacekeepers atau Pasukan Perdamaian. Tahun 2018 ini, Presiden Joko Widodo melepas 970 Pasukan Perdamaian untuk misi perdamaian di Republik Demokratik Kongo. Dengan keberangkatan ini, artinya ada lebih dari 1.000 orang dikirim Indonesia sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB. Indonesia pun masuk dalam jajaran 10 besar negara pengirim pasukan perdamaian. Agenda lainnya ialah bagaimana mandat PBB tersebut bersinergi dengan pemenuhan pengembangan yang berkelanjutan. Sinergi ini menjadi acuan bagi negara-negara dunia di mana pada 2030 kita bisa mencapai ‘sustainable development goals’. Selain itu kami juga berupaya mengatasi ‘Transnational Organized Crime’, yakni terorisme, perdagangan manusia, pencucian uang, dan kejahatan cyber. Termasuk persoalan Palestina yang juga menjadi prioritas politik luar negeri Indonesia.”

Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki Anda sebagai perempuan pertama yang menjadi Menteri Luar Negeri. Bisakah kita memahaminya sebagai ‘bentuk pencapaian’ bahwa Agama Islam dan Pemberdayaan Perempuan merupakan dua hal yang dapat berjalan beriringan di Indonesia?
“Saya sangat bersyukur dengan apa yang terjadi dan saya jalani sekarang. Sebuah bentuk kepercayaan besar terhadap kaum perempuan di Indonesia. Kita bisa melihatnya dari Kabinet Kerja pada pemerintahan saat ini. Tadinya kita punya sembilan perempuan sebelum Ibu Khofifah Indar Parawansa menjadi Gubernur Jawa Timur. Kini ada delapan perempuan yang menjabat sebagai menteri pada posisi- posisi strategis. Menteri Luar Negeri, Menteri BUMN, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Kesehatan, dan lainnya. Bisa dibilang demikian, kita membuktikan bahwa pemberdayaan perempuan dapat berjalan baik di Indonesia, negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia.”

Prestasi dan kiprah Anda sebagai Menteri Luar Negeri menuai banyak pujian. Tidak sedikit yang mengidolakan bahkan ingin menjadi seperti Anda. Bagaimana opini Anda?
“Yang saya lakukan ialah bekerja keras dan bekerja dengan hati. Saya tidak mungkin mencapai titik ini tanpa berjuang sekuat tenaga. Namun, kerja juga harus dengan hati. Sebab mudah sekali kita mengeluh jika tidak bekerja sepenuh hati. Terlebih profesi ini berupaya melindungi manusia. Dan saya akan melakukan apapun untuk melindungi mereka. Namun, saya juga selalu mengingat bahwa jabatan bukan untuk disakralkan.

Kekuasaan itu jangan dinikmati. Menjadi sangat berbahaya jika kita merasakan nikmatnya duduk di singgasana kekuasaan. Jabatan lebih kepada tanggung jawab yang mesti ditunaikan. Saya selalu berharap bahwa apa yang saya lakukan dapat membawa kebaikan bagi bangsa Indonesia, sekaligus mampu menginspirasi para perempuan di negeri ini. Saya sangat percaya, perempuan merupakan sosok kuat yang mampu menjadi agen perubahan. Perempuan adalah orang pertama yang menginjeksikan nilai-nilai kepada anak-anaknya.

Betapa pentingnya peran perempuan yang bisa dibilang ikut menentukan nasib generasi mendatang melalui didikan dan pola asuh. Termasuk dalam dunia profesional. Perempuan memiliki kekuatan besar untuk menjadi bagian dari solusi tantangan-tantangan dunia. Kita para perempuan dianugerahi kelebihan, yakni adanya insting untuk menggunakan dialog ketimbang ancaman dan kekerasan, sesuatu yang penting
jika kita bicara soal bagaimana menciptakan dunia yang lebih damai dan sejahtera.”

styling SIDKY MUHAMMADSYAH photography IRENE ISKANDAR