8 Februari 2025

Tema Klasik nan Abadi Merangkum Perjalanan Romansa Jean Claudia Handajani & Gideon Tani Putra


Tema Klasik nan Abadi Merangkum Perjalanan Romansa Jean Claudia Handajani & Gideon Tani Putra

Tanpa perlu menebak apa yang dibawa takdir, sejumlah kemungkinan selalu hadir setiap hari, termasuk dalam urusan percintaan. Jean Claudia tak pernah merencanakan apa-apa untuk mendapatkan pasangan hidup. Kali pertama ia bertemu Gideon Tani Putra secara tidak sengaja ketika sama-sama sedang berada di Seattle, Amerika Serikat. Setelah saling berkenalan, tak terjadi sesuatu yang spesial sebab keduanya sedang menjali hubungan dengan orang lain. Tahun 2016, Jean Claudia tengah berada di Los Angeles dan hendak pulang ke Jakarta untuk liburan musim panas.

Dalam masa liburannya di Jakarta, suatu hari Claudia berencana mengunjungi suatu restoran di daerah Senopati tapi akhirnya malah mendatangi suatu tempat baru di Kawasan SCBD. Tak disangka, ia kembali bertemu Gideon usai pertemuan pertama di Seattle. Dan kencan pertama terjadi hanya beberapa hari setelahnya. “It was celarly an unexpected turn of events, from a simple night out to meeting my future husbang. Really interseting how life can take you from one day to another."


Mencintai seseorang yang ditakdirkan bersama rasanya semua terasa mudah meski tidak disangkal tentu ada hambatan dan kempleksitas dalam perjalanannya. Ketika pandemi terjadi, Gideon pindah ke Bali sementara Claudia tetap di Jakarta. Di masa-masa itulah keduanya merasakan tantangan akibat jarak yang memisahkan. Lima tahun menjalani hubungan, Gideon akhirnya melamar Claudia di tahun keempat mereka berpacaran. 

“Saya selalu percaya bahwa alam semesta tidak akan pernah memisahkan jiwa-jiwa yang telah ditakdirkan untuk bersama. Rasanya Gideon selalu memperlakukan saya lebih baik daripada dia memperlakukan dirinya sendiri. Ia begitu sabar dan penuh cinta. “I love how he always made sure that I can get everything that I want and nothing less. And that my dreams are slowly becoming his dreams too.” 


Momen sang kekasih melamar menjadi malam yang menegangkan buat Claudia. Suatu sore di Uluwatu, Gideon menjemput Claudia untuk menuju sebuah pantai privat. Tiba-tiba di tengah perjalanan, kendaraan yang ditumpangi mogok tanpa sebab yang jelas. Usai berganti mobil, Claudia dan Gideon berhasil tiba di pantai persis saat matahari terbenam dengan langit berwarna merah muda keunguan.

Kejutan dari Gideon telah menanti. Sang kekasih telat mengatur dekorasi sesuai dengan mood board dari Pinterest yang pernah diperlihatkan Claudia kepada Gideon beberapa bulan sebelumnya. “I feel like I was witnessing the best sunset of my life. The whole beach was quiet and empty with just our little cabana in the middle of the beach with candles, flowers, wine and seafood. We were strolling around the beach, taking photos, then there he was on his knees,” cerita Claudia.


Di gelar di Six Sense Uluwatu Bali, acara pemberkatan dilaksanakan pada sore hari yang kemudian dilanjutkan dengan resepsi dalam acara jamuan makan malam. Alih-alih mengikuti tren terkini, Claudia dan Gideon justru menerapkan tema yang klasik dan timeless untuk hari pernikahannya. Sebuah konsep acara dengan tema yang relevan sampai berpuluh-puluh tahun kemudian.

Tidak ada dekorasi tematik ataupun tren kekinian yang menyelimuti rangkaian acara pernikahan. Claudia memilih tema klasik dengan gaya Tuscanian yang romantis nan elegan. “Kami hanya ingin menjadi diri sendiri dalam pernikahan kami; elegan, simpel, dan bersahaja. Saya sendiri percaya bahwa tema pernikahan harus lebih dari sekadar penampilan trendi. Saya dan Gideon ingin mencerminkan kepribadian kami masing-masing ke dalam setiap desain dan komponen pernikahan. Dan kami sangat berterima kasih kepada seluruh vendor yang telah berhasil menerjemahkan dan mengeksekusi karakter personal saya dan Gideon dengan hasil yang paripurna,” ungkap Claudia.