26 Oktober 2020
10 Novel Agatha Christie Paling Menegangkan
Oktober adalah musim untuk semua hal horor, thriller, dan ketegangan. Simak karya Agatha Christie yang patut dibaca dan ampuh bagi yang ingin mengasah insting detektifnya.
Rasanya tidak ada orang yang tidak kenal novelis satu ini. Agatha Christie dikenal sebagai ratu novel kriminal yang tersohor di dunia. Perempuan ini mahir dalam mengisahkan cerita fiksi yang menegangkan. Ia telah menulis 66 novel detektif dan 14 kumpulan cerita pendek. Ia tercatat sebagai salah satu penulis novel paling laris sepanjang masa. Penjualannya mencapai 2 miliar kopi di seluruh dunia. Novel-novel terbaiknya juga sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan laris diburu di banyak negara.
Sebagian bukunya juga telah dialihkan ke bentuk film, salah satunya Murder on The Orient Express. Banyak tokoh fiksi yang diciptakan Agatha Christie dalam novel-novelnya. Salah satunya adalah Hercule Poirot, detektif fiktif paling populer setelah Sherlock Holmes. Berikut beberapa karya novel misteri Agatha Christie yang patut dibaca dan cukup ampuh bagi yang ingin mengasah insting detektifnya.
The Murder of Roger Ackroyd
Novel ini menjadi rekomendasi bagi yang belum pernah membaca karya Agatha Christie sebelumnya. Di sebuah desa telah terjadi sebuah pembunuhan. Tragedi tersebut menewaskan seorang laki-laki bernama Roger Ackroyd. Dokter Sheppard yang kebetulan tinggal di desa adalah orang pertama yang mengetahui kabar itu. Lewat sebuah telepon misterius, sang dokter mendapat kabar bahwa temannya itu telah tewas dibunuh.
Hercule Poirot baru saja datang dari kota ke desa tersebut. Ia langsung diminta oleh keponakan korban, Flora Ackroyd, untuk menyelesaikan kasus pembunuhan itu. Naluri sebagai seorang detektif pun menggelora. Dengan kemampuan analisnya yang detail, ia mulai menyelidiki satu per satu anggota keluarga Roger Ackroyd termasuk teman dari sang mendiang, Dr. Sheppard.
Berangkat dari cerita khas detektif biasa, The Murder of Roger Ackroyd memberikan plot mengejutkan. Kisah ini kerap jadi bahan diskusi dan dianggap sebagai salah satu puncak kejayaan cerita detektif.
Endless Night
Novel ini pertama kali diterbitkan tahun 1967 dan memiliki jalan cerita yang sedikit menyeramkan. Kisah dimulai dengan pasangan yang baru menikah, Michael Rogers dan Ellie. Keduanya membangun sebuah rumah di desa. Awalnya kehidupan mereka baik-baik, hingga suatu hari seseorang memperingati Ellie agar berhati-hati dengan nasibnya.
Orang tersebut menyuruh Ellie pergi meninggalkan tempat tinggalnya. Menurutnya, Ellie akan mendapatkan nasib buruk jika terus tinggal di desa tersebut. Musibah pun terjadi, sang istri dari Michael itu ditemukan tewas. Kecurigaan lantas merebak, dan peristiwa itu menjadi misteri yang menyelimuti kehidupan desa tersebut.
The ABC Murders
Kasus pembunuhan berantai yang melakukan pembunuhan dengan menggunakan alfabet dari nama-nama korbannya secara berurutan. Di samping tubuh masing-masing korban diletakkan sebuah buku. Buku ini terbuka pada halaman yang menunjukkan inisial korban dan tempat pembunuhan terjadi.
A berarti Andover, tempat di mana Mrs. Ascher dipukul sampai mati. B berarti Bexhill, lokasi Betty Barnard mati dicekik. C berarti Churston dan Sir Carmichael ditemukan tewas terbunuh. Namun si pembunuh tidak sadar telah membuat kesalahan besar, karena berani menantang Hercule Poirot untuk membuka kedoknya. Novel ini dibalut dengan skema cerita yang penuh kejutan dan bahkan kesimpulan yang tak terduga.
Hercule Poirot’s Christmas
Karya Agatha Christie yang dirilis tahun 1938 ini menghadirkan kisah pembunuhan yang tak terduga. Sepanjang membaca, tak sedetik pun Anda akan menduga siapa pembunuhnya. Padahal petunjuk samar-samar telah disebar.
Simon Lee adalah seorang aristokrat kaya dengan harta warisan yang tidak sedikit. Selain kaya, ia punya banyak kekasih. Tak heran laki-laki ini mempunyai hubungan yang kurang harmonis dengan anak-anak dan menantunya. Suatu hari di perayaan Natal, anak-anak berkumpul di rumah Simon. Sebagian memang ingin merayakan Natal, tapi sebagian hadir karena memendam harap ingin warisan dari Simon. Namun tiba-tiba Simon tewas dibunuh.
Di novel ini kita harus mengakui level berpikir Agatha Christie yang memang tidak lazim seperti cara berpikir orang kebanyakan. Di tahun 1930-an, ia sudah mempraktekkan apa itu berpikir ‘out of the box’, Agatha Christie memelopori cara baru bagaimana seharusnya seorang detektif bekerja. Cara yang ia maksud yakni seorang detektif hanya perlu merenung, menggunakan otaknya untuk memecahkan sebuah kasus. Tentu saja mengumpulkan bukti adalah hal penting.
Taoi tugas ini dapat dilakukan oleh para asistennya yakni kapten Hastings dan Adriane Oliver. Kita mungkin bisa berpendapat bahwa cerita detektif Agatha itu kuno dan membosankan. Namun mereka yang membaca karya Agatha tak ragu untuk mengakui bahwa perempuan ini adalah ratunya dalam menjalin cerita dan menjebak pembaca sehingga tak seorang pun tahu ke mana arah akhir cerita.
Five Little Pigs
Seorang perempuan mengunjungi Hercule Poirot di kediamannya. Perempuan itu bernama Carla Lemarchant. Ia meminta bantuan Poirot untuk menuntaskan kasus lama yang menimpa keluarganya. Sekitar 16 tahun lalu, ayahnya tewas diracuni dan pengadilan memutuskan bahwa ibunya bersalah atas peristiwa tersebut.
Sebelum akhirnya meninggal di penjara, ibu dari Carla mengirimkan sebuah surat yang isinya bahwa ia tidak bersalah dan tidak membunuh sang suami. Dengan peristiwa yang masih menghantui kehidupan Carla, ia berharap kepada Hercule untuk dapat mengungkap kasus tersebut dan mendapatkan kebenaran akan pembunuhan yang menimpa ayahnya.
Poirot lalu menemukan lima kemungkinan tersangka, yang ia sebut lima babi kecil: pedagang saham, amatir herbalis, duda, pegawai pemerintah dan saudara perempuan Caroline.
A Murder is Announced
“Berita Pembunuhan: akan dilaksanakan pada hari Jum'at tanggal 9 Oktober di Little Paddock, pukul 6.30 sore. Datanglah kawan kawan. Ini adalah satu satunya pemberitahuan”. Salah satu novel pembunuhan paling rumit dari Agatha Christie. Desa Chipping Cleghorn lagi-lagi digemparkan. Kali ini oleh sebuah iklan di Chipping Cleghorn Gazette. Isinya tentang rencana pembunuhan. Maka pada pukul 6.30 sore orang-orang datang ke Little Paddock.
Saat tengah berkumpul menantikan acara 'main main' tersebut, tiba tiba lampu padam. Sesosok laki-laki tiba tiba menerobos masuk sambil menembakkan pistol. Laki-laki tersebut tewas bersimbah darah. Iklan itu benar adanya. Namun anehnya, yang bawa pistol malah yang mati terbunuh.
Rumah Little Paddock dimiliki oleh seorang perempuan bernama Blacklock yang berusia 60 tahun. Ia hidup ditemani Dora Bunner, temannya. Beberapa pembantu, dan dua keponakan yang sedang berkunjung. Belakangan laki-laki yang tewas tadi diketahui bernama Rudi Hertz, teman Blacklock sendiri. Namun motif yang melatarbelakangi peristiwa tersebut masih gelap. Di saat kekagetan belum reda, Dora Bunner ditemukan tewas over dosis. Salah seorang tamu pada saat kejadian, Nona Murgatroyd, juga tewas dicekik di stasiun kereta. Tiga nyawa melayang sudah cukup bagi Jane Marple. Saatnya ia beraksi.
Ada sekitar 20 karakter tokoh yang terlibat dalam novel ini. Bayangkan, Anda harus mengingat satu per satu tokoh agar tidak kehilangan orientasi cerita. Meliputi orang orang yang terlibat, orang orang dari masa lalu, para polisi, hingga nama kucing. Belum lagi plot cerita yang meliuk- liuk sampai akhir. Rasanya Agatha Christie sedang dalam performa terbaik ketika menulis novel A Murder is Announced.
The Best of Hercule Poirot
Penggemar Agatha Christie pasti mengenal Hercule Poirot. Kecerdasan dan kejelian analisis Poirot sebagai detektif swasta memikat para pembaca di seluruh dunia sejak kemunculannya pertama kali dalam The Mysterious Affair at Styles.
Semua itu ditambah penampilan Poirot yang selalu rapi dan sempurna dengan ciri khas kumis kaku, menjadikannya tokoh yang paling dicintai para penggemar kisah kriminal.
Ketiga judul yakni The ABC Murders, Five Little Pigs, dan Curtain Poirot’s Last Case merupakan judul-judul kasus Hercule Poirot yang terpilih menjadi favorit pembaca Agatha Christie. Meski ketiga kasus tersebut tidak saling berkaitan, Agatha Christie dengan Hercule Poirot-nya berhasil menghadirkan ketegangan dan kejutan dalam penyelesaian setiap misteri.
Murder on the Orient Express
Kemampuan Agatha Christie mengecoh pembacanya tiada tandingan. Terbukti dalam karya ini. Dimulai dari keberangkatan di Suriah, melewati Selat Bosporus, berkereta dari Istanbul Turki, sampai kejadian pembunuhan di Yugoslavia. Setidaknya ini selingan memikat dari novel-novel lainnya yang berlatar Inggris. Kali ini detektif bepergian sendiri.Tepat setelah tengah malam ketika kereta melintasi Yugoslavia, gumpalan salju menghentikan kereta Orient Express. Padahal saat itu kereta mewah tersebut sangat dipadati penumpang. Namun begitu pagi tiba, terjadi sesuatu pada satu penumpang. Ia tewas di dalam kompartemen, dengan belasan luka tusuk, dan pintunya terkunci dari dalam. Sebagai salah satu penumpang, Poirot berlomba dengan waktu untuk menemukan pelaku pembunuhan tersebut.
Dengan mudah dapat disimpulkan bahwa pembunuhnya adalah salah seorang penumpang kereta. Tapi ternyata salah. Dari luar kereta? tidak mungkin karena kereta berada di tengah padang salju. Kemungkinannya ialah penumpang gelap. Tapi Poirot menyangkal. Tidak mungkin katanya.
Sejak dari awal detektif menangkap gejala aneh pada gerbong yang ditumpangi. Pertama, saat itu bukan musim bepergian. Kereta biasanya sepi penumpang. Namun pada waktu kejadian gerbong penuh terisi hingga nyaris Poirot sendiri tak kebagian kamar. Kedua, penumpang gerbong dipenuhi orang dari berbagai bangsa. Mary Debenham dari Inggris, Antonio Foscarelli orang Itali, Princess Dragomiroff berasal dari Rusia, Hildegarde Schmidt warga Jerman, dan kebangsaan lainnya. Terlalu beragam. Ketiga, kesaksian masing-masing penumpang membingungkan dan menjadikan penjelasan kejadian semakin ruwet. Kita pun dibuat bingung dengan banyaknya tokoh yang semuanya berpotensi jadi pembunuh.
Ten Little Niggers
Terbit pertama kali di Inggris pada tahun 1939 dengan tajuk Ten Little Niggers. Namun karena dianggap rasis, terbitan Amerika tahun 1940 mengubah judulnya menjadi And Then There Were None. Novel ini kemudian difilmkan dengan mengubah judul menjadi Ten Little Indians.
Cerita berlokasi di 'Pulau Negro', di kawasan Devon, Inggris. Disebut pulau negro karena bentuknya menyerupai kepala negro. Sepuluh orang diundang untuk 'berlibur' di pulau tersebut oleh seorang misterius dengan dengan inisial U.N.O. Sepuluh orang tersebut memiliki riwayat pembunuhan di masa lalu. Wargrave, seorang pensiunan hakim; Vera, seorang guru; Lombard, seorang tentara; Emily, seorang perempuan tua; Blore, mantan polisi; MacArthur, pensiunan jenderal; Amstrong, dokter bedah; Marston, seorang selebriti; dan terakhir adalah suami istri Rogers, pelayan di resort pulau itu. Dan dalam waktu 36 jam, kesepuluh orang tersebut tewas secara misterius.
Di antara debur ombak yang memecah karang, satu per satu penghuni pulau menemui ajalnya. Marston diracun sianida, Mrs. rogers over dosis, MacArthur kepalanya dipukul sampai pecah, Emily diracun sianida, Mr. Roger kepalanya pecah, Wargrave tertembak di kepala, Amstrong tenggelam, Blore kepalanya pecah tertimpa jam marmer, Lombard tertembak di jantung, dan terakhir Vera gantung diri.
Polisi menyimpulkan tidak ada orang kesebelas di pulau itu yang mungkin menjadi pembunuhnya. Siapa membunuh siapa, menjadi pertanyaan yang ruwet karena catatan terakhir hanya dari buku harian sebagian penghuni pulau. Kasus hampir ditutup tanpa penyelesaian kalau saja tidak ditemukan sebuah botol mengapung di laut dan ditemukan tanpa sengaja oleh seorang nelayan kapal ikan. Botol tersebut berisi pesan terakhir dari sang pembunuh.
The Last Séance
Bagi para pencinta kisah supernatural, patut menyimak kumpulan cerita berhantu dan mengerikan dari Agatha Christie. Meski dunia mengenalnya sebagai Ratu Kisah Kriminal, pada awal karier menulisnya Agatha Christie mencoba menulis kisah-kisah misteri yang tidak wajar.
Misalnya kisah seorang perempuan yang mendapat penglihatan seperti cenayang, sebuah sosok yang menjulang muncul dari balik kegelapan, pertemuan dengan dewa-dewa, pesan-pesan menyeramkan dari dunia lain, hingga kisah seorang laki-laki yang bertukar tubuh dengan seekor kucing.
Kisah-kisah itu disatukan dalam kumpulan cerita paling mengerikan berjudul The Last Séance. Beberapa kisah di dalamnya juga melibatkan Hercule Poirot dan Miss Marple. Kumpulan cerita ini semakin menampilkan sisi gelap Agatha Christie, dengan 10 cerita yang di antaranya disebut sang penulis sebagai cerita pendek favoritnya.