CULTURE

21 Juni 2024

Cerita Tentang Hiruk-Pikuk Jakarta Lewat Lensa Fotografer


Cerita Tentang Hiruk-Pikuk Jakarta Lewat Lensa Fotografer

Selamat ulang tahun, Jakarta! Pamornya megah sebagai Ibu Kota selama lebih dari setengah abad. Kini, Jakarta siap menyerahkan gelar keistimewaannya kepada Nusantara. Walau begitu, karisma Jakarta dijamin kesohor tak lekang zaman. Berbagai cerita hidup bergejolak di tanah Jakarta, entah yang bikin kita tertawa bahagia, atau yang buat kepala berputar-putar. Namun tak dipungkiri, Jakarta adalah rumah dengan segudang memori bagi banyak warganya.  Merayakan ulang tahun Jakarta ke-497, Kami mengundang sejumlah fotografer untuk mengabadikan ragam kisah serta warisan budaya yang membentuk Jakarta tercinta. Segala hal yang selalu membuat karisma Jakarta tak akan pernah padam kendati nanti tak lagi menjadi Ibu Kota. Sebuah edisi tribute khusus bagi #Jakarta.



Jakarta, karya fotografi Anton Ismael

Jakarta memanifestasikan mimpi besar buat kebanyakan orang. Padahal, mungkin hanya satu dari sekian ribu orang yang–beruntung–berkesempatan meraih impian, dan sukses. Sisanya? Masih di jalan perjuangan. Tak ada jaminan sebatang emas akan digenggam tangan. Tapi orang tak urung surut berbondong-bondong menghampirinya, sebab pulang bukan pilihan manakala martabat jadi pertaruhan. Tuntutan kebutuhan juga kerap jadi bayang-bayang. Sebuah ketakberdayaan bertahan hidup di kota Jakarta yang diabadikan Anton Ismael dalam karyanya.



Ondel-Ondel, karya fotografi Zaky Akbar

Di Jakarta, segala hal tampak semrawut, namun ada benang merah yang menciptakan keharmonisan nan indah di antaranya pada saat bersamaan. Pesona itu digambarkan Zaky Akbar dalam latar fotografinya. Ondel-ondel, sebagai maskot kota, yang kerap berbusana warna-warni turut dihadirkan laksana refleksi kekayaan karakter warga Jakarta.



Young Swimmer, karya fotografi Chris Bunjamin

Jakarta dimaknai Chis Bunjamin sebagai perjalanan. Kampung halaman tempat ia tumbuh besar; kampung halaman yang sempat ia tinggalkan sejenak, namun akhirnya kembali ke pelukannya untuk bernapas dan berkarya. Ketika mengabadikan Young Swimmer, ia sembari mengontemplasi perjalanan kariernya kembali ke titik awal. Bagaimana ia menemukan bahwasanya mentoring ilmu serta pengalaman dari barisan senior kepada generasi muda dapat berkontribusi membangun fondasi kuat bagi kemajuan sebuah industri (apa pun bidangnya) yang sarat akan persaingan. Di Jakarta, ia belajar mendekatkan diri kembali pada kampung halamannya agar bisa menorehkan karya lebih baik.



j*k**t*, karya fotografi Vicky Tanzil 

Jakarta ibarat blank space di mata Vicky Tanzil. Di dalam blank space, bermacam-macam elemen hidup, tumpah-ruah, dan bertumbuh. Tumbuh menjadi penopang, pelengkap, penyemarak, penyokong, dan penanda akan sebuah kehidupan.



Jakarta Itu Keras, Bung !!, karya fotografi Bona Soetirto

Bona Soetirto telah hidup di Jakarta sepanjang usianya. Ia adalah saksi bagaimana kampung halamannya berkembang menuju ke arah kemajuan. Satu yang menarik memorinya ialah evolusi moda transportasi publik, yang tak lagi sekadar berfungsi sebagai angkutan kota antar wilayah, namun juga ruang kehidupan bagi para warganya. Di sana orang bisa bersosialisasi, menonton serial drama, bahkan ada yang menemukan kenyamanan untuk tidur; pun sering kali kursinya turut bergeser menjadi spasial kerja. Lewat karya fotonya yang bertajuk Jakarta Itu Keras, Bung !!, Bona memotret satu dari berbagai kehidupan di atas angkutan kota. Interpretasinya sekaligus satire menampilkan bagaimana Jakarta dapat menjadi brutal meleburkan batasan ruang kehidupan penghuninya tanpa mengenal tempat dan waktu.



Pejuang Bersepeda, karya fotografi Panji Indra 

Jalur sepeda punya siapa? Siapa saja pengguna sepeda. Sepeda motor, boleh? Tidak. Hmm… tidak ada aturannya. Hmm… di lintasan hijau itu, siapa saja bersinggungan. Suasananya sarat keramaian oleh berbagai karakter roda dua. Namun, di saat bersamaan menaungi para penghuninya dari iring-iringan roda empat berlampu biru yang bising menerobos Jalan Sudirman. Sebuah ekosistem jalur sepeda Jakarta selalu terlihat impresif bagi Panji Indra—yang juga bersepeda.