24 April 2025
Sungai Design Mengolah Sampah Plastik Jadi Furnitur Estetis yang Ergonomis

text by Riri Warokka (photo DOC. Sungai Design)
Menurut laporan, volume timbunan sampah di Indonesia bisa mencapai 68,7 juta ton per tahun. Saat mengetik ‘isu sampah Indonesia’ pada search engine, berita yang muncul sebagian besar mengemukakan sampah yang tertimbun berasal dari rumah tangga. Penumpukan tersebut berakar pada kurang gencarnya sistem pengelolaan sampah yang mumpuni. Dampaknya, jelas semakin merusak lingkungan—dari darat hingga ke laut. Melihat kenyataan yang meresahkan itu—terutama dengan banyaknya sampah yang mencemari laut—sebuah organisasi nirlaba yang berdomisili di Bali, Sungai Watch, memasang semacam alat penghalang sampah di sungai-sungai Bali yang bermuara ke laut. Alat tersebut secara efektif berhasil menghentikan gerak sampah-sampah terapung. Tiga penggagasnya, Kelly Bencheghib bersama dua saudara lakilakinya, Gary Bencheghib dan Sam Bencheghib, memulai aktivitas ini pada tahun 2020—tepat di tengah pandemi. Sekitar 270 alat penghalang sudah terpasang di berbagai area sungai di Bali sampai hari ini. Sejak itu, sebanyak 1,8 juta kilogram sampah telah terkumpul. Apa yang perlu dipikirkan selanjutnya yaitu terkait cara pengolahan sampah.
Bali menjadi istimewa bagi Kelly adalah karena, “Sungai di Bali itu lebih dari sekadar saluran air. Mereka adalah jalur kehidupan bagi ekosistem, budaya, dan komunitas di pulau ini,” jawab perempuan asal Prancis yang besar di Bali tersebut. Sesaat terbesit betapa indahnya rona biru laut di Pulau Dewata, dan tak bisa dipungkiri keberadaan sampah kian merusak citra indah itu. Kegelisahan itu, ditambah berbagai hal krusial lainnya, narasi terkait isu sampah kemudian digubah oleh Kelly dengan balutan bahasa desain—yang kemudian melahirkan Sungai Design di bulan Maret 2024. Peresmiannya dirayakan dengan peluncuran koleksi perdana Sungai Design dalam tajuk Ombak Chair.
Ombak Chair.
Ombak Chair menampilkan rancangan kursi lounge dalam dua tipe: berlengan dan tanpa sandaran tangan. Koleksinya didesain minimalis, nilai fungsional dan ergonomis turut dihadirkan dalam gaya urban contemporary secara subtil lewat sudut miring dan garis rancang berongga. Format rancang tersebut dihasilkan dari pemikiran cermat agar limbah dari proses produksinya pun dapat diminimalisir. Impian awal untuk menciptakan solusi mengolah sampah tentu saja tidak ingin dirusak oleh sampah lainnya.
Berbagai bentuk komunitas lokal di Bali menjadi jiwa yang menemani perjalanan Sungai Watch, hingga Sungai Design. Keterlibatan mereka dalam proses daur ulang sampah ini sangat penting. Pertama-tama, sampah kantong plastik dibersihkan, lalu diserut, dan setelah itu ditekan dengan panas sehingga terbentuk lembaran kokoh. Satu lembaran yang mengandung sekitar 2.000 kantong plastik ini lantas dipotong oleh mesin CNC untuk menghasilkan bagian-bagian perakitan kursi. Oleh karena proses tersebut, tiap kursi memiliki rona, corak, dan tekstur yang berbeda-beda—meskipun secara resminya kursi ini hadir dalam empat opsi rona: pebble white, ocean blue, granite black, dan coral green. Tiap kursi mempunyai karakter dan keunikannya masing-masing, terkoneksi dengan tangan-tangan manusia.
Muara Stool. | Muara Bench. |
Selain bekerja bersama masyarakat Bali, Kelly, Gary, dan Sam turut menggandeng desainer asal Amerika yang satu visi terkait nilai-nilai lingkungan, yakni Mike Russek. Kolaborasikolaborasi ini membuktikan bahwasanya permasalahan sampah yang telah menjadi isu global mampu ditangani secara bijak apabila mendapatkan prioritas, dan lewat desain bisa dijadikan narasi yang menyegarkan. “Tujuannya (menjaga lingkungan) adalah dasar dari segala sesuatu yang kami lakukan, namun desain adalah bahasa kami,” jelas Kelly. Menurutnya, desain tanpa memberikan dampak positif terasa kosong; begitu pula sebaliknya. Maka dari itu, Sungai Design diharapkan mampu meracik dan meleburkan kedua hal tersebut. Sembari memberikan panggung pada prinsip desain sirkular di mana memaksimalkan efisiensi penggunaan material dan memperpanjang masa pemakaian produk menjadi fokus, Kelly juga ingin khalayak merayakan keindahannya dari segi desain. Terinspirasi oleh Yvon Chouinard, pendiri label Patagonia, menurutnya masa depan desain berkelanjutan berpusat pada kolaborasi dan inovasi.
Esensi desain yang dicanangkan terbukti menjelma sebagai daya tarik luar biasa. Pada bulan pertama Ombak Chair diluncurkan, tercatat ada lebih dari 300 transaksi pembelian. Tidak berhenti di situ, koleksi ini pun berhasil mendapat pengakuan dari ajang desain skala internasional, Maison et Objet di Paris, sebagai pemenang kategori Future on Stage pada September 2024 silam. Patut diakui, kemampuan bernarasi dan edukasi memainkan peran penting dalam mengkomunikasikan furnitur daur ulang. Tak lama kemudian, muncul koleksi kedua bertajuk The Muara yang menampilkan stool dan bench. Masih konsisten merancang alas duduk, koleksi kali ini menawarkan garis lengkung nan simpel, menemani gaya minimalis yang diusung sedari awal.
Merunut kembali ke titik awal di mana semua ini demi menghasilkan dampak positif terhadap lingkungan, tercatat sampai bulan Desember 2024, Sungai Design telah berhasil mendaur ulang sebanyak 20.000 kilogram kantong plastik. Angka signifikan itu menegaskan sebuah gerakan solid, dan terus berjalan secara efektif. Di tahun 2025, mereka sudah berencana melahirkan kolaborasi-kolaborasi yang menampilkan furnitur modular dan multifungsi, serta menargetkan jumlah lebih banyak dalam mendaur ulang sampah kantong plastik. Sejauh ini, titel sustainable minimalism with a story digambarkan secara apik oleh Sungai Design.

Korakrit Arunanondchai Mengontemplasi Memori Dalam 'Sing Dance Cry Breathe | as their world collides on to the screen'