15 April 2025
Louis Vuitton Curi Perhatian di Ajang World Expo 2025 Osaka Lewat Karya Kolaborasi OMA

text by Siti Nur Arisha (photography Marco Cappelletti for Louis Vuitton)
Di ajang World Expo 2025 Osaka-Kansai, Paviliun Prancis mencuri perhatian lewat kolaborasi Louis Vuitton dan firma arsitektur OMA, yang dipimpin oleh Shohei Shigematsu. Lewat dua instalasi yang dirancang khusus, Louis Vuitton menghadirkan pengalaman yang menampilkan keahlian khas rumah mode ini—savoir-faire lewat penuturan tata cara yang modern, visual, dan relevan dengan tema besar paviliun, A Hymn to Love.
Instalasi pertama membawa pengunjung masuk ke ruangan yang seluruh dindingnya dipenuhi trunk ikonis Louis Vuitton. Sebanyak 84 trunk disusun menjulang tinggi dari lantai ke langit-langit hingga membentuk sebuah lanskap nan imersif. Dalam mode terbuka, rangkaian trunk tersebut digubah menjadi layar tembak video yang menampilkan berbagai rekaman gambar para perajin berbagai sang rumah mode.
Nuansa berbeda hadir di ruang kedua. Sebuah bola raksasa setinggi 6,6 meter dengan bobot 13 ton, yang seluruhnya meliputi 90 koper Courrier Lozine berwarna putih, dibangun memenuhi ruangan. Selayaknya bola, instalasi tersebut dirancang untuk dapat bergerak—berputar dan naik-turun—sambil menampilkan karya video dari seniman digital Jepang, Daito Manabe.
Dijelaskan oleh Shohei Shigematsu, kedua instalasi tersebut dibangun dari satu elemen utama, yakni koper yang dikembangkan menjadi dua konsep berbeda. “Savoir-faire Louis Vuitton adalah keseimbangan yang luar biasa antara warisan yang abadi dan reinvensi yang terus-menerus. Untuk mewujudkan dualitas ini, kami menciptakan dua ruang kontras dengan satu modul, yaitu koper. Satu ruang merupakan lingkungan yang dibangun dari tumpukan koper terbuka; ruang lainnya menampilkan sebuah bola yang seluruhnya terdiri dari koper, dipresentasikan sebagai satu objek tunggal. Keduanya saling terkait, menciptakan dua pengalaman berbeda yang mempertemukan tradisi dan transformasi, arsip dan karya seni, perpustakaan dan teater, cahaya dan bayangan. Saya senang bisa turut memperluas dialog antara Prancis dan Jepang—dua budaya yang sama-sama menjunjung tinggi nilai keahlian dan inovasi.” ungkapnya.

Korakrit Arunanondchai Mengontemplasi Memori Dalam 'Sing Dance Cry Breathe | as their world collides on to the screen'

ICAD 2024 Ungkap Realitas yang Tersembunyi Di Balik Lapisan Keseharian Masyarakat Lewat Eksplorasi Karya 74 Seniman