29 Oktober 2024
Di Balik Eksplorasi Kreatif Sashia Rosari Untuk Karakter Desain Sors
text by Riri Warokka
Kemungkinan besar bila mendengar Honu, pikiran pertama akan langsung tertuju pada menu poke bowl. Namun, tak sedikit juga yang mengagumi nuansa sederhana dan ringan dari interior dari berbagai cabang tempat makan tersebut, khususnya pada apiknya garis rancang mebel yang tertata di dalamnya. Sashia Rosari, salah satu pemilik kedai poke bowl itu, adalah nama di balik semua instrumen interior dari Honu. Daya tarik interior paling tampak pada pemilihan material yang dominan kayu berwarna terang, serta warna-warna lembut yang tak berteriak; sehingga menjalin sebuah gaya kontemporer yang tak lekang oleh waktu. Yang lebih memikat lagi, konsep tersebut diwujudkan tanpa meninggalkan nilai ergonomis. Ketika menyelami latar belakang pendidikan Sashia, perihal itu menjadi sangat lazim. Sebagai lulusan Industrial Design dari Universitas Teknologi Swinburne di Melbourne, Australia, tentu saja ilmu ergonomi kerap muncul sebagai esensi sebuah rancangan. Latar belakang edukasinya kian menguat dengan dukungan pengalaman bekerja di label furnitur ternama di Australia. Maka, tidak heran jika Sashia mengantongi rasio pemikiran untuk melihat rancangan bukan hanya berdasarkan tren.
Sebelum memutuskan menggeluti bisnis makanan dan minuman manakala kembali ke Jakarta, Sashia sempat bergabung dengan Potato Head Group di Bali. Beberapa waktu berselang, usai secara berkesinambungan mengembangkan keahlian desain furnitur untuk berbagai proyek di industri hospitality serta proyek komersial lain, Sashia lantas memberanikan diri melahirkan label furnitur milik sendiri pada 2018: Sors.
Nama Sors memanifestasikan permainan huruf nama sang pemilik, Sashia Rosari-semula S.Ros, kemudian ditetapkan Sors. Secara tidak sengaja, Sors ternyata nama dewa keberuntungan dalam mitologi Romawi. Bagaikan memberikan sinyal lampu hijau untuk berjalan terus. "Semua orang bisa menggunakan sentuhan keberuntungan," tambah perempuan yang mengagumi sosok-sosok desainer legendaris, seperti Hans Wegner, Finn Juhl, serta Tobia dan Afra Scarpa.
Di tahun 2018, bersamaan dengan tahun labelnya berdiri, Sors meluncurkan koleksi furnitur yang terdiri dari meja makan Wolt, kursi makan Percy, coffee table Klee, kursi Herbert, side table Song. Garis rancang lembut memenuhi koleksi ini, dan hal itu seakan-akan menjadi ajang perkenalan karakter Sors untuk koleksi-koleksi yang menghiasi perjalanan kreativitas. Setiap rancangan Sashia selalu diawali dengan memikirkan tema keseluruhan, sembari membayangkan gaya hidup yang cocok bagi tata letak ruangan, terutama penghuni serta pengguna. Contohnya, koleksi bertajuk At Ease keluaran 2020. Koleksi ini muncul sebagai respon terhadap kondisi pandemi yang menekankan kemewahan memiliki waktu luang. "Eksplorasi kami terhadap teknik manufaktur artisan pun mencerminkan hal ini, menciptakan produk yang ideal untuk relaksasi jangka panjang, seperti sofa dudukan dalam," jelasnya. Pendekatan seperti ini pun memaknai perjalanan Sashia dalam melebarkan sayap Sors sebagai produsen custom furnitur eksklusif.
Tidak hanya untuk hunian pribadi, Sors kerap berkolaborasi dengan desainer interior maupun arsitek dalam merancang ruang komersial yang ditujukan untuk khalayak, Sors memegang teguh penerapan ergonomis demi kenyamanan. Makna kenyamanan di sini juga tidak melulu berpatokan pada rasa empuk, namun lebih ke arah keseimbangan proporsi serta fungsi sebuah furnitur. Pendekatan seperti itu mengarahkan pertimbangan cermat nan krusial dalam perihal besar hingga kecil. Mulai dari merancang karya yang mampu mengatasi tantangan pelanggan yang mabuk, hingga membuat lemari bar berkompartemen tersembunyi, serta merancang sofa yang kondusif untuk mendorong percakapan bagi sesama orang-orang baru kenal. Bahkan dalam memilih material utama untuk alas permukaan meja yang dapat meminimalkan suara bising yang mengganggu ketika beradu dengan peralatan makan keramik.
Saat ditanya cara menyeimbangkan kemauan klien dan nilai inti dari Sors, ia kembali menyebutkan tiga komitmen utama, yaitu proporsional, ergonomis, dan unggul dalam fungsionalitas. "Ketiga etos tersebut menuntun kami dalam proses desain, sekaligus memberikan kebebasan untuk beradaptasi ke berbagai klien asal mash memegang nilai inti Sors. Kami merangkul konsep fleksibilitas," Sashia memaparkan. Konsep itu pun dimaknai dengan sungguh-sungguh. Hal ini dapat terlihat saat meluncurkan koleksi furnitur khusus anak-anak di penghujung tahun 2022. Merancang koleksi khusus anak merupakan hal yang jarang terdengar di industri furnitur Indonesia. Akan tetapi, bagi perempuan asli Jakarta yang lama bermukim di Australia ini, perihal tersebut menjadi sebuah tantangan yang perlu dicoba.
Lagi-lagi, tercetus ide berdasarkan pengalaman pribadi pada masa pandemi, kala momen statis mendunia. "I feel that my creative juices flow best when my mind is idle and feeling relaxed," katanya. Sashia melihat kebutuhan pasar akan furnitur berdesain apik yang tidak terlalu kekanak-kanakan. Rancangan kursi dan stackable stool sengaja dibuat ringan agar anak-anak bisa bebas mengatur pemindahan tata letaknya. Pesona karakter kayu turut dikawinkan dengan warna-warna pucat yang halus dan lembut. Lama kelamaan, karakter tersebut secara alami muncul sebagai benang merah, titik pesona, dan jati diri dari rentetan rancangan Sors-koleksi label ataupun proyek interior pribadi dan komersial.
Menjadi sosok desainer yang juga seorang perempuan di industri furnitur tidak dipungkiri Sashia dapat menghadirkan tantangan tersendiri. Khususnya dalam mengekspresikan diri atau pun ide. Baginya, ada batas yang perlu dijaga-antara ketegasan berekspresi dan sikap tenang, namun senantiasa penuh rasa ingin tahu. Beruntungnya, menetap di Indonesia yang kaya akan tradisi dan budaya, memperluas kesempatan untuk berkolaborasi dengan berbagai perajin. la pun melihat secara langsung pertumbuhan benar terjadi dan sangat bersyukur saat ini bisa menjadi bagian di industri furnitur Indonesia.
Ledakan Energi Kromatik yang Artistik Menggubah Desain 'Vibrant' Untuk Apartemen Bergaris Rancang 'Open Space'