CULTURE

17 Februari 2023

Di Balik Garis Desain Transitional Interior Rumah Alika Islamadina dan Raja Siregar


Di Balik Garis Desain Transitional Interior Rumah Alika Islamadina dan Raja Siregar

"Alika adalah orang yang membebaskan saya dalam berekspresi. Lebih baik lagi, dia selalu memberi perhatian pada minat saya—walaupun barangkali minat saya bukan sesuatu hal yang dia suka banget, tapi dia peduli untuk tertarik dan enggak jarang juga mau turut terlibat. Seperti saat membangun rumah ini; saya memiliki banyak sekali ide, yang seringkali ‘ribet’, tentang gambaran rumah idaman. Tapi Alika membiarkan saya melakukannya, bahkan mengembangkan ide-ide saya dengan masukan-masukannya yang terlewat dari pikiran saya,” Raja Siregar mengapresiasi eksistensi Alika Islamadina, perempuan yang telah menjadi sahabat, istri, serta ibu dari anaknya, Zulu (putri pertama mereka yang lahir pertengahan tahun 2022 silam). Ketika laki-laki yang berprofesi sebagai fotografer itu mencurahkan isi hatinya, Alika—tentu saja—sedang tak berada di dekat kami. Ia tengah menghampiri sang putri yang terbangun dari tidur siang.

Raja melanjutkan, “Saya bisa membicarakan apa pun bersama Alika; dari hal yang paling enggak penting hingga yang paling krusial tentang hidup saya. Itu yang membuat saya yakin bahwa saya bisa menjalani hidup ini bersamanya.” Ia sontak berhenti bicara seiring senyumnya pecah manakala Alika kembali memasuki ruang transit—begitu sebutan area duduk di mezanin yang membuka alur denah hunian mereka. “Sampai di mana mengobrolnya?” tanya penyanyi peraih tiga Piala Anugerah Musik Indonesia tahun 2006 itu sembari menyamankan diri duduk di kursi sebelah Raja. Saya memberitahunya betapa ia sangat memesona suaminya.

photography Indra Permana; styling Ismelya Muntu.

Raja tertawa. “Pribadi saya cukup introver, dan dia mampu memberikan space di saat saya membutuhkannya,” celotehnya berlanjut. Alika bergabung dalam obrolan, “Dan tanpa tersinggung merasa diabaikan, ya. Buat saya wajar kita sebagai individu butuh momen hanya dengan diri sendiri.”

Konon Anda berbagi segalanya pada saat membangun keluarga. Namun apakah lantas melucuti privasi setiap individunya? Buat pasangan yang menikah di tahun 2021 ini, quality time—baik momen berdua, pun untuk diri sendiri— merupakan wujud ‘bahasa cinta’. Dan rumah dimaknai sebagai safe space. Sebab itu, keleluasaan gerak setiap penghuni menjadi salah satu elemen yang mengisi cetak biru rumah mereka. Berdiri dua lantai dengan tambahan mezanin dan rooftop, setiap ruangan dirancang terpisah dengan sekat dinding, atau penempatan rak pajang.


Menariknya, atmosfer yang terbangun jauh dari kesan eksklusif. Dari mezanin tempat kami berbincang, sudut pandangnya terbuka hingga menjangkau zen garden di balik kaca dekat dapur dan ruang makan, kamar tidur anak, dan ruang menonton televisi di lantai dasar; jika sedikit menengadah, tampak living room dan ruang kerja pada tingkat atasnya. Kendati tidak serta- merta tampak secara keseluruhan, hanya sekadar cuplikan sekelumit sisi dari setiap ruang, namun ada jalinan arus yang menghubungkan kehidupan antar satu sama lain. “Salah satu faktor yang mendorong untuk akhirnya membeli rumah ini yaitu ukuran bangunannya yang enggak terlalu besar, tapi cukup mengakomodir ranah-ranah privat,” cerita Raja.

photography Indra Permana.

photography Indra Permana.

Bergelut di ranah industri kreatif tidak menuntut aktivitas Raja dan Alika berpusat hanya di satu titik. Kesibukan mereka berpindah-pindah tempat, serta dalam waktu yang variatif. Terkadang juga pekerjaan itu mengikuti sampai ke rumah. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, setiap lantai digarap agar mampu berdiri mandiri dengan difasilitasi sarana penunjang kehidupan, seperti pantri mini, toilet, serta area duduk tempat bersantai. “Idenya memang sengaja menciptakan area-area yang berfungsi memberikan kehidupan di atas maupun di bawah,” kata Raja. “Dengan begitu, satu sama lain dapat fokus, tidak terganggu ataupun mengganggu, ketika perlu waktu sendiri; sementara yang lain sedang kehadiran tamu,” tambah Alika.

photography Indra Permana.

Saat Raja dan Alika menemukan rumah yang kini menjadi kediaman keluarga kecil mereka di dekat kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, ini, propertinya telah berupa bangunan jadi. Namun tak ada yang benar-benar langsung sempurna bilamana menyangkut rumah idaman. “Daripada main ke luar, kami lebih senang mengundang orang bertamu ke rumah. Kami menginginkan orang-orang yang datang bisa merasa connect dan mengenal pribadi kami tanpa perlu kami bercerita panjang lebar,” tutur keduanya saling menimpali secara kompak. Di mata mereka, rumah merupakan manifestasi karakteristik sang penghuni. Sebuah visi yang tidak mereka temukan selaras dengan denah interior orisinal bangunannya. Maka mereka melakukan apa yang perlu dilakukan: membangun ulang sesuai persona berdua.

photography Raja Siregar.

Renovasi yang memakan waktu dua tahun meliputi pemugaran lantai, panel dinding, kosen; menambahkan elemen-elemen baru; hingga improvisasi tata letak ruang, mencakup kamar tidur, dapur, sampai pembaruan kamar mandi. Tidak ada keterlibatan arsitek mau pun desainer interior. Keduanya berkelana mencari vendor konstruksi khusus untuk setiap ruangan serta menelusuri toko-toko material bangunan hingga ke luar Ibu Kota. “Barangkali terkesannya ribet buat sebagian orang, tapi pengalaman membangun rumah sendiri benar-benar menyenangkan bagi kami. Dan karena kami membangun rumah ini dari scratch, kami jadi tahu betul seluk-beluk rumah sendiri,” tutur Alika.

photography Raja Siregar.

Raja dan Alika mendadani rumah mereka dengan desain produk yang dibuat khusus. Mulai dari gagang pintu bergaris desain industrial yang mengaksentuasi pintu masuk utama; meja makan kayu jati berkaki baja; tembok yang dicat dalam teknik poles hingga menciptakan struktur; panel dinding yang dirancang persisi dengan wallpaper motif alam di ruang televisi; hingga rak buku yang menjulang setinggi dua lantai sebagai lemari perpustakaan—lengkap dengan tangga berjalannya. “Kami akan merancang desain yang menjadi bayangan kami melalui photoshop, lalu mencari vendor material. Memang tidak mudah untuk menemukan yang tepat, dan bagus, dan sesuai budget; tapi bukan mustahil asal kita mau meluangkan waktu untuk ikut terlibat dalam setiap prosesnya,” ungkap Raja.

photography Raja Siregar.

Secara garis besar, garis rancang hunian ini mengaplikasi konsep transitional, di mana mengombinasikan elemen- elemen hunian tradisional dengan unsur-unsur gaya modern. “Sewaktu membangun kami tidak dengan sengaja merujuk pada satu gaya tertentu. Kami bereksperimen. Kami memilih furnitur berdasarkan selera, dengan mengutamakan kenyamanan, tanpa menetapkan pada awalnya di mana akan kami tempatkan. Tapi sepertinya justru karena tidak memikirkannya, kami jadi lebih bebas memadu-padankan penataan ruang, and it works. Yang penting, hal pertama, kami harus suka lebih dulu,” pungkas Raja.