CULTURE

28 April 2022

Kurasi Peralatan Makan Berkarakter Puitis


Kurasi Peralatan Makan Berkarakter Puitis

Untuk acara perjamuan ataupun agenda makan-makan dengan keluarga dan kerabat, ELLE mengurasi sejumlah koleksi peralatan makan keramik yang elok dan puitis.

Tana Ceramics

Didirikan Ayu Hendriani, Tana Ceramics merupakan salah salah satu perajin lokal yang berangkat dari fi losofi tanah sebagai bagian dari siklus kehidupan manusia. Bukan hanya menyajikan perlengkapan saji, melainkan juga mengingatkan kita pada segala sesuatu yang natural. Koleksi peralatan rumah tangga Tana Ceramics dirancang menggunakan teknik handmade pada sebagian besar desainnya. Warna bersahaja dengan tekstur terlihat kasar pada beberapa bagian; namun ketaksempurnaan itu justru tampak indah. Palet warna alami pada piring saji akan membuat sajian apa pun menonjol sebagai pusat atensi. Sedangkan koleksi teko dibuat dari batu Fluorit yang membawa kita pada kenangan musim gugur yang teduh dan tenang.

Ayu Larasati Ceramics

Yang membuat seni tembikar stoneware koleksi Ayu Larasti Ceramics kian menarik ialah praktik teknik pencelupan glasir dalam proses kreasinya. Aplikasi metode tersebut menyuguhkan elemen kejutan perihal warna pada setiap koleksi. Misalnya rangkaian glasir titanium, yang setelah melalui proses pembakaran bersuhu tinggi (mencapai 1.240 derajat Celsius), menghasilkan jangkauan rona fluktuatif; mulai dari biru gelap, ungu yang intens, putih kehijauan, hingga cokelat berbintik. “Atmosfer lingkungan pada saat melalui pembakaran turut memengaruhi penciptaan, dan karenanya kami tidak bisa menebak keindahan yang akan ditunjukkan sampai keluar dari tungku,” sebagaimana penjelasannya. Di beberapa koleksi, Ayu Larasati juga menjalani metode celup tangan secara dinamis untuk mengolah lebih dari dua glasir. Hasilnya, komposisi garis desain tumpang tindih nan menawan, seperti terlihat pada koleksi Moonstone yang memadukan sandstone, zikonium putih dan biru.

Kaloka Pottery

Pada 2016 silam, Francisca Puspitasari merintis tableware Kaloka Pottery yang lahir dari gagasan untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan dan memberdayakan perajin lokal. Kaloka dibuat oleh para perajin Indonesia yang bermukim di Yogyakarta. Diciptakan dari bahan dasar tanah liat lokal dengan proses handmade alias tanpa mesin. Pada proses terakhir, keramik dimasukkan ke dalam tungku pembakaran dalam suhu 1.250 derajat Celcius. Sebagai produk fungsional, Kaloka dapat dikenakan sebagai alat penyajian makan ataupun aksesori rumah tangga. Rangkaian koleksinya meliputi dinner plate, dessert plate, mug, cangkir, teko, dan mangkuk. Seluruh produknya memiliki desain yang unik dengan warna-warna pastel dalam nuansa earth tone yang kalem dan teduh. Alih-alih serba cantik dan rapi, Kaloka Pottery mengedepankan desain yang secara sengaja tidak seragam, tidak mulus, dan tidak teratur dalam garis maupun motif. Rancangan tidak beraturan malah membuat Kaloka terasa personal karena nyaris tidak ada yang sama persis.

Made by Margaret Yap

Margaret Yap menghargai nilai ketakpastian yang ditawarkan oleh materi tanah liat sebagai manifestasi puitis keutuhan nan elok. Karenanya, alih-alih berusaha merangkai sebuah bentuk presisi, karya-karya tembikarnya cenderung bersiluet abstrak seolah-olah membiarkan arketipe setiap kreasi terbangun secara alami sejalan proses pembuatan. Hasilnya, garis desain kaya tekstur dan berkarakter nuansa psikedelik mewarnai paras koleksinya. Naluri artistik sang seniman kerap dilandasi oleh gagasan surealisme yang tumbuh dari eksplorasi ruang berpikir sarat imajinasi tentang kehidupan, perasaan manusia yang kompleks, dan romantisisme peristiwa masa lampau. Di atas meja makan; tatanan piring, gelas tangkai, mug, hingga mangkuk sajinya praktis menciptakan harmonisasi rupa perjamuan berpenampilan edgy.

Kevala Ceramic x Jia by OCK

Bertajuk Riak, koleksi peralatan makan rancangan kolaboratif Budiman Ong (Direktur Kreatif Jia by OCK) bersama Wendy Thomas (pendiri Kevala Ceramics) ini tampil artistik berhiaskan motif grafis nan autentik. Sementara garis desain yang sarat bersiluet oriental, dilatari oleh kebiasaan bersantap dan tradisi kuliner warga Asia yang banyak mengeksplorasi hidangan berkuah. Butuh waktu sekitar enam bulan untuk proses pembuatannya. Materi tanah liat diproses secara mandiri olehKevala menggunakan formulasi bahan yang bersumber dari berbagai negara dunia melalui penelitian ekstensif. Disempurnakan dengan glasir karya tangan perajin yang menghasilkan pola distingtif. Karenanya, setiap produk memiliki rupa individualitas sehingga membuat tampilan meja makan terasa personal.

Gaya Ceramic

Gaya Ceramic, yang didirikan oleh pasangan Marcello dan Michela di Bali sejak 2001 silam, memanifestasi ekosistem kehidupan dari lingkungan sekitar sebagai ekspresi ideal sebuah objek. Nilai artistik senantiasa ditonjolkan lewat studi, eksperimen, serta pengembangan keterampilan secara konstan. Eksplorasi materi plus teknik inovatif turut melengkapi proses berkarya para perajin Gaya Ceramic.

photography Roman Jehanno

Mengapa Anda memilih keramik sebagai medium berkarya?

“Lewat materi keramik, kami menemukan probabilitas kreativitas desain yang tak terbatas. Itu sebabnya koleksi kami selalu menyuguhkan keberagaman dengan eksplorasi material dan nilai estetika secara mendalam.”

Seperti apa perjalanan Gaya Ceramic dalam proses kreatifnya?

“Sebelum menjadikan Bali sebagai rumah berkarya, kami telah memulai perjalanan keramik pada 1993 di Italia. Selama 30 tahun, ada banyak pengalaman sekaligus tantangan. Perjalanan tersebut memungkinkan kami untuk menentukan metode kreatif dengan dukungan keterampilan teknis untuk mengolah kreativitas.”

Bagaimana Anda mendefinisikan tatanan meja makan yang menggugah selera?

“Tidak ada pola spesifik untuk penataan meja makan yang baik. Kami percaya, aksesori dan pengaturan meja memiliki kekuatan besar dalam menciptakan nilai estetika, intimasi, dan makna personal. Beberapa variabel yang perlu dipertimbangkan yakni tata interior, suasana ruang, jenis makanan, penyajian, metode pelapisan, dan lainnya. Kami sendiri memelajari dan mendefinisikan variabel-variabel tersebut untuk menyusun moodboard dengan kombinasi koleksi yang selaras kebutuhan visual serta fungsional.” Prinsip apa yang Anda terapkan dalam menata meja makan, terutama untuk perjamuan besar? “Kami gemar mengoleksi peralatan keramik dari masa lampau dan selalu memadukan gaya yang beragam. Alih-alih membatasi diri pada satu bentuk desain, saya lebih ingin menerapkan jutaan kreativitas.”

Dior

Koleksi ABCDior lansiran rumah mode Dior ini memberikan sentuhan elegan tersendiri di meja makan. Garis desainnya menggubah rancangan syal Mitzah karya Maria Grazia Chiuri ke dalam set piring makan porselen bercorak serta tampil dalam warna-warna cerah. Semangat empat musim dalam periode tahunan dijadikan sebagai landasan ilustrasi desain. Masingmasing mewakili pesan sang pendiri rumah mode atas perayaan warisan, gairah, harapan, serta impian.

Christian Lacroix

Vista Alegre dan Christian Lacroix kembali berkolaborasi dalam koleksi peralatan makan yang dirancang oleh sang Direktur Kreatif, Sacha Walckhoff. Bertajuk Butterfly Parade, rancangannya tak hanya elegan, tapi juga bernuansa gembira karena menampilkan sejumlah kupu-kupu sedang berparade dengan efek tiga dimensi. Warna-warna cerah disempurnakan dengan imbuhan emas dan platinum yang dilukis tangan. Sebuah koleksi yang berani sekaligus indah dengan memadukan dua elemen ikonis dari kedua merek berbeda.

Feast by Ottolenghi

Rasa merupakan harga tertinggi sebuah makanan, tetapi visual penyajian berperan penting dalam menggugah selera Anda untuk mencicipinya. Memahami hal tersebut, Chef Yotam Ottolenghi berkolaborasi dengan seniman Ivo Bisignano dan Serax; menciptakan set peralatan makan ekspresif bertajuk FEAST. Rancangan artistiknya ditangani Bisignano dengan mengadopsi cita rasa kuliner sang koki ke dalam ilustrasi abstrak corak sayuran plus semburat warna cerah. Hasilnya? Tampilan menggiurkan yang meleburkan interaksi formal di meja makan.

Jenggala

Jenggala lahir atas inisiasi Wija Waworuntu bersama Brent Hesselyn, desainer keramik asal Selandia Baru, pada 1976, dan kini bergerak di bawah asuhan Ade Waworuntu. Sepanjang hampir 50 tahun berkarya, Jenggala secara konsisten menampilkan kekayaan budaya serta tradisi Indonesia sebagai esensi desainnya dalam mencipta peralatan makan berbahan tembikar yang meninggalkan kesan di meja makan. Rancangan Jamu Collection misalnya, terinspirasi atas pengobatan tradisional Indonesia yang mengandalkan ramuan herbal. Seni pahatan corak turut memesonakan garis desain Jenggala. Lihat saja bagaimana hasilnya memberikan kekayaan tekstur pada set pelat koleksi Hammered.

Mengapa desain koleksi Jenggala sarat nilai budaya Indonesia?

“Negeri ini sangat kaya akan tradisi dan kultur yang beragam, mulai dari Sabang sampai Merauke. Bagi kami, seluruh keindahan Indonesia menjadi sumber kebanggaan sekaligus inspirasi tanpa batas. Maka menjadi penting bagi kami untuk mengangkat kekayaan tersebut ke dalam bentuk karya seni yang juga fungsional dalam keseharian."

Bagaimana pengalaman selama nyaris 50 tahun memperkaya kreativitas rancangan Anda?

“Awalnya Jenggala lahir untuk memenuhi asas kebutuhan. Ayah saya, Wija Waworuntu, bersama kawannya, Mr. Brent Hesselyn, membuat dinnerware untuk kebutuhan Tandjung Sari Hotel di Sanur, Bali. Unsur budaya dan alam Indonesia menjadi sumber inspirasi dalam merancang rupa desain yang unik, kemudian diterjemahkan secara visual melalui seniman lokal. Gagasan tersebut terus berlanjut menjadi warisan kreatif yang melandasi karakteristik inovasi Jenggala.”

Menurut Anda, apa hal krusial dalam penataan meja makan agar terlihat memanjakan visual sekaligus menggugah selera?

“Semua aspek menjadi sangat penting ketika menyoal penampilan di atas meja makan. Mulai dari kesesuaian bentuk, warna, dan fungsi keramik sebagai wadah dengan makanan yang disajikan. Penting untuk memahami tujuan perjamuan sambil menentukan konsep peralatan makan yang ideal untuk mewujudkan suasana nyaman dalam agenda makan-makan.”