CULTURE

20 Juni 2024

Menyelisik Ragam Corak Kesenian Jakarta yang Sarat Nilai-Nilai Budaya Lintas Daerah hingga Mancanegara


Menyelisik Ragam Corak Kesenian Jakarta yang Sarat Nilai-Nilai Budaya Lintas Daerah hingga Mancanegara

text by Hermawan Kurnianto; photography by Ryan Tandya for ELLE Indonesia June-July 2024; styling Alia Husin

Dengan hiruk-pikuk modernitas yang melumurinya, Jakarta memiliki sisi lain yang orang-orang lebih banyak sekadar tahu ketimbang mengenalnya secara mendalam. Sebuah perspektif yang menegaskan bahwa Jakarta memiliki sejarah panjang yang menjadikan kota ini sebagai titik temu kultural. Melahirkan beragam corak kesenian yang kaya akan nilai-nilai budaya lintas daerah maupun negara.

Berbicara Jakarta, pun, sepertinya tidak mungkin kalau tidak membicarakan Betawi. Dua nama ini memang sudah identik satu sama lain, bahkan mungkin seperti bersinonim. Sebenarnya, Jakarta, yang dahulunya bernama Sunda Kelapa, merujuk pada wilayah yang telah diketahui secara luas hingga saat ini. Sementara Betawi merupakan nama suku yang muncul pertama kali sebagai suatu komunitas beberapa etnis di wilayah Jakarta dan sekitarnya pada abad ke-18. Suku Betawi inilah yang menjadi pencetus dan penggerak berbagai jenis kesenian yang menempuh perjalanan zaman.

Nama “Betawi” sendiri berasal dari kata “Batavia” yang kemudian berubah menjadi “Batavi” dan akhirnya, “Betawi”. Penggunaan kata “Betawi” sebagai sebuah suku ditandai oleh pendirian sebuah organisasi bernama Pemoeda Kaoem Betawi pada tahun 1923. Dari aspek kultural, suku Betawi merupakan masyarakat multietnis yang melebur dan membentuk sebuah entitas baru. Suku ini memiliki kekerabatan etnis dengan Melayu, Sunda, dan Jawa.

Sejak tahun kemerdekaan Republik Indonesia (1945), para imigran dari seluruh Indonesia terus berduyun-duyun memadati Jakarta. Hal ini menyebabkan orang-orang Betawi menjadi minoritas. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan tergusur hingga ke luar Jakarta. Proses asimilasi dari berbagai suku yang membaur di Jakarta hingga kini terus berlangsung.

Ikon Budaya

Seni dan budaya asli suku Betawi dapat dilihat dari temuan arkeologi, seperti giwang-giwang dari abad ke-11 Masehi yang ditemukan dalam penggalian di Babelan, Bekasi. Budaya Betawi juga diperkaya oleh proses percampuran budaya antara suku asli dengan beragam etnis pendatang. Sejak zaman dahulu, wilayah bekas Kerajaan Salakanagara atau yang kemudian dikenal dengan “Kalapa” (yang akhirnya berubah menjadi Jakarta) merupakan wilayah yang memikat hati banyak pendatang, baik dari dalam maupun luar Nusantara.

Saat ini, selain Betawi, suku-suku yang menghuni Jakarta antara lain adalah Jawa, Sunda, Melayu, Minang, Batak, dan Bugis. Betawi juga banyak menyerap elemen kultural dari luar Indonesia, seperti Arab, Cina, India, dan Eropa. Semuanya berkontribusi terhadap kekayaan budaya Betawi. Beberapa tahun silam, Pemerintah DKI Jakarta melakukan langkah strategis untuk melestarikan kebudayaan Betawi, yaitu melalui pengesahan Peraturan Daerah No. 4/2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi, Peraturan Gubernur No. 229/2016 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi, dan Peraturan Gubernur No. 11/2017 tentang Ikon Budaya Betawi.

Berikut adalah sejumlah ikon kebudayaan Betawi yang mungkin tidak semuanya Anda tahu, tetapi Anda perlu mengenalnya.

photography by Ryan Tandya for ELLE Indonesia June-July 2024; styling Alia Husin.

Ondel-Ondel

Anda tentunya sudah familiar dengan ondel- ondel, boneka besar dari anyaman bambu dengan tinggi sekitar 2,5 meter dan garis tengah sekitar 80 cm. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala terbuat dari ijuk. Layaknya manusia, ondel-ondel memiliki jenis kelamin. Umumnya, wajah ondel-ondel laki-laki berwarna merah dengan alis hitam tebal, mata yang dibuat melotot, ditambah dengan kumis dan senyuman. Sementara wajah ondel-ondel perempuan berwarna putih dengan alis hitam melengkung, mata yang besar, bulu mata lentik, bibir merah, telinga beranting, dan jidat bermahkota, ditambah dengan senyuman yang manis. Ondel-ondel memiliki filosofi sebagai lambang kekuatan untuk memelihara keamanan dan ketertiban, serta bersifat tegar, berani, tegas, jujur, dan anti manipulasi.

Kembang Kelapa

Kembang kelapa terbuat dari lidi yang dibungkus dengan kertas atau plastik warna- warni. Sebagai dekorasi dinamis, kembang kelapa dapat diletakkan di depan arak- arakan dalam festival, atraksi pariwisata, dan pentas seni budaya. Sedangkan sebagai dekorasi statis, kembang kelapa diletakkan di samping kanan dan kiri pintu masuk, pada kanan dan kiri pelaminan, pada kanan dan kiri panggung, digantung di plafon, dan pada titik-titik tertentu di dalam ruangan. Kembang kelapa melambangkan kemakmuran, juga simbol dari kehidupan manusia yang penuh manfaat, seperti halnya pohon kelapa. Selain itu, kembang kelapa juga merupakan simbolisasi dari keterbukaan masyarakat dalam pergaulan sehari-hari.

Gigi Balang

Kekayaan seni dan budaya Betawi juga meliputi bidang arsitektur. Gigi Balang adalah ornamen yang tidak hanya berfungsi sebagai penghias bangunan, tetapi juga mengandung falsafah dalam kehidupan masyarakat Betawi. Motif Gigi Balang yang berwarna kuning dan hijau ini melambangkan kehangatan, kecerdikan, dan talenta dalam wirausaha. Warna hijau sendiri menyimbolkan harmoni dari berbagai macam unsur yang membaur dalam budaya Betawi. Bentuk segitiga berjajar menyerupai gigi belalang menyiratkan nasihat mulia bahwa hidup itu harus dijalani dengan jujur, rajin, ulet, dan sabar.

photography by Ryan Tandya for ELLE Indonesia June-July 2024; styling Alia Husin.

Batik Betawi

Daerah atau suku di Indonesia memiliki kain dan corak batik tersendiri, tidak terkecuali Betawi. Batik Betawi memiliki ciri khas berupa warna yang mencolok dan gambar yang merefleksikan kebudayaan Betawi. Batik Betawi berbentuk kain panjang dan kain sarun yang dikerjakan secara tulis dan cap. Dipengaruhi oleh budaya Arab, India, Belanda, dan Cina; motif batik Betawi menawarkan keragaman, antara lain Dododio, Mak Ronda, Rasamala, Kampung Marunda, dan Galur Ondel-Ondel. Dari filosofinya, batik Betawi menyimbolkan keseimbangan alam semesta untuk memenuhi hidup yang sejahtera dan berkah.

Baju Sadariah

Sadariah adalah salah satu jenis pakaian khas Betawi. Umumnya disebut oleh masyarakat sebagai baju koko atau baju tikim. Baju koko lazim dikenakan oleh laki-laki dalam kegiatan ibadah dan hari besar umat Islam, serta acara resmi. Memancarkan karakter laki-laki yang rendah hati, sopan, dinamis, dan berwibawa.

Kebaya Kerancang

Sebutan yang lebih populer untuk Kebaya Kerancang adalah Kebaya Encim. Terdiri atas kebaya dan kain, busana tradisional perempuan Betawi ini dulunya hanya bisa dikenakan oleh kalangan atas karena harganya yang mahal pada zamannya. “Kerancang” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “berlubang”. Kebaya Kerancang biasanya dibordir dengan motif kembang pada bagian bawah dan pergelangan tangan. Dilengkapi kain sarung batik Betawi dengan kepala kain bermotif tumpal, tombak, buket, dan lainnya. Kebaya ini melambangkan keindahan, kecantikan, kedewasaan, keceriaan yang mengikuti kearifan, aturan, dan tuntunan leluhur.

Kerak Telor

Makanan ringan asli Betawi ini menggunakan bahan-bahan dasar berupa telur ayam atau telur bebek, beras ketan putih, kelapa muda parut yang disangrai, garam, merica bubuk, ebi, dan bawang goreng. Kerak telor masih bisa ditemui di sejumlah destinasi wisata seperti Monas, TMII, dan Ragunan, perhelatan tahunan Pekan Raya Jakarta, hingga acara festival atau pameran seni dan budaya. Kudapan ini menyuguhkan simbol kehidupan manusia yang mengalami perubahan lingkungan secara alamiah dan juga relasi antar manusia yang harmonis.

Bir Pletok

Bagi yang belum tahu, ini adalah minuman khas Betawi yang tidak mengandung alkohol, meski menyandang “bir” pada namanya. Minuman berwarna merah ini terbuat dari air, gula pasir, kayu manis, jahe, sereh, cengkeh, kayu secang, biji pala, lada bulat, cabai, daun jeruk purut, daun pandan, kapulaga, dan garam. Terasa menyegarkan dan menawarkan manfaat bagi kesehatan, baik dihidangkan dingin maupun hangat. Bir pletok dimaknai sebagai pendukung gaya hidup sehat secara lahir dan batin, serta bentuk apresiasi terhadap hidup.

photography by Ryan Tandya for ELLE Indonesia June-July 2024; styling Alia Husin.

Warisan Budaya

Pada tahun 2021, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia menetapkan sebanyak 289 Warisan Budaya Takbenda (WBTb) yang dihimpun dari seluruh penjuru Indonesia. Jakarta dengan basis kebudayaan Betawi di dalamnya, menyumbang enam WBTb yang terdiri atas keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional, adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan, hingga tradisi lisan dan ekspresi.

Gasing Betawi

Salah satu permainan tradisional masyarakat Betawi yang terbuat dari pohon kayu asam, kayu mahoni, kayu nangka, atau kayu waru. Dimainkan dengan cara melilitkan tali pada paku yang ada gasing dan dilemparkan dengan cara menarik tali.

Golok Betawi

Berdasarkan fungsinya, golok terbagi menjadi dua, yaitu golok kerja dan golok simpenan (sorenan). Golok kerja biasa digunakan dalam pekerjaan, seperti memotong, membelah, dan meruncingkan kayu. Sementara golok simpenan hanya digunakan pada saat tertentu, misalnya menyembelih hewan.

Asinan Betawi

Kuliner populer ini berupa sayur mayur seperti kol, taoge, sawi asin, bengkuang, mentimun, wortel, yang disiram kuah kacang dengan topping kerupuk mie.

Sayur Godog Betawi

Sayur olahan buah pepaya muda yang bisa juga ditambahkan kacang panjang, labu siam, dan kentang ini biasanya disajikan bersama ketupat pada saat hari raya Idulfitri atau Iduladha. Bercita rasa gurih berkat campuran santan yang kental dan petai.

Khatam Quran

Ini adalah seremoni khusus dalam rangka merayakan pencapaian seorang anak yang telah membaca kitab suci Al Quran hingga selesai. Pesertanya terdiri dari anak-anak dan berlangsung dengan serangkaian acara tradisional.

Silat Gerak Saka

Silat ini berasal dari keluarga kerajaan Prabu Siliwangi, yaitu Raden Widarma, yang mewariskannya kepada Raden H. Muhammad Sjafe’i yang kemudian menjadi pendiri Perguruan Pencak Silat Gerak Saka. Aliran silat ini berkembang hingga menjadi populer di kalangan masyarakat Betawi, selain Silat Beksi dan Silat Paseban.