CULTURE

18 Agustus 2023

Metode Daur Ulang Membalut Desain Mediterania Kediaman Melanie Tanusetiawan


PHOTOGRAPHY BY Agus Santoso Yang & Melanie T

Metode Daur Ulang Membalut Desain Mediterania Kediaman Melanie Tanusetiawan

photography by Agus Santoso Yang; styling Ismelya Muntu

photography by Melanie T

photography by Melanie T

photography by Melanie T

photography by Melanie T

photography by Melanie T

photography by Melanie T

photography by Melanie T

photography by Melanie T

photography by Melanie T

photography by Melanie T

photography by Melanie T

photography by Melanie T

photography by Melanie T

photography by Melanie T

photography by Melanie T

photography by Melanie T

"Saya dan suami tidak ingin ke luar rumah untuk pergi berlibur. Sebaliknya, kami ingin mendamba pulang ke rumah karena di sana tempat kami berlibur,” ujar Melanie Tanusetiawan tentang ide desain rumahnya. Tinggal di kota metropolitan dengan segala hiruk-pikuknya kadang kala memang bisa menjadi begitu menyesakkan bagi sebagian orang. Ruang bernapas untuk kembali menyegarkan jiwa pun tak pelak menjadi suatu kebutuhan, dan Melanie memanifestasikannya sebagai fungsi kediaman ideal.

Perempuan yang dikenal akan karya fotografinya di bidang interior ini tidak bercanda saat mewujudkan visinya. Masuk ke dalam hunian yang berlokasi di bilangan Cipete, Jakarta Selatan, itu seperti ‘berpindah hidup’ ke sebuah rumah liburan di suatu wilayah eksotis. Arsitektur bergaya Mediterania dengan aksen lembut industrial kental menggaris desain ruangnya. Diawali dari langit-langit bersiluet melengkung yang menghiasi jalan masuknya secara megah. “Desain atap berkubah ini berasal dari pengalaman kami travelling ke wilayah-wilayah Timur Tengah dan Eropa Selatan. Tapi penerapannya sengaja hanya pada bagian entrance, sementara desain di area lain lebih minimalis; selain sebagai efek atraktif sekaligus memberikan nuansa yang beda pada setiap ruang,” kata Melanie.

Aksentuasi menarik lainnya ditampilkan pada dinding ruangan yang sengaja dibiarkan bertekstur kasar hasil membobok tembok. Detail teksturnya dipercantik lewat proses acian kasar berlapis kombinasi cat dua warna melalui proses totol-totol secara manual, kemudian dibalut cat warna putih gading dan sand beige. Pemilihan palet interior yang dominan warna natural pun menciptakan suasana terang.


Paras Mediterania kian ditingkatkan oleh kehadiran patio di mana sebuah pohon besar tampak berdiri menjulang. Di salah satu sisi areanya, meja dan kursi kayu menawarkan kenyamanan bersantai. “Banyak aktivitas keluarga kami, termasuk kucing-kucing peliharaan, dilakukan di sini. Kami biasa sarapan dan makan malam di sini; sesekali juga bikin barbekyu bersama teman-teman dan kerabat yang datang berkunjung. Atau sekadar duduk santai membaca buku sambil bercengkerama,” ungkapnya. Demi semakin menghidupkan suasana, ia menggantung lampu neon di udara secara menyilang. Lahannya yang berselimut batu-batuan kecil dihiasi jalur jalan setapak dari potongan marmer berukuran variatif. Melanie bercerita bahwa ia mendapat ide tersebut dalam rangka memberdayakan material marmer sisa pembangunan rumahnya. “Potongannya sengaja dibikin tak simetris, begitu pula pengaturan susunannya; agar terkesan natural dan effortless,” tambahnya.


Pemanfaatan material sisa, selain menjadi cara Melanie “berhemat budget” sebagaimana penuturannya, sekaligus merupakan wujud kesadarannya terhadap keberlanjutan lingkungan. “Dalam menciptakan rumah yang nyaman, penting untuk kita bersedia dan mampu tumbuh harmonis dengan lingkungan di sekitar,” pikirnya. Walau begitu, yang juga baru betul-betul dipahami oleh Melanie selama melalui dua tahun proses pembangunan rumah adalah beberapa bahan penerapan etika hunian sustainable cukup menantang untuk diadaptasi di wilayah perkotaan. “Sumber daya teknologi jadi salah satu kendala. Sebab itu, kami fokus mengupayakan penerapan sustainable dengan sumber daya serta lewat cara yang paling efisien yang dapat kami lakukan,” ujarnya. Selain menerapkan prinsip zero waste, Melanie juga melakukan pengomposan sampah daun serta sisa makanan untuk dijadikan pupuk alami penyubur tanah halaman depan dan kebun sayuran organik di area rooftop.

Etika keberlanjutan terlihat pula pada rupa furnitur yang mendandani hunian. Sejumlah perabot gubahan mandiri menyemarakkan living room dan studio foto di lantai dua. Jika bukan hasil DIY, kebanyakan furnitur merupakan suvenir acap kali berpelesiran. “Ketimbang mengunjungi landmark atau distrik populer, ketika travelling, kami berdua lebih sering blusukan menjelajahi flea market untuk mencari benda-benda antik,” ungkap Melanie. Hasil penemuannya meliputi side table siluet heksagon berukiran di sudut living room yang ia dapatkan saat perjalanan backpacking bulan madu bersama sang suami ke India; keran air dari pasar di Turki; hingga lampu dinding Victorian dari Paris, Prancis. Seluruhnya tersebar di berbagai sudut hunian, menyuntikkan eksotisme nuansa masa lampau yang berkesinambungan dengan visual modern tata ruang minimalis.

Ketika menata ruang kediamannya, Melanie menginginkan kesederhanaan; namun sekaligus mendamba kehidupan yang kaya akan pengalaman. Tampak pada penempatan hammock di sudut area living room. "Fungsinya sama, untuk duduk bersantai. Namun kita jadi memiliki dua cara bersantai dalam satu ruang," tutupnya.