CULTURE

18 Desember 2023

Museum MACAN: 'Voice Against Reason' Manifestasikan Kekuatan Bersuara Karya Seni


Museum MACAN: 'Voice Against Reason' Manifestasikan Kekuatan Bersuara Karya Seni

24 seniman multidisiplin dari delapan negara regional Asia-Pasifik berkumpul, dan memaknai kekuatan bersuara dalam pameran kolektif bertajuk Voice Against Reason di Museum Macan.


Apa makna bersuara? Sebuah pertanyaan besar yang mengusik gairah berkesenian Museum Macan. Sekitar setahun silam, pertanyaan tersebut turut diserukan kepada 24 seniman dari berbagai disiplin ilmu di sebanyak delapan negara regional Asia-Pasifik. Respons yang muncul beragam. Anda bisa menyimak warna-warninya dalam ekshibisi Voice Against Reason yang terselenggara hingga 14 April 2024.

Ada tiga hal yang tampak—oleh saya—termanifestasi lewat ekshibisi Voice Against Reason: personalitas, falsafah budaya, dan rekam jejak peristiwa kesejarahan. Ketiganya bertaut menyajikan pengalaman kekolektifan melalui ragam visual impresif kaya emosi. Dari permadani berjudul Fragments of Identity (2023) karya Khadim Ali misalnya; terpapar kisah kehidupan pemuda berdarah Hazara (etnis minoritas berbahasa Persia di Afghanistan) yang harus tumbuh besar sebagai pengungsi di Quetta (kota dekat perbatasan Pakistan-Afghanistan) usai bom bunuh diri meluluhlantakkan rumahnya. Sang seniman merajut memori masa mudanya dengan mengadopsi adegan Shahnama dari puisi Persia ke dalam kain berukuran masif penuh warna-warni vibrant, selayaknya rupa permadani pusaka keluarganya yang berhasil bertahan di antara puing-puing kehancuran.


Garden Amidst the Flame (2022), Natasha Tontey.

Di ruangan lain—yang ditata eksentrik berona pink—Natasha Tontey terlibat ekspedisi mitos ritual Karai budaya Minahasa (etnis di Sulawesi Utara), dan menceritakannya dalam sebuah film pendek sarat elemen fantasi berjudul Garden Amidst the Flame (2022). Ceritanya digerakkan oleh sekumpulan anak perempuan, yang secara simbolis ditujukan Tontey untuk mempertanyakan praktik kesenjangan gender yang masih menyelubungi generasi muda leluhurnya di tengah kemajuan dunia.

Warisan turun-temurun sebagai benang merah pemeran dilanjutkan Ika Arista, empu perajin keris dari desa Aeng Tong Tong wilayah Sumenep di Pulau Madura, Jawa Timur. Lewat Keris Panangko (2022), ia mendefinisikan kembali hakikat keris sebagai kesenian pandai besi etnik masyarakatnya yang jauh melampaui konotasi mistis pusaka bertuah.

Keris Panangko (2022), Ika Arista.

Napas kesenian kuno turut dihembuskan Jumaadi selama sembilan hari sedari waktu pameran dibuka pada 18 November 2023 silam. Menggandeng rekan-rekan artis The Shadow Factory, seniman kelahiran Jawa Timur yang mengecap pendidikan National Art School di Sydney, Australia, itu mendalangi pertunjukan wayang Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang (2023). Narasinya mengisahkan para pejuang kemerdekaan Indonesia yang bersandar pada seni dan musik demi bertahan hidup melalui masa pengasingan ke Boven Digoel, Papua, pada masa pendudukan kolonial Hindia Belanda; hingga mengungsi ke Australia tatkala agresi Jepang. Yang membuatnya segar di mata, ialah penggunaan medium kertas sebagai substansi bercerita. Ratusan potongan kertas berbagai ukuran serta bentuk dimainkan di atas mesin OHP. Musik eksperimental plus nyanyian rakyat berunsur rohaniah turut membangun atmosfer magis. Kendati pagelaran wayang telah habis masa penayangan, Anda masih bisa menelusuri sepenggal segmennya pada dinding museum.

Sirkus di Tanah PengasinganOyong-oyong Ayang-ayang (2023), Jumaadi and The Shadow Factory.

Jumaadi and The Shadow Factory bukan satu-satunya yang mengangkat histori kelam sebuah bangsa. Tuan Andrew Nguyen membangun instalasi Saturated Sparks (2023) dan A Couple Small Blasts (2023) menggunakan logam dari sisa-sisa persenjataan Perang Vietnam, yang ia kumpulkan dan olah secara khusus dalam pengaturan frekuensi bunyi tertentu untuk menghasilkan dentingan berefek terapeutik manakala dipukul. 

Di Voice Against Reason, suara berarti jamak. Ada sikap individual, namun sekaligus ruang terbuka untuk sebuah dialog kebersamaan yang mendorong rasa empati. Sebagaimana dituturkan Aaron Seeto, Direktur Museum Macan, “Berpendapat sifatnya penting agar kita dapat melihat dunia lebih kritis. Dan seni membantu kita memahami setiap konteks lewat pemikiran perupa yang memberi bentuk pada isu-isu atas peristiwa yang terkadang bergolak di bawah permukaan, hingga ide-ide yang berlawanan arus.”