CULTURE

31 Juli 2023

Narasi Kemanusiaan dan Spirit Optimisme dalam Pameran Tunggal Eko Nugroho, "Cut the Mountain and Let It Fly"


PHOTOGRAPHY BY ELLE Indonesia

Narasi Kemanusiaan dan Spirit Optimisme dalam Pameran Tunggal Eko Nugroho, "Cut the Mountain and Let It Fly"

"Half Hero Half Stone" (series, 2022 - 2023)

Terakhir kali publik menyimak Eko Nugroho tampil solo di Indonesia adalah sewindu silam. Tahun ini, sang seniman asal Yogyakarta akhirnya memecah “kesunyian”. Jauh dari ingar-bingar ARTJOG 2023, ia menghelat pameran tunggal bertajuk Cut the Mountain and Let It Fly di Jakarta. Galeri ROH berperan sebagai penanggapnya.

Cut the Mountain and Let It Fly bernarasi tentang optimisme akan harapan yang didambakan manusia perihal kehidupannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Eko kala kami berjumpa, “Saya mencoba memotret bagaimana manusia memupuk harapan; bagaimana kita sebagai manusia memberikan semangat akan sebuah harapan itu; bagaimana semangat itu menjadi suatu perwujudan yang luar biasa bagi manusia serta kehidupannya.”

Everyone Building Hope (2022)

We are Human (2023)

Semangat optimis itu tampak salah satunya ia manifestasikan melalui terapan warna-warni cerah yang membalut 12 patung yang berbaris menyambut kahadiran pengunjung di titik awal perjalanan pameran. Rangkaian karya pahat seri Half Hero Half Stone (2022–2023) itu digubah berparas jenaka khas Eko Nugroho, meleburkan karakter manusia dan berbagai objek sosial-budaya. Contoh, patung warna kuning neon bertajuk Justice yang menampilkan sosok individu dengan wajah terbebat kaus dan sepasang matanya tertanam di dada; atau berkepala tabung gas dalam rona merah muda yang dinamakan Prosperity. Bila diperhatikan, seperti ada semacam bentuk humor bernada satire antara judul dan rupa karya yang tampak kontras. Kendati sesungguhnya bukan suatu hal yang mengherankan, mengingat Eko Nugroho senantiasa mengangkat isu perihal realitas sosial manusia dalam muatan seninya—baik secara tersirat maupun tersurat. Lewat patung Ala Carte Modern Slavery misalnya, kita diperlihatkan rupa sesosok pekerja “berseragam” dengan name tag bertuliskan “modern slavery” menggantung di lehernya dan kedua tangan yang dibuat seolah-olah “robotik”. Ini merupakan satu dari enam patung yang digubah Eko dalam upaya mewacanakan relasi antar kuasa terhadap para pekerja di masa kini.

Reconstruction Dream (2023)

Ala Carte Modrn Slavery (2023)

“Hampir seluruh karya patung dalam pameran ini merupakan karya baru,” ungkap Eko. Secara total, ia membawa 36 karya rupa meliputi seni patung, lukis, hingga sulam kanvas. 21 di antaranya merupakan karya anyar, termasuk mural yang spesial digurat oleh Eko pada dinding ruang pamer galeri ROH. Berjudul selaras pamerannya, mural hitam-putih tersebut memaparkan sosok-sosok menjulang setinggi gunung yang tampak tengah saling terhubung dalam sebuah konflik sosial.

Self-foresting #4 (2023)

Future Fungi (2023); Tak Ada Mati (2018)

Cut the Mountain and Let It Fly menyambut publik selama 16 Juli – 13 Agustus 2023.