CULTURE

3 Oktober 2022

Renovasi Bangunan Bebatuan Abad ke-15 Ciptakan Oasis Musim Panas di Pulau Lopud, Korasia,


PHOTOGRAPHY BY Nicholas Matheus

Renovasi Bangunan Bebatuan Abad ke-15 Ciptakan Oasis Musim Panas di Pulau Lopud, Korasia,

Sebuah hunian dengan dari reruntuhan abad ke-15 yang direnovasi penuh oleh arsitek Antonio Zaninovic tanpa melenyapkan estetika bebatuan dan dikelilingi oleh taman menawan yang dirancang oleh David Kelly (Rees Roberts + Partners), di mana tanaman rosemary keindahan alam yang memberikan ketenangan monastik.


Dari Dubrovnik, Kroasia, perjalanan beberapa kilometer dengan kapal feri akan membawa Anda ke Pulau Lopud. Anda akan tiba di pelabuhan tak jauh dari biara Fransiska Notre Dame de la Grotte yang dibangun di abad ke-15. Di tepi laut Adriatik, barisan pohon cemara, pepohonan zaitun, dan kebun anggur bertingkat tampak rimbun dan menyajikan lanskap alami yang memesona. Lalu tersebar di antara pepohonan zaitun, berdiri bangunan tua dari batu yang telah digubah sedemikian rupa. Cantik dan homey dalam estetika uniknya sendiri.

Bagi Jaime Gubbins, seorang pengusaha yang berbasis di Afrika Selatan, tempat ini adalah cinta pada pandangan pertama. “Saya menemukannya saat menginap di rumah liburan seorang teman, Lucien Rees Roberts, yang juga seorang dekorator,” ucapnya. Butuh waktu 4 tahun baginya menemukan reruntuhan langka ini, yaitu tiga bangunan dari abad ke-15 yang pernah digunakan untuk tujuan pertahanan militer di masa lampau.

Gubbins memercayakannya kepada arsitek Antonio Zaninovic. Meski Zaninovic dikenal dengan desainnya yang kontemporer, di sini sang arsitek memilih untuk memanfaatkan keindahan batu-batu tua dengan memadukannya ke dalam lingkungan sekitar, dan mengintegrasikannya dengan hal-hal baru. Sebagai contoh, dapat dilihat di area taman depan rumah, yang ditata dari bangku yang terbuat dari batu dan dilapisi dengan jok matras. Lalu ditambahkan bantal katun dan bantal linen hijau dari Maison de Vacances, juga kursi lansiran Sol y Luna dari tahun 1950-an (Brown Jordan) dan meja alas Tulip antik karya Eero Saarinen.


Masuk ke dalam hunian, di ruang tamu perabot kontemporer diposisikan berdampingan dengan perabotan kuno atau desain yang memiliki gaya pedesaan. Seperti lampu plester Earth Goddness (Atelier Demiurge Editions, New York), sofa berlapis kain mustard (Sortilège, Élitis), meja kopi dengan atasan travertine dan alas logam (keduanya rancangan Rees Roberts + Partners). Juga terdapat kursi antik dari Charlotte Perriand karya tahun 1930-an; sedangkan kursi lainnya dilapisi kulit domba cokelat (Dualoy Leather), lansiran tahun 1950-an. Permadani buatan tangan dari Spanyol menginfusi kehangatan pada ruangan. Patung perunggu Prancis dari tahun 1960-an dan lampu Amerika dari tahun 1940-an ditempatkan di atas meja yang terbuat dari kayu rosewood dan baja krom buatan tahun 1959 karya perancang Denmark, Bodil Kjær.


Di ruang makan terdapat kursi anyaman tali karya Adrien Audoux dan Frida Minet, yang pada masanya telah menjadi desainer idola bagi para pelanggan kaya di daerah Côte d’Azur pada tahun 1940-an dan 1950-an. Kursi yang mengelilingi meja dibuat di Atlanta oleh Beau Holland (Beau Studio). Lampu gantung didapat dari karya Isamu Noguchi. Di sebelah kiri, terdapat dinding plesteran karya kontemporer Mig Perkins dari Amerika. Barisan bantal (Maison de Vacances) memberi warna pada ruangan dengan lantai yang terbuat dari ubin terakota (Cotto Stefani, Italia).

Dua ruang lainnya yang menjadi kamar tidur memiliki kamar mandi masing-masing. Untuk interiornya, Jaime Gubbins dan dekorator Lucien Rees Roberts (dari agensi Rees Roberts + Partners di New York) memilih furnitur dan pencahayaan dari karya perancang besar abad ke-20.


Kamar tidur utama memiliki dinding yang diplester dengan kapur alami dan lantai dari batu lokal. Tempat tidur dilapisi oleh seprai linen (La Redoute Intérieurs) dan dihiasi bantal kecil (Maison de Vacances). Meja nakas menjadi tatakan bagi lampu Amerika dari kayu dan dasar beton lansiran tahun 1960-an. Di ujung kamar, terdapat kursi dengan sandaran berbahan nubuck, ala 1960-an, membelakangi dinding dengan karya seniman asal Afrika Selatan, John Murray.

Keluar dari dinding tebal rumah batu dan singgah sejenak untuk menghargai pengaturan meja makan yang ditempatkan di area taman, ditata di bawah atap yang dirambati oleh pohon anggur. Meja makan itu sendiri awalnya adalah perangkat industrial yang ditemukan di Afrika Selatan dan diubah menjadi meja. Dihias cantik menggunakan taplak meja linen (Mungo Mill), peralatan makan (Habitat) dan kursi antik (Tolix). Taman sekelilingnya dirancang oleh David Kelly dan memiliki lereng yang melandai ke arah lautan. Untuk mencapai lereng tersebut, Anda perlu melewati jalan setapak dari tanah dan bebatuan terlebih dahulu sebelum diganjar pemandangan pohon carob, pohon zaitun dan pohon cemara yang bermekaran dalam simfoni yang penuh warna berlatar samudra biru.


Salah satu ide cemerlang dari sang arsitek adalah membangun kolam renang hanya dengan menggunakan batu-batu yang diselamatkan dari reruntuhan istana di Split (kota di Kroasia) yang beberapa di antaranya diyakini berasal dari kekaisaran Romawi Diokletianus dari abad ke-2 setelah Masehi. Menghadap ke deretan Kepulauan Elaphite, kolam renang berukuran 3,5 x 10 m yang dibangun di antara reruntuhan desa tua yang ditinggalkan ini dibuat dengan batu-batu yang ditemukan dari istana Dioklesius di Split. Dirancang oleh David Kelly (mitra di Rees Roberts + Partners), taman ini membentang di atas bukit di antara pohon-pohon zaitun, pohon cemara, pohon santolin, dan pohon rosemary; bak labirin yang memesona. Kursi-kursi antik khas Eero Saarinen yang telah dilapisi kain tampak berbaris di luar ruangan (Sunbrella). Dari dalam spasial bangunan hingga area luarnya, singkat kata, hunian ini digubah lewat renovasi penuh namun masih dengan mempertahankan pesonanya yang alami.