Bagaimana laki-laki melihat seorang perempuan? Kelly Tandiono coba mencari jawabnya dengan diskusi bersama Adrian Khalif, Arifin Putra, Alex Abbad, Reuben Elishama Hadju, Richard Kyle, dan Zack Lee.
Layaknya perempuan yang kerap menjadikan lelaki sebagai tajuk utama percakapannya, bahasan tentang kaum hawa pun hampir tak pernah absen dalam obrolan para lelaki. Entah itu sekadar selipan saat sedang mengagungkan kemenangan tim olahraga favorit pada pertandingan minggu lalu atau, memang, isu besar dalam kisah percintaan minggu ini. Pertanyaannya kemudian, apa yang mereka bicarakan, sebenarnya?
Siang hari itu, kami mengundang Adrian Khalif, Alex Abbad, Arifin Putra, Richard Kyle, Reuben Elishama Hadju, dan Zack Lee, khusus untuk
berdialog tentang perempuan, bersama seorang perempuan, Kelly Tandiono.
Meski ditengahi langsung oleh seorang hawa, saya perhatikan para lelaki ini sama sekali tak sungkan mau pun menjaga citra. Keenamnya bicara lugas, diiringi tawa, dan saling melempar humor terhadap satu sama lain. Sesekali berdebat, mempertanyakan pendapat masing-masing, lalu menemukan sepakat.
[caption id="attachment_4054" align="aligncenter" width="785"]

Busana; Louis Vuitton (Richard Kyle), jaket CK Calvin Klein, celana Stella McCartney (Kelly Tandiono), Kemeja CK Calvin Klein (Reuben Elishama Hadju).[/caption]
Kelly Tandiono (KT): “Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata perempuan?”
Ruben Elishama Hadju (REH): “Pelengkap.”
Richard Kyle (RK): “Hanya pelengkap saja?
REH: “Tanpa perempuan hidup ini tidak berarti. Keberadaan mereka melengkapi hidup kita."
RK: “Saat mendengar perempuan, saya membayangkan jodoh.
Who is the one?”
Adrian Khalif (AK): “Saya teringat perkataan Kanye West, ‘
Women is someone to nurture, not to conquer.’”
Arifin Putra (AP): “
Women is significant other. Perempuan bisa jadi hal paling menakjubkan dalam hidup kita, tapi juga hal paling menghancurkan. Misinya adalah mencari keseimbangan antara keduanya.”
REH: “
Exactly! Perempuan membuat hidup seorang lelaki seimbang, damai. Saya rasa, tanpa adanya figur perempuan dalam hidup ini, saya tidak lengkap.
I worship them.”
Zack Lee (ZL): “Sederhana saja. Tidak ada ibu, tidak ada kita.
I think women are strong,
much stronger than men.”
Alex Abadd (AA): “
Women won this Earth,
we run it for them.”
KT: “Menurut kalian, bagian tubuh perempuan yang paling seksi?”
ZL: “Seluruh bentuk wujud perempuan sangat indah.”
AA: “Saya melukis perempuan, kadang tanpa busana. Jika tidak menyukai salah satu bagian tubuh perempuan, saya tak akan mampu menggambar mereka. Dan semakin sering melukis mereka, semakin saya sadar bahwa ternyata perempuan adalah makhluk paling lengkap bukan kita (laki-laki).”
RK: “
All part of Wonder Woman.”
ZL: “Dengan kata lain... maksudnya, Gal Gadot?”
KT: “Atau Anda suka perempuan yang mengenakan kostum?”
RK: “
Well, setiap perempuan memiliki gaya berpakaian masing-masing. Ketika mereka mengenakan pakaiannya secara tepat, mereka akan terlihat seksi.”
[caption id="attachment_4055" align="aligncenter" width="785"]

Busana; Burberry (Zack Lee), celana Louis Vuitton (Richard Kyle)[/caption]
KT: “Tapi, dari seluruh raga perempuan, adakah bagian yang mampu membangkitkan gairah Anda?”
ZL: “Mengapa kami hanya harus memilih satu? Tetapi jika memang harus memilih, saya paling gemas dengan pipi perempuan.”
AP: “
It’s quite simple, pikiran mereka.”
Zl: “
But, you don’t touch their mind!”
AP: “
Hang on, karena tidak peduli seberapa dekat jarak saya dengan seorang perempuan, jika berbicara dengannya dan ternyata ia ‘kosong’,
It’s just not gonna happen.”
AA: “Tunggu, apa perempuan yang sekadar bicara lembut bisa merangsang laki-laki?”
AP: “Tidak juga. Maksud saya, lewat berbicara mampu membangkitkan sebuah hasrat antara dua manusia.”
KT: “Seperti, dirty talk? Permainan pikiran? Apakah itu diperlukan saat merayu perempuan?”
AP: “Butuh lebih dari sekadar fisik untuk membakar hasrat seorang laki-laki.
At least,
for me.”
KT: “Ok, jika bicara hanya tentang fisik tanpa alasan, pilih satu bagian yang paling membuat Anda tertarik.”
AP: “Kaki.”
AK: “Bokong.”
RK: “Panggul.”
REH: “
Boobs.”
ZL: “
Boobs.”
AA: “
Ass,
baby.”
KT: “Lalu, menurut kalian, apakah perempuan harus menjaga fisiknya. Misalnya, seperti rutin waxing?”
ZL: “Saya tak keberatan jika tidak.”
AK: “Saya suka jika perempuan merawat dirinya, tetapi sebenarnya urusan itu adalah hak mereka.”
AA: “Yang paling penting adalah perempuan harus merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Ketika mereka nyaman dengan diri mereka, di saat itu mereka terlihat sangat seksi.”
[caption id="attachment_4052" align="aligncenter" width="785"]

Busana; TOPMAN (Adrian Khalif), kemeja CK Calvin Klein, celana TOPMAN (Reuben Elishama Hadju).[/caption]
KT: “Sekarang kita sedang membicarakan fisik perempuan dan, sering kali, laki-laki mendapatkan sentimen negatif ketika melakukannya. Tetapi aturan ini tidak berlaku sebaliknya, bagaimana pendapat kalian?
RK:
The way I see it, tidak adil ketika perempuan dimaklumi saat membicarakan fisik laki-laki, sedangkan ketika mereka berpakaian seksi dan kami mengomentarinya, kami dipandang mesum. Contoh, saya sempat membaca komentar di media sosial tentang Jojo (Jonathan Christie), saya melihat,
women can be also perverted.
Jadi, ada
double standard di sini.”
REH: “Ini adalah masalah perspektif.”
ZL: “Jadi, jika laki-laki mengatakan seorang perempuan, ‘
hey,
you sexy!’, dinilai sebagai pelecehan? Sungguh, nalar saya kurang mampu mengerti pandangan tersebut. Dalam pemahaman saya, yang bisa dikatakan pelecehan saat terjadi kontak langsung. Suatu perkataan, apalagi di media sosial, saya pribadi tidak terlalu mempermasalahkannya.
You dont have to care about it because it isn’t real. I mean,
you don’t see it!”
AA: “Mencerna situasinya, setiap orang berhak mengeluarkan komentar apapun bentuknya. Tapi, jika mereka menggunakan kalimatnya secara pantas.
But,
that’s a good point though, Richard. Terkadang, perempuan terlalu sibuk berusaha menjadi perempuan yang 'ideal', hingga mereka lupa bahwa mereka sendiri adalah perempuan.”
AP: “Saya setuju dengan Zack.”
ZL: “Bahwa kita semua tidak pintar?”
AP: “
Obviously,
hahaha. Tapi, sungguh, ketika laki-laki bilang perempuan ‘cantik’, kami tidak menganggapnya sebagai sesuatu bermakna ganda. Apalagi, berkonotasi 'negatif'. Jika perempuan merasa begitu, kami (laki-laki) yang terkadang dikomentari ‘ganteng ya’ atau ‘perutnya
six pack, ya’, jujur juga terdengarnya aneh ditelinga kami.”
ZL: “Ya, Anda tak bisa menyalahkan laki-laki. Menurut saya, saat kami mengatakan bahwa 'perempuan itu cantik', itu adalah pujian.
But,
sometimes people come up with stupid things and make it as an issue.”
KT: “Bagaimana dengan kalian sendiri, apakah ada area tubuh yang sensitif?”
ZL: “Jujur, seluruh tubuh saya cukup sensitif. Leher, tangan, bahkan sekadar disentuh paha saja.”
AP: “Hati saya.
Hahaha... Saya menyukai sentuhan di leher bagian bawah. Tapi paling tidak suka disentuh di perut."
AD: “Telinga.”
RK: “Leher.”
AA: “Di seluruh bagian tubuh yang lebat dengan bulu.”
[caption id="attachment_4053" align="aligncenter" width="785"]

Busana: jaket dan celana TOPMAN (Alex Abbad), sweter Valentino, celana pendek Burberry (Arifin Putra).[/caption]
KT: “Kita sudah diskusi banyak. Last question, di dunia yang sedang menjunjung kesetaraan gender, apa yang bisa kalian lakukan untuk perempuan?”
AA: “Berkaca pada sejarah, saya memandang kita semua setara. Kita memiliki Cut Nyak Dien, R.A. Kartini, sebagai tokoh perempuan. Perempuan pernah menjabat Kepala Negara di Indonesia. Di negara-negara yang menganggap hal tersebut suatu permasalahan, tidak memilikinya wakil perempuan layaknya kita.”
RK: “Saya pikir, yang utamanya adalah masyarakat harus mulai mengubah pola pikir mereka. Dengan begitu, mereka dapat saling memberikan contoh satu sama lain.”
ZL: “Jika bicara soal dukungan, saya menentang segala hal yang membatasi perempuan.”
AP: “Sehari-hari,
I treat everyone equal. Dalam bekerja misalnya, orang yang berhak mendapatkan promosi adalah ia yang telah bekerja dengan sangat baik, bukan perkara ia perempuan atau laki-laki. Jadi, tidak perlu meributkan soal kesetaraan dan perempuan perlu mendapatkan kesempatan atas hak mereka. Hal itu sudah jelas.”
AA: “
Yeah,
the only problem is that women think they need the rights, when they actually born with it.”
(
Foto Doc. ELLE; photography IFAN HARTANTO,
styling SIDKY MUHAMADSYAH
, makeup ARCHANGELA CHELSEA, ZEARISTAN
, hairdo OCAPS)