LIFE

30 April 2022

Maia Estianty: Signifikansi Peran Keluarga


Maia Estianty: Signifikansi Peran Keluarga

Maia Estianty menuliskan pemikirannya tentang pentingnya peran dan keberadaan keluarga dalam membentuk perjalanan hidup manusia.

Membahas keluarga artinya kita membicarakan sesuatu yang keberadaannya amat penting dalam hidup. Kita bisa berhenti menjadi teman seseorang, kita juga dapat berpisah dengan pasangan atau atasan. Ada mantan suami dan bekas majikan, tapi tidak akan pernah ada bekas kakak apalagi mantan orangtua. Maka sampai kapan pun, kita selalu punya pertalian dengan keluarga.

Tentu saya menyadari, tidak ada keluarga yang sempurna. Dan rasanya mustahil bisa menemukan keluarga yang hidupnya selalu bahagia, tanpa ada masalah dan senantiasa tersenyum bak konsep keluarga yang sering dipertontonkan di media sosial dan iklan komersial. Hubungan dalam keluarga hampir selalu dirundung kerumitan karena manusia itu rumit. Bukan tidak mungkin kita memiliki saudara yang sifatnya berseberangan dengan kita. Dan ketika sudah menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna, maka kita akan mencintai keluarga dengan menerimanya secara utuh. Memahami kelebihannya, memaafkan kekurangannya, dan menyayanginya dengan tulus dan ikhlas.

Buat saya, keluarga menjadi bagian penting yang ikut membentuk perjalanan hidup. Dan hubungan keluarga adalah relasi terkuat yang setia menemani dalam tiap liku kehidupan. Ketika semua hal berjalan tidak menyenangkan, keluargalah yang setia menemani saya melewati itu semua. Saat terjatuh dan terluka, hanya keluarga yang akan terus mendampingi sampai kita dapat berdiri sendiri.

elle indonesia photography HONG JANG HYUN styling LEE JAE HEE
photography HONG JANG HYUN styling LEE JAE HEE dipublikasikan dalam ELLE Indonesia edisi November 2019

Setelah sempat gagal dalam pernikahan sebelumnya, kini saya bersyukur memiliki pasangan dengan banyak kecocokan dan kesesuaian. Sosok laki-laki suportif yang sepenuhnya mendukung keputusan-keputusan saya sebagai perempuan berkarier. Dan memiliki tiga anak laki-laki rasanya menjadi berkah yang luar biasa buat saya. Berbeda dengan membesarkan anak perempuan, mendidik anak laki-laki adalah suatu upaya untuk menjadikan mereka sosok pemimpin yang mumpuni di masa depan. Kelak mereka berumah tangga, saya berharap anak-anak mampu menjadi kepala rumah tangga yang bertanggung jawab yang mencintai istri dan anak-anaknya.

Rasanya bukan hanya orangtua yang mendidik dan mengajari kehidupan pada anak-anak. Sebaliknya, anak- anak juga memberi banyak pelajaran pada kita orang dewasa. Ada satu hal yang saya kagumi dari Al Ghazali, El Rumi, dan Dul Jaelani yakni kematangan dalam bersikap. Melihat mereka mondar-mandir mendatangi rumah ayah kandungnya lalu mengunjungi tempat saya, seketika saya menyadari bahwa dalam keluarga, kedewasaan sangat dibutuhkan untuk menerima setiap ujian dengan ikhlas dan lapang dada. Rasanya anak-anak saya telah tiba di titik kedewasaan untuk menerima kenyataan bahwa kedua orangtuanya telah bahagia dengan kehidupan dan caranya masing-masing. Mencintai ibu tanpa melupakan rasa sayang kepada ayahnya.

Saya salah satu orang yang beruntung yang bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga. Namun sebagaimana lazimnya relasi antarmanusia, cinta bukan satu-satunya yang dibutuhkan untuk menjaga hubungan keluarga yang kuat dan teruji oleh waktu. Kelanggengan dan keharmonisan juga ditentukan dari perjuangan dan komitmen untuk sama-sama saling memaafkan sekaligus melupakan masalah apa pun yang membuat kita terus-menerus menyimpan dendam dan amarah.

Menemukan pasangan yang membuat saya bahagia serta memiliki anak-anak yang menenangkan hati, tidak membuat saya melupakan pentingnya membahagiakan diri sendiri. Dulu ketika memutuskan untuk bercerai, saya bukan hanya sedang berusaha meninggalkan apa yang tidak membahagiakan tapi juga berupaya menjaga dan mencintai diri sendiri. Sebab saya selalu percaya, saya hanya bisa membahagiakan keluarga dan orang lain apabila diri saya sudah bahagia dengan sendirinya.

Selama nyaris 8 tahun, saya ditempa oleh berbagai ujian kehidupan yang pada akhirnya membawa saya pada suatu kesadaran bahwa saya tidak akan menggantungkan kesenangan pada apa pun dan siapa pun selain Tuhan. Selama masa-masa menjanda, saya merasa seperti sedang dididik oleh Tuhan agar tidak terikat dengan dunia dan segala isinya. Saya pernah kehilangan segalanya; suami, anak-anak, pekerjaan, harta, nyaris tak tersisa. Sedih dan marah sudah pasti dirasakan. Tapi lama-kelamaan, saya belajar banyak hal penting yang ternyata berguna untuk diri saya sendiri. Saya bisa bersenang-senang naik pesawat jet pribadi, tapi saya juga bisa bahagia ketika harus naik ojek online. Saya luar biasa senang ketika berada dekat dengan suami dan anak-anak, tapi masih bisa tersenyum kalau di saat-saat tertentu suami dan anak-anak harus beraktivitas tanpa saya. Bertahun-tahun saya pernah mengalami rasanya tidak punya apa-apa. Kini saya telah sampai pada satu fase hidup dimana saya menyadari bahwa segala yang saya miliki, termasuk nyawa, suatu saat nanti bisa diambil oleh Pemiliknya. Maka penting sekali untuk tidak menggantungkan kebahagiaan pada harta benda apalagi orang lain. Tentu saya berterima kasih untuk segala nikmat dan kesenangan. Namun sekalipun ujian datang, saya tetap bersyukur atas hidup ini