LIFE

20 Desember 2023

Omar Daniel Memantik Popularitas Lewat Serba-Serbi Karakter di Seni Peran


PHOTOGRAPHY BY HILARIUS JASON

Omar Daniel Memantik Popularitas Lewat Serba-Serbi Karakter di Seni Peran

styling ISMELYA MUNTU grooming MORIN IWASHITA assistant styling SHAFIYAH KALLA

Jika kita bertanya pada banyak orang tentang definisi sukses, jawaban satu dengan yang lain hampir bisa dipastikan berbeda. Ada yang mendefinisikan sukses itu artinya bisa meraih apa yang diimpikan. Ada pula yang mengganggap sukses kalau sudah bisa pergi keliling dunia. Ada juga yang mengidentikkan sukses dengan pencapaian karier. Dan seterusnya. Kebanyakan kata sukses akhirnya dilekatkan oleh sesuatu yang masih abstrak dan nisbi. Saya termasuk orang yang sulit sekali mendefinisikan apa itu sukses. Termasuk parameternya. Apalagi jika satu hal sudah dicapai, lalu muncul variabel kesuksesan lainnya. Sering kita mendengar: Kapan lulus? Setelah lulus, kapan nikah? Setelah menikah, kapan punya anak? Kapan pensiun, kapan membangun bisnis? Dan karena hidup tidak akan bisa dipenuhi sesuai dengan konsepsi sukses yang terus bergerak, maka muncul sebuah prinsip kehidupan bertajuk “menikmati proses” dan “menghayati masa kini”. Dan siapa sangka, percakapan saya kali ini dengan sosok aktor muda Omar Daniel ternyata bukan cuma membahas proyek terkini dan progresnya di dunia seni peran, tapi juga menyinggung hal-hal yang lebih filosofis terkait nilai kehidupan.


Omar Daniel membuka percakapan dengan menyampaikan bahwa sehabis bertemu saya, dia akan pergi ke acara ‘cast reveal’ para pemain film The Architecture of Love. Film yang disutradarai Teddy Soeriaatmadja tersebut memasang beragam nama populer sebagai jajaran pemain; Putri Marino, Nicholas Saputra, Jerome Kurnia, dan Omar Daniel. Salah satu penampilan dari Omar Daniel yang patut disaksikan pada 2024 mendatang. Usai berbincang soal berbagai karya terkini dan proyek-proyek terbaru yang sedang digarap, saya memberanikan diri memuji sebuah rumah yang tampak baru selesai dibangun yang saya lihat di salah satu foto di akun Instagram Omar Daniel. “Saya sangat bersyukur, alhamdulillah, akhirnya terwujud bisa punya rumah sendiri. Sebenarnya sejak kecil saya sudah senang dengan desain interior. Kalau melewati daerah perumahan, saya dan ayah suka mengomentari hunian-hunian yang kami lewati.  Entah dari mana datangnya ketertarikan itu, tapi sejak di bangku sekolah dasar saya mulai hobi menggambar sketsa rumah impian. Saya bisa membayangkan seperti apa tempat tinggal yang nyaman menurut saya. Di belakang rumah sebaiknya dibangun apa, di bagian teras bagusnya dikasih apa. Saya bersemangat ketika membayangkannya rumah Impian, meski saat itu saya belum mengerti bagaimana caranya agar dapat punya rumah sendiri. Kesempatan itu akhirnya datang saat saya memasuki usia 27 tahun. Sejujurnya ada rasa haru sekaligus bangga bahwa satu mimpi saya bisa terwujud kendati saya merasakan prosesnya sama sekali tidak mudah dan sangat menguras tabungan. Saya mesti rela tidak pergi liburan dan harus tahan tidak belanja demi bisa berhemat, sebuah pengorbanan yang mungkin terdengar tidak enak tapi saya percaya langkah ini baik untuk masa depan,” cerita Omar.   


Lahir pada 1995, Omar Daniel menyelesaikan kuliah jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Mercu Buana Jakarta. Dulu bercita-cita ingin berkarier di bidang kehumasan, namun jalan hidup menggiring Omar pada dunia seni peran tatkala ia tak sengaja ditemukan seorang casting director saat Omar sedang mengantar keponakannya ke lokasi syuting iklan. Sempat berkali-kali tidak lolos casting, akhirnya Omar berhasil mendapat kesempatan membintangi sebuah iklan provider telekomunikasi. “Benar-benar tak pernah mengira kini saya berada di industri hiburan dan terlibat dalam perfilman Indonesia. Dulu saya merasa seperti tidak tahu arah. Tidak merasa punya skill, tidak tahu secara spesifik mau bekerja di bidang apa. Apakah saya cocoknya jadi orang kantoran atau lebih pas kalau bekerja di bidang perhotelan? Apalagi menjadi aktor, sama sekali jauh dari bayangan. Tapi setelah masuk ke industri film, saya jadi sadar pentingnya punya keyakinan bahwa apa pun mimpi dan cita-cita pasti bisa digapai dengan bantuan Tuhan dan semesta. Setiap saya memutuskan saya mau untuk belajar dan bergerak cari solusi, pasti jalannya jadi terbuka dengan sendirinya. Prosesnya mengalir dengan indah. Lulus kuliah, saya masih meraba-raba dunia karier, akhirnya malah masuk ke dunia hiburan. Masuk ke industrinya, saya masih belum tahu apakah saya bisa diterima dan bakal berkembang jadi aktor yang mumpuni. Tapi satu yang saya ketahui pasti, saya tidak pernah meragukan kemampuan diri saya. Saya enggak mau dibikin bingung dengan kebimbangan bisa atau tidak, tapi cukup berani dijalani dengan yakin dan sepenuh hati bahwa saya pasti bisa asal mau belajar dan berusaha. Dua kunci penting yang saya pegang sampai hari ini,” ujar Omar.


Usai muncul di sebuah tayangan iklan, Omar Daniel mengawali perjalanan di seni peran dengan bermain di sejumlah judul sinetron yang konon dianggap kurang berkelas dibanding film. Namun alih-alih menganggap sepele, Omar justru memperlakukan kesempatan tersebut sebagai ruang belajar. Omar bercerita, “Sebagai anak baru yang belum punya pengalaman apa-apa, wajar apabila rumah produksi berpikir seribu kali untuk menempatkan saya sebagai pemain film. Sedangkan sinetron membuka ruang yang lebih fleksibel dimana seorang pemain bisa belajar sambil jalan. Saya bisa memahami apabila sebagian orang kurang senang menonton sinetron, namun pengalaman bermain sinetron nyatanya turut menyumbang hal-hal baik dalam perjalanan karier saya. Saya bersyukur pernah pengalaman bermain di sinetron karena kecepatan dalam produksinya membuat saya bisa beradaptasi dengan taktis di dunia film. Dalam jam kerja syuting sinetron yang berlarut-larut, kami para pemainnya dituntut secepat mungkin menghapal dialog dan cekatan dalam menjiwai sebuah karakter. Pun di sisi lain, dunia film juga mengajarkan saya banyak hal, salah satunya tentang pentingnya sebuah proses. Bahwa tidak ada cara instan kalau mau hasil yang berkesan.”


Terhitung sejak 2016, Omar Daniel menekuni seni peran lewat beragam peran di berbagai judul sinetron. Namanya kemudian melejit setelah ia memerankan karakter Aldo dalam serial web berjudul Cinta Fitri (2021) bersama Rizky Nazar dan Tissa Biani. Sebagaimana ia tidak merencanakan masuk industri hiburan, Omar juga tidak langsung jatuh hati pada dunia seni peran yang kini digelutinya. Ia bercerita, “Dulu setiap bangun tidur, rasanya ingin buru-buru cepat menyelesaikan pekerjaan. Rutinitas tiap hari syuting sambil kuliah dan hampir tidak ada waktu untuk yang lain, jadi terasa melelahkan sampai-sampai tidak lagi bisa dinikmati. Akhirnya saya bertanya dengan diri sendiri, ‘Apa yang sebenarnya saya inginkan?’ dan ‘Apakah akting menjadi jalan hidup yang tepat untuk dijalani?’. Sampai akhirnya saya mengalami kecelakaan dan harus stop syuting selama lebih dari tujuh bulan. Dan ternyata saat-saat rehat justru menghadirkan kerinduan tersendiri. Saya mulai menyadari rasanya ada yang hilang dari diri saya. Bukan hanya soal kangen syuting, momen itu juga menjadi ajang introspeksi yang turut mengubah cara pandang, bahwa saya tidak mungkin bisa sukses kalau gampang menyerah. Mustahil saya bisa jadi aktor hebat kalau saya tidak bangga dengan profesi aktor. Saya lantas bertekad saya harus gigih melewati segala proses dan terus-menerus mengasah kemampuan agar bisa melakukan yang terbaik. Dari yang awalnya suka marah-marah karena tidak betah di lokasi syuting, kini saya sangat menikmati waktu demi waktu yang berjalan. Saya sudah bisa berbahagia menjalani setiap proses pembelajaran, sekaligus juga dapat berbesar hati kalau-kalau saya mendapati situasi kurang menyenangkan saat bekerja,” ungkap Omar.


Bicara bintang film, maka tidak akan lepas dari fans alias budaya penggemar yang menjadi bagian penting dari perjalanan karier seorang bintang. Terlebih kehadiran industri teknologi digital yang membawa ruang baru bagi pengembangan relasi artis dan penggemar lewa media sosial. Membuat para bintang terjangkau hingga di tangan setiap penggemarnya dengan bermodal smartphone. Sebuah fenomena yang turut dialami Omar Daniel.

“Basis penggemar yang besar itu bisa jadi dua hal; tekanan atau motivasi. Kadang saya suka bertanya-tanya, kok ya bisa ya ada orang yang begitu peduli dan sayang sama saya sebatas melihat saya dari sebuah film. Ada penggemar yang memang mengikuti perjalanan karier saya, tapi ada juga yang menyukai saya karena karakter yang saya mainkan. Ada yang mencintai figur Omar Daniel, tapi ada juga yang mengidolakan sosok Ujay atau Gus Biru. Namun apa pun itu, kehadiran para penggemar bisa menjadi beban sekaligus semangat berkarya. Tentu ada perasaan tertekan karena khawatir mengecewakan orang-orang yang begitu mengidolakan kita. Tapi di sisi lain, mereka juga semangat terbesar saya untuk terus berkontribusi menampilkan yang terbaik sebagai seorang aktor. Selain saya juga mesti sebaik-baik mungkin menjalani hidup, menjaga segala tingkah dan perilaku, karena saya tidak ingin menjadi inspirasi yang salah buat orang-orang yang telah menaruh rasa cinta dan hormat atas apa yang saya kerjakan,” ujarnya.


Dalam taraf tertentu, saya tidak menolak bahwa kompetisi itu perlu. Terutama untuk memacu produktivitas dan kreativitas. Kompetisi dalam perjalanan karier adalah sebuah keniscayaan. Persaingan dapat memacu gairah untuk berupaya menjadi lebih baik. Tapi di sisi lain, rivalitas juga bisa menampakkan kenyataan bahwa sesekali orang lain bisa lebih hebat daripada diri kita. Termasuk Omar Daniel. Kita tentu setuju bahwa ia bukan satu-satunya bintang film yang digandrungi di Indonesia.

“Kompetisi rasanya selalu ada dalam bidang pekerjaan apa pun, baik di dunia film, musik, fashion, atau bidang-bidang lain di luar industri kreatif. Namun sebagai aktor, saya tidak pernah merasa perlu berkompetisi dengan aktor-aktor lainnya. Jika ini adalah sebuah perjalanan panjang, saya tidak pernah hadir untuk mencari saingan apalagi mencari cara untuk saling menjatuhkan karena saya menyadari betapa ekosistem perfilman dan kemajuan industri ini sangat ditentukan oleh banyak pihak. Kesuksesan seorang aktor atau sebuah film, tidak mungkin dibangun atas kerja satu orang. Ketimbang kompetisi yang makin tidak relevan, zaman sekarang kesuksesan justru dibangun dari kolaborasi. Kami saling bekerja sama untuk menciptakan iklim yang sehat, semua orang sama-sama bergerak untuk membuat sinema Indonesia berkualitas dan membanggakan. Satu-satunya kompetisi yang diperlukan, buat saya, adalah persaingan dengan diri sendiri. Saya ingin jadi lebih baik dari hari ke hari. Baik dari segi penampilan, kemampuan akting, dan hal-hal lain yang mendukung pengembangan diri. Itulah kenapa saya selalu mencari peran-peran yang memaksa saya untuk belajar banyak. Kalau pun perannya kurang menantang, saya akan menantang diri sendiri untuk melakukan perubahan tertentu agar setiap karakter yang saya mainkan tidak pernah ada yang sama persis. Semisal mengubah cara bicara, memotong rambut, menaikkan berat badan, dan sebagainya. Menantang diri sendiri untuk melakukan hal-hal yang saya pikir mustahil. Kompetisi seperti itulah yang saya perlukan untuk menjadi versis terbaik diri saya sendiri,” tutur Omar.


Dari percakapan dengan Omar Daniel, tampak laki-laki ini menjalani hidup dengan kesadaran penuh untuk melakukan harmonisasi. Kapan puas dan kapan tidak puas. Kapan bergerak dan kapan diam sesaat. Bisa bersyukur tapi sekaligus juga bisa mengakomodasi keinginan untuk mendapatkan lebih. Tidak gampang tentu saja. Tapi kalau hal tersebut berhasil dikendalikan, barangkali itu yang disebut dengan sukses. Menutup sesi obrolan, Omar mencetus sejumlah rencana sambil mengabarkan soal karya-karya terbarunya yang segera hadir di tahun depan. Omar mengaku tak terlalu ambisius dan berusaha tidak menaruh target tinggi ke diri sendiri. Kendati demikian, ia menghitung hari menuju 2024 dengan rasa yang berbinar-binar. Sebagaimana Omar memang kerap melihat sisi terang dari setiap kejadian.

“Sejujurnya tahun ini merupakan salah satu tahun yang saya jalani dengan banyak mengeluh. Kenapa? Pastinya karena nyaris semua pemasukan banyak dipakai untuk bangun rumah. Saya jadi berpikir, saya kerja capek-capek kok hasilnya tidak bisa dinikmati. Tapi di tengah-tengah keluhan, saya tidak pernah berhenti bersyukur bahwa satu per satu mimpi bisa terwujud. Dan saya sangat optimis menyambut 2024 meski tidak tahu pasti apa yang akan dibawa oleh semesta untuk saya di tahun depan. Pasti ada kerikil, tidak mungkin semuanya lancar-lancar. Namun manusia, seperti yang sudah-sudah, selalu bisa beradaptasi pada beragam situasi. Baik atau buruk, saya selalu yakin pasti ada cara dan jalan yang membuat kita bisa berhasil melewati setiap proses pendewasaan diri,” pungkas Omar.