7 Agustus 2020
Thresia Mareta: Memaknai Budaya Lewat Mode
Kecintaan pada budaya Indonesia dan keinginan untuk melestarikannya menjadi landasan Thresia Mareta untuk mendirikan LAKON Indonesia. Dengan visi menampilkan kecantikan Indonesia ke panggung dunia, eksistensi LAKON Indonesia diawali dengan pagelaran fashion show bertajuk The Chapter yang diadakan di Jakarta, April 2018 silam. Sementara gerai LAKON diresmikan pada 2 Juni 2018 dimana pembukaan toko tersebut menjadi penanda berdirinya LAKON Indonesia.
Thresia Mareta menyelesaikan studi Arsitektur di Universitas Tarumanagara, Jakarta. Lulus kuliah, ia bekerja di perusahaan furnitur, Vinoti Office Furnishing. Tahun 2003, Thresia mendirikan Sequins Bride, sebuah label busana pengantin dan baju pesta. Ia turut terlibat sebagai Project Director dalam proyek pembangunan TK Sekolah Terpadu Pahoa di Summarecon Serpong, Tangerang, pada 2011 silam. Kariernya terus bergerak dinamis lewat kiprahnya di berbagai bidang, salah satunya memimpin STAR Department Store sejak 2013 dengan tiga gerai berlokasi di Jakarta, Serpong, dan Bekasi. Thresia Mareta menyimpan ketertarikan pada banyak hal. Mulai dari arsitektur, mode, kesenian, hingga dunia pendidikan. Hasratnya pada berbagai bidang menjadikan perempuan ini sebagai salah satu sosok inspiratif yang konsisten melestarikan budaya bangsa dengan upaya memberdayakan masyarakat lewat jalan kreatif di dunia mode.
Semasa kecil, Thresia Mareta sering bepergian dari satu kota ke kota lainnya di Indonesia. Menelusuri berbagai daerah seperti Semarang, Yogyakarta, dan Solo, membuat ia kemudian mengenal dan menyukai batik. LAKON sesungguhnya lahir dari keresahan Thresia manakala ia menyadari budaya asli bangsanya kian lama kian digerus modernitas. “Budaya asli bangsa Indonesia yang dulu saya lihat lama-kelamaan pudar. Para pelaku dan perajinnya pun mulai menua dan mengalami krisis generasi. Saya lantas bertanya-tanya, jika identitas suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh budayanya, maka bagaimana keindonesiaan kita apabila tradisi turun-temurun itu punah?” ujarnya.
Dalam Bahasa Jawa, ‘Lakon’ memiliki makna peran dan kisah. “Saat menyaksikan orang-orang yang memiliki hati untuk Indonesia, saya merasa cinta dan upaya yang mereka kerjakan perlu diapresiasi setinggi-tingginya. Ada beragam cerita yang tertuang dalam setiap produk kami. Kisah- kisah tersebut menjadi pemeran utama dalam membesarkan LAKON sebagai suatu ekosistem yang ikut memajukan industri mode Tanah Air,” ujarnya.
Alih-alih melestarikan dengan cara menyimpan, LAKON Indonesia berupaya agar budaya itu terus terbawa dalam gaya hidup dan keseharian masyarakatnya. “Tujuan kami salah satunya ialah menciptakan pasar agar dapat menghidupi industri batik dan para pembatiknya. Salah satunya dengan jalan menghadirkan produk batik lewat ragam koleksi mode yang dapat dikenakan sehari-hari. Dan untuk bisa benar-benar memberdayakan perajinnya dalam aspek ekonomi, kita mesti mendukung produk batik tulis dan cap yang dikerjakan secara tradisional namun tetap kreatif dan modern agar pada akhirnya para pekerja yang berada di hulu industri dapat berdaya seiring berkembangnya batik itu sendiri,” ungkap Thresia.
LAKON memiliki tiga pilar utama yang menjadi landasan eksistensinya. Dalam pilar pertama, LAKON sebagai sebuah prinsip dan filosofi yang menegaskan misi untuk memelihara budaya Indonesia lewat cara- cara yang kreatif. Thresia memulainya dengan batik. Jika batik kemudian dinilai berhasil menggerakkan roda perekonomian, maka ia yakin ada lebih banyak lagi pelaku yang turut serta berkarier di bidang kebudayaan. Pilar kedua, LAKON Store sebagai rumah bagi para pelaku usaha kecil menengah
yang berupaya menciptakan pasar untuk para perajin sekaligus memajukan produk lokal sambil menjalankan roda industrinya. Terdapat lebih dari 150 merek lokal meliputi produk mode, kosmetik dan aksesori. Ketiga, LAKON sebagai sebuah fashion brand. Bekerja sama dengan Irsan, desainer mode Tanah Air, LAKON bergerak sebagai pelaku industri mode yang secara konsisten menampilkan koleksi busana dan menggelar fashion show.
Thresia Mareta berencana untuk mendirikan Teras LAKON sebagai salah satu komitmennya untuk mengekspos batik. Bak sebuah laboratorium, Teras LAKON memajang karya dan memperlihatkan proses pembuatan batik sekaligus menampilkan kolaborasi dalam bidang mode dan seni kerajinan tangan. “Batik itu sendiri merupakan sebuah proses. Teras LAKON diciptakan sebagai tempat untuk menyaksikan sejarah dan proses membatik sehingga tercipta ikatan emosional antara seseorang dengan produk budaya dan karya desainer Indonesia,” terang Thresia.
Industri kreatif dan dunia mode bergerak kian cepat. Para pelakunya pun bergerak dinamis menciptakan panggungnya masing-masing. LAKON Indonesia menjalani perannya untuk mendukung dunia mode Tanah Air dengan menempatkan karya- karya terbaik anak bangsa di barisan terdepan. “LAKON akan terus mengeksplorasi Indonesia. Tidak sebatas batik, tetapi juga tenun, songket, dan ulos. Saya berharap agar LAKON bisa membawa suatu perubahan baik bagi hasil karya budaya dengan membuatnya relevan dengan zaman sekaligus menjadikannya lestari sebagai suatu identitas kebangsaan,” tutup Thresia Mareta.
L’Oréal-UNESCO For Women in Science National Fellowship 2024: Merayakan Kontribusi Perempuan Peneliti Indonesia untuk Solusi Berkelanjutan
Ikuti Perjalanan Seru Rolex Dalam Mendukung Ekspedisi Penjelajah National Geographic Steve Boyes di Sungai Kasai
ELLE Menegaskan Dominasinya di Dunia: Peluncuran Edisi Malaysia dan Uzbekistan Membawa Total 50 Edisi Internasional Majalah ELLE