LIFE

20 Februari 2021

Timothy Marbun: Apakah Anda Pernah Benar-Benar Jatuh Cinta?


Timothy Marbun: Apakah Anda Pernah Benar-Benar Jatuh Cinta?

Tidak ada seorang pun yang bisa memberitahu kita apakah yang kita rasakan itu benar-benar “jatuh cinta” atau sekadar mengagumi, dan bukan sekadar pernah menyayangi seseorang. Oleh TIMOTHY MARBUN.

Apa jawaban Anda apabila diajukan pertanyaan: “Apakah Anda pernah benar-benar jatuh cinta?” Barangkali untuk seusia kita, sebagian besar jawabannya adalah “Pernah!”, karena toh jatuh cinta kan tidak selalu ada hubungannya dengan menikah. Menikah tidak selalu berarti karena jatuh cinta. Ada yang menikah karena dijodohkan, ada pula orang-orang yang menikah karena alasan pribadi yang mendorongnya untuk berkomitmen. Dan terkadang alasan tersebut bukanlah cinta.

Sementara itu, belum menikah sama sekali tidak berarti tidak pernah jatuh cinta. Jangan-jangan alasan belum menikah justru karena selalu jatuh cinta, dan setiap kali ‘terjatuh’ selalu terasa berbeda, sampai-sampai sulit untuk bisa memilih. Jika orang tersebut adalah Anda, maka mungkin ini saatnya Anda menulis novel untuk menceritakan kisah- kisah percintaan yang Anda alami. Ada juga seseorang yang belum menikah, karena satu-satunya orang yang ia yakini untuk dinikahi ternyata sudah menikah dengan orang lain.

elle indonesia february 2020-modern love-photography zaki akbar - styling ismelya muntu - production ayu novalia
Marsha Timothy & Vino G. Bastian photograph by ZAKI AKBAR styling ISMELYA MUNTU for ELLE INDONESIA FEBRUARY 2020

Yang saya maksud di sini adalah benar-benar ‘jatuh cinta’. Bukan hanya pernah menyayangi seseorang. Kita bisa sayang dengan banyak orang. Keluarga dan teman menjadi yang termudah untuk dicintai. Namun jika dikerucutkan pada ranah asmara pun, saya yakin Anda bisa dengan mudah menunjuk siapa saja orang yang Anda sayangi. Tapi bagaimana dengan jatuh cinta? Jatuh cinta bisa sama sekali berbeda.

Apa bedanya?

Sebelum Anda menanyakannya, yakinkan diri Anda bahwa Anda pernah jatuh cinta. Saya yakin ada pembaca ELLE yang bisa segera memahami apa perbedaan yang saya maksud. Jatuh cinta adalah mencapai titik di mana kita yakin kita sudah memahami apa itu cinta, kemudian seseorang masuk dalam kehidupan kita dan mendefinisi ulang apa pun yang kita pikir kita tahu tentang cinta. Titik di mana semua lagu adalah lagu tentang Anda dan dia, dan seluruh liriknya mendadak Anda pahami. Titik di mana Anda memaklumi mengapa dalam suatu film, pemeran utamanya digambarkan rela mengorbankan segalanya demi orang yang dicintai, karena Anda merasa Anda pun akan melakukan yang sama untuk orang-orang yang Anda cintai. Jatuh cinta adalah titik di mana Anda merasa seumur hidup adalah waktu yang terlalu pendek untuk Anda habiskan bersama dia.

marilyn monroe joe
Marilyn Monroe & Joe DiMaggio, Images source: Getty Images.

Sayangnya tidak ada seorang pun yang bisa memberitahu kita apakah yang kita rasakan itu benar-benar “jatuh cinta” atau sekadar mengagumi. Yang perlu Anda tanyakan adalah diri Anda sendiri. Legenda teknologi Steve Jobs pernah berkomentar tentang sulitnya mencari tujuan hidup yang tepat bagi manusia. Kuncinya adalah terus-menerus mencari, dan apabila kita sudah menemukannya, maka kita segera mengetahuinya. Kalimat persisnya adalah, “If you haven’t found it yet, keep looking, don’t settle. As with all matters of the heart, you’ll know when you’ve found it.” Perasaan itu terasa baru sekaligus berbeda, namun di saat yang sama jatuh cinta bisa berarti sangat akrab dan rasanya familiar, seolah telah ada di dalam hidup kita sejak lama. Rasanya seperti kehangatan rumah yang selalu membuat kita nyaman saat memasukinya, padahal baru pertama kali duduk di dalamnya.

Anda bisa merasakan jatuh cinta, meski tidak selalu berakhir dengan kebahagiaan. Betapa pun nyatanya cinta, “Happily Ever After” seringkali hanyalah mitos dalam sebuah dongeng. That’s life.

miley cyrus liam hemsworth wedding
Miley Cyrus & Liam Hesmworth, Image courtesy Liam Hemsworth via Instagram.com/@liamhemsworth

Tidak semua kisah cinta bisa beruntung mendapatkan akhir yang bahagia, bahkan tidak bagi mereka yang benar-benar saling mencintai. Barangkali benar adanya bahwa saat kita bicara tentang perasaan, seringkali kita tidak berdaya saat menghadapi kenyataannya. Tantangan dan kondisi hidup seringkali memaksa suatu hubungan cinta untuk berakhir dengan kata ‘seandainya’.

Mengapa harus jatuh cinta? Pertanyaan ini justru membantu saya mengatasi segala sakit hati yang pernah saya lewati. Mengapa saya mencari cinta? Buat apa mengalami jatuh cinta? Pertanyaan-pertanyaan tersebut menyadarkan saya bahwa pencarian cinta ada tujuannya. Apakah agar manusia bahagia? Apakah tujuannya agar seseorang tidak kesepian? Jawabannya bisa apa pun. Namun kehilangan cinta bisa membuat kita kehilangan tujuan yang ingin kita capai.

Sepanjang pengalaman saya, memiliki purpose adalah hal terkuat yang bisa membuat saya bangkit kembali. Ini bahasa yang dipahami oleh logika saya. Pada akhirnya kita semua ingin bahagia, dan inilah tujuannya. Ada banyak jalan menuju tujuan ini, salah satunya memang dengan cinta. Namun apabila hidup tidak mengizinkan itu terjadi, maka saatnya kita mengubah fokus pada jalan yang lain. Pada saat bersamaan, semesta bekerja untuk menghadirkan sesuatu atau seseorang untuk ‘mengejutkan’ Anda dengan definisi cintanya sendiri.

Omong-omong, saat saya pertama kali bertanya di awal tulisan ini, “Apakah Anda pernah jatuh cinta?” di saat yang sama saya juga bertanya, siapa orang yang pertama muncul di benak Anda saat mendengar pertanyaan tersebut? Apakah Anda sedang bersamanya hari ini? Tidak usah dijawab. Tapi kalau ceritanya bagus, sekali lagi, inilah saatnya Anda menuangkan kisah Anda dalam bentuk tulisan novel.