30 Desember 2020
10 Gaya Desain Produk Interior Berprinsip Sustainable

Ragam rancangan yang memanfaatkan bahan daur ulang dan sisa limbah secara cerdas untuk masa depan Bumi yang lebih ‘hijau’.
Proses desain lekat dengan sifat boros; butuh penggunaan bahan dan sumber daya untuk bereksperimen dan mencipta. Tetapi kreativitas tidak semestinya surut hanya karena kendala, setiap desainer memiliki kesadaran dan siap berkomitmen untuk membentuk masa depan dengan menemukan solusi masuk akal untuk membantu hidup manusia lebih baik sembari terus melindungi Bumi.
Kini, setiap desainer yang bertanggung jawab bertindak membuat pilihan etis dan mengeksplorasi alternatif, atas proses serta metode yang menghadapkan Bumi pada situasi darurat iklim, menipisnya sumber daya alam, dan berkutat dengan limbah konsumsi manusia berjumlah besar. Sejatinya, wajar jika desainer berpaling kepada konsep mendaur ulang dan prinsip zero-waste; meminjam gagasan sains dan teknologi demi menciptakan produk serta bahan terbarukan dari ekses masyarakat konsumtif. Hal tersebut memungkinkan kita untuk mendefi nisikan kembali makna estetika dan kemewahan sambil mengembangkan produk interior, funitur, hingga materi dekoratif yang berkelanjutan.
Penciptaan Kursi Artificial Inteligence (A.I.)

Desainer: Philippe Starck
Pabrikan: KARTELL
Kursi A.I. menggunakan algoritma yang diciptakan oleh perusahaan rekayasa dan perangkat lunak hiburan di Amerika Serikat, Autodesk. Gagasan manusia dari pabrikan Kartell dan desainer Philippe Starck yang melabeli perkawinan otak manusia dan kecerdasan buatan tersebut sebagai ‘Natural Intelligence’. Terbuat dari 100% Recycled Thermoplastic Technopolymer, sebuah bahan ramah lingkungan. Starck menjelaskan, “Kartell, Autodesk, dan saya mengajukan pertanyaan kepada kecerdasan buatan: ‘Artificial Inteligence, bagaimana kita dapat mengistirahatkan tubuh dengan menggunakan materi paling minim?’ A.I. adalah kursi pertama yang dirancang di luar cara berpikir manusia.”
kartell.com—starck.com
Lampu & Meja Materi Sisa Batang dan Kelopak Bunga yang Dibuang

Desainer: Marcin Rusak
Label: marcinrusak.com
Desainer kelahiran Polandia yang berbasis di London, Marcin Rusak, lahir tepat saat bisnis bunga yang telah dijalankan keluarganya selama 100 tahun mulai redup. Lampu puitis, meja, dan benda-benda dekoratif dalam koleksinya bertajuk Flora, dibangun di atas sejarah keluarganya. Rusak melestarikan keindahan nan rapuh dari bunga-bunga yang dibuang; kelopak dan batang diambil dari toko bunga kemudian diawetkan menggunakan resin. Setelah kering, resin bertatahkan bunga dipotong menjadi berbagai bentuk untuk mengungkap flora yang terbungkus di dalamnya. Ia menghabiskan dua tahun untuk mengembangkan teknik memasukkan flora nyata ke dalam fisik benda-benda dekoratif. Ia juga berkolaborasi bersama seorang ilmuwan untuk menemukan bio-resin olahan pribadi.
“Dari bisnis bunga keluarga hingga menjadi karya seni tradisional dan kerajinan yang sangat menjunjung motif bunga. Kita, umat manusia, tampaknya memiliki obsesi abadi terhadap bunga,” ujar Rusak. Ia melengkapi ceritanya, “Ketertarikan ini terilhami oleh perjalanan ke pasar bunga di London dan menyaksikan sejumlah besar bunga terbuang di pinggir jalan sekitarnya. Saya mulai mengumpulkan dan mengolahnya— sebagai referensi seberapa sering kita terinspirasi oleh alam dalam menciptakan dekorasi, tetapi betapa photography jarangnya kita memanfaatkan alam itu sendiri sebagai dekorasi.”
Ubin Dekoratif Dinding akustik dari Daur Ulang Kertas Bekas Pakai Industri Lokal

Desainer: Jasna Sokolovic + Noel O’connell
Label: Dear Human/Paper Tile
Dear Human yang berbasis di Kanada merupakan wujud kemitraan antara desainer asal Yugoslavia, Jasna Sokolovic, dan desainer Amerika, Noel O’Connell. Menciptakan produk inovatif dan orisinil untuk interior perkotaan yang berkelanjutan, Paper Tile merupakan ubin dinding akustik yang dikembangkan sebagai respon terhadap banyaknya jumlah limbah kertas oleh industri lokal. Tampil sebagai peredam suara, ubin ini tersedia dalam varian ukuran atau pola dan warna.
papertile.ca
Produk Kombinasi Ban Karet, Marmer, Kuningan, dan Beton

Desainer: Arielle Assouline-Lichten
Label: Slash Objects
Didirikan oleh arsitek dan desainer lulusan Harvard, Arielle Assouline-Lichten—yang sekaligus alumni biro arsitektur Big, Kengo Kuma & Associates dan Snøhetta—Slash Objects yang berbasis di New York ini mengusung eksplorasi material dan juxtaposition. Bahan komposit karet industrial yang terbuat dari ban daur ulang merupakan inti koleksi yang ditingkatkan lewat komposisi kuningan buatan tangan, marmer, beton, dan wol khas Italia. Hasilnya, sebuah peralatan makan, perabot, dan aksesori rumah yang chic buatan Amerika Serikat dan dirakit di New York.
slashobjects.com
Mebel Terbuat Dari Daur Ulang Limbah Tekstil

Desainer: Christian Werner
Label: Cinna with Really + Kvadrat
Perancang furnitur asal Jerman, Christian Werner, menciptakan koleksi Everywhere untuk merek Cinna yang digubah menggunakan papan tekstil padat hasil rekayasa inovatif bahan tekstil yang telah kehilangan nilai fungsional oleh Really (perusahaan dari Denmark yang didirikan oleh Klaus Samsøe, Wickie Meier Engström serta Ole Smedegaard dan sebagian dimiliki oleh Kvadrat— produsen tekstil terkemuka). Inti papan dibuat dengan kapas putih sisaan yang bersumber dari binatu lokal; turunan warna yang diperoleh diinjeksikan sebagai lapisan terluar, seperti katun biru berasal dari denim.
Proses pembuatannya tidak melibatkan pewarna, air, ataupun bahan kimia beracun. Tujuan utamanya adalah tidak hanya mendaur ulang limbah, tetapi juga menempatkan sistem yang memungkinkan bahan untuk didaur ulang sehingga membantu perputaran ekonomi.
christian-werner.com—reallycph.dk—cinna.fr—kvadrat.dk
Furnitur Anak dari Mainan Lama

Desainer: Vanessa Yuan + Joris Vanbriel
Label: Ecobirdy
Perancang yang berbasis di Antwerp, Belgia, Vanessa Yuan dan Joris Vanbriel dari ecoBirdy, mendaur ulang mainan menjadi furnitur anak yang berkelanjutan. “Produk plastik daur ulang kerap dipandang kusam dan tidak menarik. Tujuan kami adalah untuk mengubah pandangan tersebut, dengan membuat sesuatu yang playful dari sampah plastik berwarna-warni,” kata Yuan dan Vanbriel.
Kursi Charlie terbuat dari ecothylene®, bahan yang dikembangkan oleh ecoBirdy; menciptakan visual serupa teraso berbintik tanpa memerlukan penambahan pigmen atau plastik baru. Pola berbintik-bintik secara tidak konsisten membuat setiap produknya khas. Dan karena plastik daur ulang yang digunakan untuk menghasilkan ecothylene® juga 100% daur ulang, furniturnya pun bisa kembali didaur ulang.
ecobirdy.com
Kursi Hasil Sampah Plastik Daur Ulang

Desainer: Oki Sato Of Nendo
Label: Fritz Hansen
Oki Sato dari studio Jepang, Nendo, merancang N02 ™, kursi berbahan daur ulang limbah plastik rumah tangga untuk merek furnitur asal Denmark, Fritz Hansen. Kursi yang dapat ditumpuk ini memiliki landasan baja chrome dan cangkang yang hadir dalam tujuh warna yang terinspirasi oleh lipatan kertas di meja kerja sang desainer. Terbuat dari plastik polypropylene bundar hasil pengumpulan limbah plastik rumah tangga yang diproses dan didaur ulang di Eropa Tengah.
nendo.jp—fritzhansen.com
Perabotan Pearlescent Dari Limbah Bulu Dan Kulit Kerang

Desainer: Bethan Gray + Nature Squared
Label: Nature Squared
Dalam kolaborasi pertamanya, perusahaan yang berbasis di Swiss, Nature Squared, bekerja sama dengan empat kali peraih ELLE Decoration British Design Awards, Bethan Grey, membuat koleksi furnitur dan aksesori pearlescent yang terbuat dari limbah bulu dan kulit kerang. Koleksi bertajuk Exploring Eden tersebut meliputi kursi santai dengan paduan batu giok dan bulu burung; rak dari cangkang kerang; dan meja drum bahan kerang mutiara. Kolaborasi yang dibangun dari koleksi Elemen yang terbuat dari bahan organik seperti kulit kerang kepak yang dikumpulkan dari nelayan; atau kulit telur, yang digunakan sebagai lapisan dekoratif kecil. Namun, kolaborasi kali ini menerapkannya pada permukaan lebih besar.
bethangray.com—naturesquared.com
Kemuliaan Material Daur Ulang

Desainer: Charlotte Julliard
Label: Noma
Nama NOMA—lini furnitur berkelanjutan asal Prancis—didapat dari gabungan kata, yang masing-masing artinya “mulia” dan “bahan”. Kedua pendirinya, Guillaume Galloy dan Bruce Ribay, berdedikasi menciptakan benda dan furnitur sehari-hari berkualitas tinggi yang merayakan keindahan dan kebajikan material daur ulang. Menitikberatkan pada transparansi, brand merinci spesifik persentase bahan daur ulang yang digunakan. Dalam kolaborasi baru-baru ini, NOMA menugaskan Charlotte Julliard, untuk menciptakan kursi Art 82,1% yang menyoroti estetika plastik daur ulang; kursi Laime 79,6% yang terbuat dari logam daur ulang dan dilapisi dengan wol murni Prancis dan belum tercetak; serta coffee table Ghan 92,8% yang memadukan plastik daur ulang, kayu oak, dan perunggu.
charlottejuillard.com—noma-editions.com
Tegel Berlapis Abu Vulkanik

Desainer: Andrea Trimarchi + Simone Farresin
Label: Formafantasma + Dzek
Studio Formafantasma yang berbasis di Amsterdam—dijalankan oleh desainer Italia, Andrea Trimarchi dan Simone Farresin— berkolaborasi dengan pabrik Dzek yang berbasis di London untuk menggubah ExCinere, koleksi tegel terbuat dari abu vulkanik lapis kaca. Trimarchi tumbuh di Sisilia. Ia dan Farresin menyelami relasi antara manusia dan alam, serta pemanfaatan abu vulkanik sejak 2010; terinspirasi oleh pengamatan dampak pariwisata massal terhadap budaya dan lanskap Sisilia serta Gunung Etna. Karya mereka adalah bagian dari sejarah panjang menggunakan benda vulkanik dalam arsitektur, dari zaman Perunggu Jardines, Pantelleria, hingga beton Romawi yang digunakan untuk membangun Pantheon.
Para desainer menunjukkan bahwa sementara abu vulkanik yang melimpah secara alami mungkin tampak tidak pasti—oksida logam yang tinggi membuatnya tidak dapat diprediksi sebagai sumber materi. Butuh tiga tahun percobaan, melalui ledakan dan retakan, sebelum akhirnya sang desainer mampu menyempurnakan formula untuk membuat ubin dalam empat warna Bumi yang mengilap.
Visinya ialah untuk membangkitkan lanskap alami dari mana bahan sumber mereka berasal. Dibuat di Italia dengan glasir yang diaplikasi menggunakan tangan, menghasilkan variasi warna dan tekstur yang halus; tegel dapat digunakan di dapur, kamar mandi, hingga penutup fasad bangunan.
formafantasma.com—dzekdzekdzek.com