2 Agustus 2021
Gempita Warna Dalam Vila Oasis Milik Yves Saint Laurent Di Maroko

Hunian dan taman tercinta Yves Saint Laurent berdegup di jantung kota Maroko. Oleh MARIAN MCEVOY
Saya memiliki banyak keberuntungan di era ‘70-an, seperti menjadi tamu dari taman Majorelle yang tersembunyi, berteman dengan seorang bintang mode, romansa intens, karier memuaskan, dan kesenangan memiliki rumah putih mungil dengan pemandangan luas.
Dari tahun 1975 hingga sekarang, saya telah 45 kali pergi mengunjungi kompleks hunian di Afrika Utara yang kaya ornamen, misterius, sangat eksotis, dan begitu terawat, dimiliki serta dipopulerkan oleh couturier Prancis ternama, Yves Saint Laurent.

Barisan pohon palem Washingtonia menjadi gerbang masuk ke Vila Oasis, rumah pelukis Prancis Jacques Majorelle di tahun 1930-an, yang kemudian dibeli lalu dipugar oleh Yves Saint Laurent dan Pierre Bergé. Mereka tinggal di sana hingga tutup usia (Saint Laurent di tahun 2008, Bergé di tahun 2017). Madison Cox, teman lama dari keduanya, merancang desain lanskap dari properti tersebut. Jalanannya dibuat dari ubin bejmat berwarna kemerahan khas Maroko.
Tersembunyi dari keramaian Marakesh (dikenal sebagai ‘kota pink’ Maroko), taman Majorelle—beserta mahkota permata multifaset penuh warna, Vila Oasis—adalah sebuah kompleks bangunan bersejarah kelas dunia. Cerita di balik kompleks Majorelle ini merupakan hikayat Prancis Amerika yang bergulir di antara enam laki-laki visioner penuh bakat: pelukis orientalis asal Prancis dan kolektor tanaman Jacques Majorelle; desainer mode melegenda Yves Saint Laurent; rekan bisnis dan hidup YSL, industrialis Prancis, kolektor, serta filantropis Pierre Bergé; dekorator hebat asal Prancis Jacques Grange; arsitek sekaligus ekspat modis asal Amerika Bill Willis serta perancang taman asal Amerika yang malu akan publikasi namun berjaya, Madison Cox.

Pada 1923, Majorelle membeli properti yang menjadi inti dari area kompleks seluas enam hektar ini. Mulai saat itu, sepanjang tahun 1930-an, ia merekonstruksi rumah yang kemudian dikenal sebagai Vila Oasis. Merupakan pilihannya untuk mengecat biru hunian tersebut dan menanami lahannya dengan tumbuhan- tumbuhan eksentrik terdiri atas susunan tanaman perdu, rambat, dan pepohonan lokal, maupun bawaan dari tempat-tempat yang pernah dikunjunginya.
Arsitek Bill Willis membantu Saint Laurent dan Bergé mendandani arsitektur hunian biru ini, sementara Grange mendekorasi interior. Motif garis biru dan hijau pada sofa terkoordinasi baik dengan tungku perapian.

Anak dari desainer furnitur tersohor asal Prancis, Louis Majorelle, Jacques dikenal lewat lukisan realis yang menggambarkan penduduk asli serta lanskap Afrika Utara. Ia juga memiliki bakat dalam seni dekoratif bergaya Art Noveau penuh warna. Beberapa pintu yang dilukis tangan serta meja kecil yang dibuatnya tertata dengan baik di lobi kedatangan Villa Oasis dan di dalam rumah tersebut.
Majorelle membuka sebagian besar tamannya untuk publik di tahun 1947. Saat Saint Laurent dan Bergé membeli properti pada tahun 1980, mereka kembali melanjutkan kebijakan demokratis tersebut. Kurang lebih sebanyak 850.000 orang mengunjungi taman Majorelle tahun lalu. Apa yang mereka tidak lihat adalah apa yang ada di foto-foto pada artikel ini bagian privat dari Majorelle.
Diam-diam terkoneksi melalui beberapa pintu kayu yang terkunci, ruang publik dan privat Majorelle keduanya sama-sama rimbun, penuh kejutan warna, puitis, dan sangat terpelihara baik. Keduanya terselip diantara bambu-bambu tinggi. Salah satu area lebih sepi dibanding lainnya.




Harmonisasi Visual antara Alam dan Realitas Kehidupan Urban Ditunjukkan oleh R+R Architects dalam Sebuah Hunian Di Ahmedabad, India

Desain Baru Butik Hermès Di Plaza Indonesia Visualisasikan Sejarah Identitas Rumah Mode dengan Sentuhan Artisan Indonesia

Ledakan Energi Kromatik yang Artistik Menggubah Desain 'Vibrant' Untuk Apartemen Bergaris Rancang 'Open Space'