12 April 2022
Masuk Ke Dalam Rumah Desainer Interior Agatha Carolina yang Terinspirasi Arsitektur Modern Abad Pertengahan

Visual arsitektur mid-century modern nan hangat, menjadi pesona menawan dalam sebuah kediaman pribadi yang kaya koleksi seni dan barang vintage. RIRI WAROKKA menyoroti.
Aksentuasi pada wajah eksterior sebuah bangunan masif berhasil melahirkan karya arsitektur penuh kehangatan secara menyeluruh. Perpaduan tumpukan batu bata yang dibiarkan terekspos dengan repetisi aksen dinding putih gading meluruhkan volume besar, serta formasi kaku sebuah bangunan berbentuk dasar persegi. Karakteristik sederhana dari format konstruksi bergaris desain geometris yang teratur, atap datar, ditambah bukaan nan lebar tersebut mengingatkan akan karya arsitektur ikonis era ‘50-an hingga era ‘80-an yang pernah menyebar di Amerika Serikat. Hipotesis ini diperkuat oleh pengakuan pasangan suami istri sang pemilik rumah, Agatha Carolina dan Ditho Sitompoel. Keduanya mengutarakan bahwa mereka terinspirasi akan salah satu karya arsitektur mid- century modern kenamaan yang terletak di Los Angeles, Amerika Serikat, yaitu rumah VDL karya Richard Neutra. Kala keduanya berkesempatan mengunjunginya, atmosfer hangat yang ditawarkan bangunan tersebut langsung membuat mereka jatuh hati.
photography Ditho Sitompoel photography Ditho Sitompoel
Agatha, sosok perempuan berperan ganda— sebagai pemilik rumah sekaligus arsiteknya— juga menyebutkan nama tersohor lain yang turut mengilhaminya, seperti Jacobsen dan Frank Lloyd Wright. Namun satu karya arsitektur bergaya mid-century modern yang paling menjadi inspirasi utama, serta memengaruhi kreativitasnya dalam membangun kediaman impian ialah, “Ray Kappe House,” tuturnya.
Di atas lahan seluas 600 meter persegi, Agatha dan Ditho mendirikan bangunan berukuran 450 meter persegi yang dirancang sendiri sebagaimana keinginan mereka. Andil keduanya bukan hanya sekadar desain arsitektur dan tata interior, tetapi juga dalam hal pengambilan keputusan dalam menentukan detail material bangunan hingga pemilihan perabotan interior. Prosesnya membutuhkan waktu kurang lebih dua tahun. Visual arsitektur idaman terefleksi secara apik di tangan sang istri. Penataan ruangnya kian terintegrasi dengan desain lewat sentuhan estetika bergaya vintage yang tertuang atas dasar kecintaan sang suami terhadap benda-benda ‘warisan masa lampau’.

Pada ruang keluarga—yang terletak di lantai dasar—tertangkap konsep desain nan lapang, di mana setiap sisinya berlimpah bukaan yang lebar, yang kerap diperlihatkan dalam beberapa karya arsitektur inspirasinya. Fungsi ruang dilebur untuk menjadi kesatuan; ruang santai, ruang makan, hingga dapur bergandengan tanpa sekat. Desain format ini memikirkan efisiensi tata letak ruangan, ditambah menitikberatkan gaya hidup modern yang bebas bergerak. Apreasi mendalam sang pemilik rumah terhadap desain pun terasa kian nyata, ketika menelusuri ruang-ruang tersebut. Beberapa furnitur berdesain ikonis tampil bold, salah satunya lounge chair Eames yang diletakkan di ruang santai berdekatan dengan koleksi piringan hitam milik Ditho.
photography Ditho Sitompoel photography Ditho Sitompoel
photography Ditho Sitompoel photography Ditho Sitompoel
Konsisten memegang teguh gaya desain mid-century, dining stool Arne Jacobsen dan lampu gantung Louis Poulsen turut memeriahkan ruang keluarga. Bila berdiri di tengah ruangan, kita seakan-akan masuk ke salah satu halaman dari ‘kamus desain’. Rasanya tidak mengherankan bila Agatha dan Ditho kompak menetapkan ruangan tersebut sebagai ruangan favorit keluarga.
Area indoor dan outdoor terintegrasi secara harmonis lewat pemakaian material kaca yang dominan. Cahaya matahari dapat masuk secara bebas, dan menciptakan variasi rona serta bayangan yang menyalakan kehidupan interior ruang beparas monokrom. Warna cokelat dan material kayu tampil meruang selayaknya pemeran utama interior. Beragam karya seni lukis yang dikurasi menawan menghiasi beberapa sudut hunian. Aksentuasinya kian elegan yang mana masing-masing ditempatkan dalam pemikiran matang serta disesuaikan agar suasananya terbangun sebagaimana apa yang ingin diperlihatkan. Contoh lukisan karya Ary Kurniawan yang terletak di ruang kerja, sifat organis dan abstrak pada karya tersebut difungsikan sebagai pelembut nuansa serius nan kaku yang terkesan menyelimuti ruang tersebut. Deretan nama seniman lukis asal Indonesia terus menemani perjalanan menjelajahi rumah ini; mulai dari Iabadiou Piko, Mutiara Riswari, Oky Antonius, hingga Abenk Alter.

photography Ditho Sitompoel photography Ditho Sitompoel
Sentuhan personal mencuat dalam deretan koleksi seni Agatha dan Ditho, tatkala karya lukis guratan sang putri (anak keduanya yang berusia 5 tahun) tampil mengaksentuasi di antaranya. Seolah-olah tersirat pesan bahwa rumah ini berperan sebagai ruang tumbuh keluarga yang dirancang tak lekang zaman, setiap kali menilik tiap ruangan. “Saya ingin rumah ini bertumbuh bersama keluarga saya. Saya bisa membayangkan hari tua saya bersama Ditho sedang duduk dan membaca, sambil memperhatikan anak-anak kami, mengundang teman-teman berkunjung ke rumah untuk berkumpul dan bersenang-senang; sebagaimana kami di kala muda,” tutup Agatha.

Ledakan Energi Kromatik yang Artistik Menggubah Desain 'Vibrant' Untuk Apartemen Bergaris Rancang 'Open Space'