25 Oktober 2023
Narasi Dekoratif Bernuansa Era '70-an Dalam Gaya Kontempoerer Desain Interior Apartemen Milik Maria Vittoria Paggini
PHOTOGRAPHY BY Carlotta Coppo
text by Riri Warokka
Setiap perhiasan memiliki sejarahnya sendiri, namun menggoda saat diletakkan bersandingan dan diperlihatkan secara bersamaan. Ibarat koleksi perhiasan yang ditata apik dalam kotak kaca, begitulah sekiranya kesan yang tertangkap saat memasuki Casa Ornella. Dibuka bagi umum khusus untuk meramaikan perhelatan Milan Design Week bulan April 2023 silam, kediaman pribadi milik Maria Vittoria Paggini—seorang desainer kenamaan asal Italia—mengubah apartemen dua kamar tidur seluas 150meter persegi itu secara organis menjadi sebuah hunian berdesain kaya narasi.
Ruang persegi berdinding putih, dikejutkan dengan kehadiran karya pematung Filippo Salerni berbahan logam yang digantung di tengah ruang. Sifat reflektif bahan logam memperkuat efek warna biru yang dominan dari karpet, diiringi karya lukis oleh Sergio Fiorentino dan detail tak terduga pada langit-langit berupa beberapa bulatan biru guratan Nicolas Denino. Bayangkan, begitu banyaknya faktor visual yang mampu menginspirasi hanya dalam satu skema ruangan.
Masih dalam elemen desain serupa—dinding putih ditemani atribut berwarna biru—tatanan ruang makan tampak bersahaja. Kursi biru berbaris mengelilingi meja oval dengan permukaan kaca berwarna hijau emerald. Tak luput sentuhan kejutan, langit-langitnya dihiasi oleh grafis berupa garis-garis persegi panjang berwarna merah keunguan. Secara teori, semua hal yang baru saya deskripsikan tampak tak masuk akal untuk disatukan. Namun, spirit kebebasan mengeksplorasi justru melahirkan atmosfer penuh narasi. Nuansa vibrant warna biru segar diredupkan oleh paras ruang santai tepat di sebelahnya. Pemilihan rona hijau olive pada dinding seakan-akan menampilkan kepribadian yang bertolak belakang. Tampak selaras, sofa merah bata dan kabinet kayu rancangan Paggini menyiratkan elegansi khas era ‘70-an pada visualisasi keseluruhan ruang. Di tengah ketiga ruang, tampak sebuah meja berlapis kaca yang dapat diasumsikan hendak dipertontonkan sebagai penyambung nyawa kontemporer.
Dari sana, pandangan beralih ke dapur yang mengingatkan akan wahana rumah kaca sarat teka-teki. Aplikasi warna hitam memiliki andil besar dalam menyalurkan atmosfer nan misterius. “Tanpa diragukan, ruang dapur adalah ruang kesayangan. Saya selalu menemukan diri saya tertarik pada ruang itu,” aku Paggini secara jujur. Sifat reflektif sebuah material tampak dijunjung oleh sang desainer. Penempatan kabinet berlapis cermin terlihat menyemarakkan nuansa elegan pekatnya rona hitam yang kuat. Perempuan kelahiran Toskana, Italia, tersebut percaya konsep sebuah rumah selalu berpusat pada dapur; terlebih dengan latar budaya Italia, di mana dunia kuliner sangat esensial.
Aksi permainan wallpaper marak corak memberikan suasana berbeda pada kamar tidur dan kamar mandi. Di kedua ruang, bulatan vibrant biru karya Nicolas Denino kembali terlihat. Diletakkan pada dinding berlapis wallpaper bercorak dengan warna dasar hijau olive, kontras yang terjalin seolah-olah tampak sebagai kompilasi moodboard berbagai ruang sebelumnya. Kian eklektik, kamar mandi diselimuti wallpaper yang dipadu dengan mozaik cermin rona rose gold.
Mengalir secara bebas tanpa batasan menjadi formula rahasia Paggini saat menata keseluruhan ruang di kediamannya. Hal itu yang membuat tiap ruangnya seperti memiliki warna khas. Tak memiliki benang merah secara gaya desain, melainkan serupa dalam pola pikir. “Saya selalu tertarik pada gaya yang di luar nalar dan peleburan antara elemen yang tampak tidak serasi. Saya juga yakin bahwa inovasi lahir dari permainan ragam budaya,” jelasnya. Tak heran bila kata nomad seringkali hadir sedari ia mengawali percakapan dengan ELLE Indonesia. Paggini pun berfantasi bilamana kediaman rancanganya ini akan sempurna ditinggali oleh individu-individu dengan keberagaman karakter, namun memiliki ‘fil rouge’. Sedangkan untuk arti dari julukan Casa Ornella sendiri, diambil olehnya dari lagu L’appuntamento yang dinyanyikan Ornella Vanoni; sebuah lagu yang ia dengarkan berulang kali ketika melewati proses merancang.