CULTURE

2 Mei 2022

Perayaan Nilai Tradisi serta Atribut Dekoratif Khas Maroko di Rumah Liburan Keluarga Maite dan Paolo Bulgari


Perayaan Nilai Tradisi serta Atribut Dekoratif Khas Maroko di Rumah Liburan Keluarga Maite dan Paolo Bulgari

Kekayaan karakter dalam desain eklektik garapan biro arsitektur dan desain interior Pablo Paniagua.

Dinding merona merah muda tampak berdiri megah, menjalin lorong dengan pagu melengkung bermaterialkan paduan bata dan plester tahan air, yang merupakan bahan tradisional Maroko, yang disebut tadelakt. Pot-pot tanah liat berhiaskan tumbuhan bougainvillea berbaris di sisi kanan dan kiri sepanjang alurnya. Di penghujung jalan telusur yang mana tarisnya terbuat atas pavers terakota berukiran motif herringbone, plus dipercantik gelaran alas permadani Moroccan kilims kaya perpaduan skema warna dari koleksi High Atlas; air mancur menyambut kehadiran. Lanskap eksotis selayaknya jalur oasis tersembunyi ini mengawali perjalanan memasuki sebuah hunian eksklusif di jantung kota Marrakesh, Maroko, milik pasangan Maite dan Paolo Bulgari, chairman merek perhiasan luks kenamaan Italia, BVLGARI.

photography German Saiz/DOC. Pablo Paniagua

Ketika merencanakan pembangunan kediaman yang ditujukan untuk rumah liburan keluarga saat perayaan hari-hari besar itu, Maite dan Paolo melunturkan bayang-bayang konstruksi mutakhir khas metropolitan dari benak mereka. Keduanya mendambakan hunian elementer yang melekat harmonis dengan tradisi lingkungan di mana mereka akan tinggal. Marrakesh dikenal sebagai kota kosmopolitan; wilayahnya merupakan titik temu kebudayaan beragam etnis. Estetika kotanya yang ditempa secara menawan oleh teknik dekoratif warisan luhur para suku dari berbagai wilayah—mencakup Atlas, pegunungan Rif hingga Sahara—mendapat suntikan kuat kerajinan tangan Islami yang dipengaruhi kultur Andalusia, Suriah, Ottoman, dan Mesir, sebelum kemunculan protektorat Prancis pada paruh pertama abad ke-20. “Gagasan utama di balik proyek kediaman ini ialah sepenuhnya memuliakan nilai-nilai tradisi Maroko, khususnya Marrakesh,” sebagaimana pengutaraan sang desainer interior, Pablo Paniagua.

Karakteristik nan ekstensif tersebut tampil menonjol lewat penerapan material bangunan—seluruhnya diperoleh dari produsen lokal—seperti telah terlihat sejak awal melalui jalur masuknya. Afeksi ‘glamor’ dinyalakan melalui ubin motif geometris yang mengalasi lantai ruangan, sementara langit-langitnya dominan material kayu cedar Spanyol, dan menjunjung tradisi Maroko akan keindahan desain berlimpah detail. Di area ruang tamu dan perpusatakaan misalnya, di mana plafon Tataoui batang Oleander menambah daya tarik ruang kian memikat mata.

photography German Saiz/DOC. Pablo Paniagua
photography German Saiz/DOC. Pablo Paniagua

Sejalan spasial yang impresif secara arsitektur, seleksi furnitur pilihan Paniagua pun menitikberatkan perabotan karya perajin khas Maroko, dan barang-barang kekayaan akulturasi budaya di kota Marrakesh. Beberapa benda antik dari Spanyol (seperti kerajinan Andalusia) tampak menyertai penataan ruang, namun dengan catatan: sarat akan tradisi Islam warisan masa lampau yang telah memengaruhi seni dekoratif Spanyol sejak abad ke-15. Kendati tatanan ruangnya dikurasi bagaikan sebuah galeri historis, kediaman Maite dan Paolo tidak menampilkan koleksi seni rupa. Aplikasinya mengaksentuasi tembok atas perapian di ruang perpustakaan, hingga mewarnai dinding kamar tidur hingga menggantung di atas kasur. Paniagua menjelaskan, “Dalam tradisi Islam, ada sebuah kecenderungan untuk menghindari representasi figuratif.”

photography German Saiz/DOC. Pablo Paniagua
photography German Saiz/DOC. Pablo Paniagua