Alam jadi sumber inspirasi utama Tamara Wibowo dalam merancang sebuah hunian. Ayu Novalia menengok ke dalam kediamannya.
Bentuk hampir tak menjadi aspek penting dalam desain karya arsitek asal Semarang ini. Baginya, seni konstruksi bukan hanya soal mendirikan bangunan. “Arsitektur butuh konteks. Tanpanya, rancangan jadi minim makna,” kata Tamara.
Ibarat sebuah buku, setiap ruangan perlu korelasi visual untuk diceritakan kepada penghuni. Oleh karena itu, setiap kali mendesain, fokusnya selalu berusaha menciptakan impresi ruang. Mulai dari saat memasukinya, menempati, hingga berpindah ke area yang lain.
Prinsip desain tersebut terlihat cantik pada kediaman pribadi miliknya. Berlokasi di Bukit Kopi Residence, Tamara membangun rumah seluas 600 meter
2 di atas lahan 1.000 meter
2. Sisa tanahnya, tentu saja, diperuntukkan sebagai area hijau yang mengelilingi bangunan.
[caption id="attachment_3270" align="aligncenter" width="785"]

Area hijau menjadi esensi hunian natural.[/caption]
[caption id="attachment_3271" align="aligncenter" width="785"]

Taman hijau mengelilingi seluruh rumah.[/caption]
Salah satu keluhan tinggal di negara beriklim tropis adalah hawa yang panas, terutama saat siang hari. Untuk berdamai dengan kondisi tersebut, penyematan unsur alam jadi objek primer dalam penataan eksterior dan interior. “Kehadiran alam bikin rumah terasa hangat sehingga penghuninya lebih rileks,” tutur pendiri Tamara Wibowo Architects itu.
Elemen natural juga terkandung dalam material bahan yang digunakan. Plafonnya disusun dari palet kayu, sedangkan peran keramik diganti polesan beton. Kombinasi kontras yang tercipta berikan penampilan mewah alih-alih mentah.
Dinding bagian dalam juga hanya mengandalkan acian semen. Namun, rupa tembok luar dibuat rapi dengan cat warna abu-abu dan tetap sinergikan kesan
raw di dalam rumah.
[caption id="attachment_3269" align="aligncenter" width="785"]

Kaca dan bukaan lebar untuk akses udara dan pencahayaan alami.[/caption]
Cetak biru interior dirancang geometris sesuai fungsi. Dibagi atas tiga bidang, yakni rumah tinggal, kantor, dan residensial asisten rumah tangga. Pelataran taman di belakang rumah merupakan titik pusat hunian. “Di sana, tumbuh pohon mangga yang jadi esensi penciptaan impresi setiap area,” cerita Tamara.
Menjelajahi rumah tinggal, komposisinya tidak seperti rumah awam. Masuk lewat pintu depan, tamu langsung disambut pantri bergaya
rustic modern. Bukan tanpa alasan sudut ini dijadikan tempat menjamu tamu. Dari situ, pelawat diarahkan ke ruang makan yang auranya segar berkat formasi jendela kaca panjang di kedua sisi. Plus, lantainya beri definisi berbeda dengan ubin motif warna biru.
[caption id="attachment_3275" align="aligncenter" width="785"]

Kesan lapang dan alami di area dapur bersih yang bernuansakan modern rustic.[/caption]
Naik beberapa anak tangga dari ruang makan ke setengah tingkat di atas dan singgah di bilik famili. Dibatasi sebuah lemari buku tinggi, Tamara menyediakan pojok kreatif untuk anak-anaknya mengekspresikan diri.
Beralih pada area paling pribadi di rumah tinggal. Kamar tidur dan kamar mandi terletak nyaman di tingkat dua. Alih-alih menopengi wajah kamar agar intim, Tamara justru membingkainya secara transparan dengan pintu kaca besar. Didampingi balkon yang suguhkan pemandangan asri pelataran tengah.
Tamara banyak menggunakan jendela kaca berpintu untuk menyekat hampir seluruh rumah. Hal ini dilakukan agar setiap ruangan menerima pencahayaan alami sinar matahari dan aliran udara baik. Tidak salah jika rumah ini dijuluki “
house of inside and outside”.
[caption id="attachment_3274" align="aligncenter" width="785"]

Ruang bersantai keluarga di lantai dua.[/caption]
[caption id="attachment_3272" align="aligncenter" width="785"]

Jendela kaca besar memberikan pencahayaan alami bagi kamar tidur.[/caption]
[caption id="attachment_3273" align="aligncenter" width="785"]

Atmosfer kamar mandi segar berkat ventilasi yang menjadi jalur keluar masuk udara dari taman hijau belakang rumah.[/caption]
(
Foto:
Dok. Tamara Wibowo Architects;
photography FERNANDA GOMULYA)
(
Artikel ini telah dipublikasi dalam majalah ELLE Indonesia edisi Mei 2018)