LIFE

24 Mei 2023

Anastasia Wheni Indrianingsih


Anastasia Wheni Indrianingsih

Photo DOC. Wheni Anastasia

Anastasia Wheni Indrianingsih, Ph.D. meraih gelar Sarjana dan Magister Kimia dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada dan Keio University, masing-masing pada tahun 2005 dan 2011. Setelah menyelesaikan pendidikan magisternya, Wheni melanjutkan pendidikan doktoral di bidang Applied Bioresource Science di Ehime University, Jepang, kemudian lulus pada 2016. Penelitian, artikel, poster, dan jurnalnya dipublikasikan juga dipresentasikan dalam forum nasional maupun internasional.

Anastasia Wheni Indrianingsih kini tercatat sebagai salah satu peneliti yang bekerja di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang dulu bernama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Wheni menempati posisi ketua kelompok riset teknologi proses bahan alam untuk fortifikasi pangan dan nutrasetikal, dengan 10 orang anggota periset, baik sebagai peneliti maupun perekayasa. Kini ia tengah mengadakan penelitian bertajuk Pengembangan Aerogel Antibakteri dari Komposit Perak-Bakteri Selulosa-Clitoria ternatea untuk Pengawetan Makanan Segar (Development of Antibacterial Aerogels from Silver-Bacterial Cellulose-Clitoria ternatea Composite for Fresh Food Preservation). Risetnya menyoal pembuatan absorbent pad agar masa simpan makanan segar dapat berumur lebih panjang. Absorbent pad ini dibuat dari bahan bioselulosa, nanopartikel perak, dan ekstrak bunga telang yang memiliki sifat antibakteri dan antioksidan. Untuk mencapai tujuannya, Wheni melakukan karakterisasi kimia, fisika, dan aktivitas uji antibakteri pada proses pembuatan absorbent pad. Wheni terinspirasi dari pola konsumsi masyarakat terhadap makanan segar seperti daging, ikan, sayuran, dan buah- buahan yang kian diminati karena bernutrisi baik bagi kesehatan, namun ia menyadari masa simpan makanan segar tersebut sangatlah pendek. Hal ini disebabkan tingginya kadar air dan nutrisi yang dikandung. Melalui penelitiannya, Wheni berupaya untuk mengalihkan proses penyimpanan bahan pangan segar dengan teknologi yang lebih ramah lingkungan, nontoksik, biodegradable, dan berkelanjutan.

Selama 17 tahun berkarier sebagai periset pangan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wheni kerap menorehkan prestasi. Setidaknya namanya pernah tercatat sebagai penerima penghargaan 110 karya inovasi teratas paling prospektif dari Business Innovation Center Indonesia pada 2018 silam. Tahun 2022, ia memperoleh beasiswa studi postdoctoral dari Fulbright-Aminef Grant di Colorado State University, Amerika Serikat. Produktivitas Wheni juga terbukti dalam menghasilkan empat paten, di antaranya yaitu pembuatan pembalut luka berbahan selulosa bakterial berbahan dasar impregnasi perak (Ag) dan proses manufaktur (2021), pemanfaatan bioselulosa untuk masker wajah dan proses pembuatannya (2017), pembuatan sediaan kitosan-karboksimetil selulosa terkontrol (2020), serta pembuatan kemasan biodegradable dari komposit selulosa bakterial-ekstrak tumbuhan (2020). Perempuan kelahiran 1983 silam ini meyakini bahwa berbagai penelitian yang ia kerjakan dapat meningkatkan hasratnya dengan dunia sains, transfer ilmu pengetahuan, kekayaan jaringan, dan pengembangan pribadi. Lebih dari itu, Wheni turut berharap hasil penelitiannya dapat memberikan manfaat dan dampak positif bagi masyarakat luas.


Bagaimana cerita tentang riset Anda mengenai pengembangan aerogel antibakteri dari nanopartikel perak bioselulosa dan ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) sebagai penyerap untuk pengawetan bahan pangan?

“Gambaran secara ringkas dari penelitian ini adalah kami berupaya membuat suatu aerogel berbasis bioselulosa, nanopartikel perak, dan ekstrak bunga telang. Dalam kemasan pangan segar, biasanya terdapat suatu bahan penyerap yang dapat mengontrol kadar air dalam sampel makanan. Namun bahan penyerap bantalan tersebut umumnya terbuat dari polimer yang disintesis secara kimia seperti polietilen. Bahan tersebut tidak ramah lingkungan karena sulit untuk didegradasi setelah dibuang. Riset ini berupaya untuk mengalihkan ke teknologi yang lebih hijau, non-toxic, biodegradable, dan mengandung agen bioaktif dari alam untuk kemasan makanan yang lebih berkelanjutan. Salah satunya berupa biodegradable aerogel. Kami hendak menciptakan absorbent pad yang bisa diletakkan di dalam kemasan makanan—terutama bahan pangan segar—sehingga dapat memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut, termasuk ketika penyimpanan saat distribusi ke konsumen agar tidak terjadi kerugian apabila makanan segar cepat basi, bahkan sebelum sampai ke tangan konsumen. Aerogel pad tersebut bersifat antibakteri dan dapat mendeteksi kerusakan bahan pangan segar dari perubahan warna yang dihasilkan. Semisal daging mentah yang biasanya bisa disimpan selama 3-5 hari di kulkas, harapannya nanti bisa diperpanjang sampai 8-10 hari karena ada nanopartikel perak dan ekstrak bunga telang yang mampu memperlambat atau membunuh perkembangan bakteri. Penelitian ini diharapkan rampung pada akhir tahun 2023.”

Apa alasan Anda memilih menggunakan ekstrak bunga dan limbah air kelapa?

“Riset ini memanfaatkan biodiversitas yang ada di Indonesia. Saya memakai ekstrak bunga telang sebagai sumber antioksidan dan detektor pH, serta limbah air kelapa untuk pembuatan bioselulosa. Saya memilih ekstrak bunga telang sebagai instrumen riset sebab bunga ini memiliki keistimewaan. Selain punya aktivitas antioksidan, bunga telang juga memiliki antosianin yang dapat berubah warna mengikuti pH. Pada pH rendah akan berwarna merah muda kemerahan, pada pH netral berwarna biru, dan pH tinggi akan berwarna hijau-kuning. Dengan adanya perubahan pH pada bahan pangan segar, maka aerogel pad juga dapat berubah warna dan indikator ini dapat mendeteksi tingkat kerusakan bahan makanan segar. Sedangkan limbah air kelapa mudah diperoleh di lingkungan sekitar kita terutama di pasar-pasar tradisional. Dengan memanfaatkan kekayaan biodiversitas yang ada di Indonesia, saya berharap para periset di negeri ini dapat memanfaatkan bahan-bahan lokal guna mengatasi masalah di kehidupan sehari-hari.”

Apa alasan Anda untuk mempertimbangkan aspek lingkungan dalam penelitian?

“Kita manusia hidup di Bumi dan masing-masing orang memiliki peran untuk ikut menjaga keberlangsungan lingkungannya. Ada imbauan untuk menggunakan bahan bakar biosolar yang dibuat dari minyak nabati, ada pula gerakan masif yang mendorong penggunaan transportasi publik sebagai salah satu langkah mengurangi emisi karbon. Melalui profesi sebagai peneliti, saya ingin ikut berpartisipasi dalam menciptakan bahan yang lebih ramah lingkungan dan menghasilkan penelitian yang berdampak baik bagi lingkungan. Terlebih hanya Bumi satu-satunya tempat tinggal yang juga akan dihuni oleh generasi masa depan, maka bagaimana mungkin kita tidak ikut peduli untuk melestarikan lingkungan melalui bidang pekerjaan kita masing-masing.”

Apa yang menjadi tantangan terbesar?

“Sebagai ibu sekaligus perempuan yang berkarier, tantangan terbesar ada pada soal pembagian waktu antara kehidupan personal dan urusan profesional. Sebuah upaya dalam mengelola waktu dan mengatur agenda kerja agar kedua ranah tersebut tidak ada yang diabaikan. Saya bersyukur sekali dengan berbagai aturan di lingkup profesional yang membantu kita dalam menjaga eksistensi sebagai perempuan, semisal adanya hak cuti hamil dan melahirkan, serta fasilitas ruang laktasi di tempat kerja. Namun satu hal yang amat penting buat saya sebagai perempuan adalah keberadaan support system, baik dari pasangan, anak, maupun orangtua. Sistem pendukung yang merestui dan membantu kita para perempuan untuk melakoni dunia karier profesional serta meningkatkan pengetahuan dengan tenang dan fokus, sehingga pada saat yang sama kehidupan rumah tangga dan keperluan domestik tetap terjaga dengan baik. Saya sendiri mengalaminya ketika menyelesaikan kuliah S3 di luar negeri, sementara anak dan suami ada di Indonesia. Saya bersyukur bisa punya lingkungan yang suportif. Keberadaan support system menjadi sangat penting bagi perempuan, termasuk saya, agar kita bisa mencapai banyak hal dalam hidup, sebab salah satu kunci keberhasilan bagi perempuan yang sedang berkarier dan mengejar mimpi adalah dukungan orang-orang di sekitarnya.”