LIFE

17 November 2021

Billie Eilish Telah Menegaskan Pendirian


Billie Eilish Telah Menegaskan Pendirian

Billie Eilish berkisah tentang ketidakpeduliannya pada apa yang dikatakan orang lain mengenai rambut, pakaian, dan seksualitasnya.

Suatu malam di bulan Juli di halaman belakang rumah di Beverly Hills, sekumpulan bintang ternama berkumpul mulai dari Olivia Rodrigo, Ben Platt, Willow dan Jaden Smith, Amanda Kloots, dan Khalid tengah bersiap menyambut perilisan album kedua Billie Eilish, Happier Than Ever. Eilish merasa senang sekaligus gugup menyambut dunia yang akhirnya menyimak album barunya. Ia membiarkan orang lain mencicipi ‘kue favoritnya’ yang ia panggang selama setahun terakhir. Mengenakan kacamata hitam Prada, korset Miaou dengan kemeja lengan panjang Maison Margiela berwarna hitam dan celana hitam TLZ L’Femme, “Ini gila! Saya senang dapat bertemu langsung dengan orang- orang, mendapat pelukan dan melihat senyuman. Album baru saya rilis dalam dua menit!" ujarnya sambil menggoyangkan mikrofon, dan orang-orang pun bersorak.

“Album ini adalah hal favorit yang pernah saya buat,” kata Eilish. Ia berterima kasih kepada saudara laki-lakinya yang bekerja sama dengannya membuat karya ini, Finneas. “Saya sangat bersemangat!” sambungnya. Persis pukul 9 malam, album disiarkan dan judul lagu pun mulai diputar. Balada melankolis seakan-akan berubah menjadi ledakan ‘hard rock’. Eilish melakukan gerakan ala bintang rock, ia melompat ke dalam kolam dengan pakaian lengkap. Dua sahabatnya, Zoe dan Drew, pun ikut melompat. Mereka kemudian mulai menyanyikan liriknya bersama-sama. “Ya Tuhan, sangat menakjubkan! Sama sekali tidak direncakan. Saya berdiri di tepi kolam sambil bernyanyi, teman saya Carly berkata, ‘Billie, masuk ke dalam kolam!’ dan saya segera melompat dengan mengenakan sepatu bot platform setinggi empat inci!”

Di sisi kolam, Finneas menyaksikannya dengan penuh apresiasi. “Salah satu dari banyak kualitas hebat yang ia miliki adalah caranya untuk bersenang-senang,” ujar sang kakak seakan sedang menebak perilaku Eilish. Nyaris semua teman Eilish ikut masuk ke dalam kolam. “Saya menarik mereka masuk,” katanya sambil tertawa. Ini menjadi pengalaman mendalam dari albumnya. Sesuatu yang memungkinkan Eilish untuk mengarahkan pengalaman itu, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. “Saya suka pesta, tetapi orang-orang menjadi sedikit berlebihan karena semua ingin berbicara dengan Anda. Sementara di kolam renang, saya bisa berenang menuju seseorang, berbicara dengan mereka, kemudian berenang menjauh dan berbicara dengan orang lain.”

Billie Eilish cover story ELLE 2021 photography Alique for ELLE US styling Patti Wilson
Billie Eilish for ELLE 2021 photography Alique for ELLE US styling Patti Wilson makeup Robert Rumsey (A-Frame Agency) hair Benjamin Mohapi (Salon Benjamin) manicure Ashlie Johnson (The Wall Group) set design James Chinlund (The Magnet Agency) produced Honor Hellon (Honor Hellon Production)

Billie Eilish melesat ke puncak tangga lagu di usia 13 tahun ketika single Ocean Eyes, yang diciptakan di kamar tidurnya bersama Finneas, menjadi populer di SoundCloud. Ia juga memenangkan Grammy sebanyak tujuh kali. Selain menulis lagunya sendiri (beberapa dengan bantuan Finneas), Eilish juga menyutradarai seluruh videonya. “Saya adalah seseorang yang sangat visual. Sejak saya kecil, video musik selalu menjadi bentuk karya seni favorit saya. Nyaris semua video musik saya merupakan ide pribadi. Saya tidak menyangka bahwa saya bisa mengarahkan mereka. Sulit untuk menerjemahkan ide yang Anda miliki—untuk membuat orang lain memahaminya—dan kemudian mewujudkannya. Namun terkadang Anda harus melakukannya,” ujarnya.

Dalam video musiknya, Eilish digambarkan sedang melarikan diri dari rumah yang banjir. “Dulu, air adalah ketakutan terbesar saya—saya takut tenggelam,” ujarnya. Untuk menaklukkan rasa takutnya, bintang pop ini terjun langsung melakukan akrobat air sambil direkam di tangki raksasa yang digunakan dalam acara permainan Wipeout. Dengan bantuan set dan instruktur scuba yang menariknya ke bawah air, Eilish berenang melalui rumah yang banjir, lalu muncul di atas atap yang dibangun, kemudian menahan napas beberapa kali. “Separuh syuting video dilakukan di bawah air. Rasanya saya cukup mampu mengatasi rasa takut akan air,” ceritanya.

Air bukan satu-satunya ketakutan yang dihadapi Eilish. Selama beberapa tahun, ia bahkan tidak merasa aman untuk meninggalkan rumahnya sendiri. Setelah alamat tempat tinggal Eilish bocor di dunia maya, para penguntit dan paparazi kerap kali muncul di halaman rumahnya. Dan seiring ia tenar, kehidupan Eilish terus terekspos di internet. Mulai dari cara ia berpakaian, hingga siapa orang yang ia kencani. “Termasuk seksualitas saya! Padahal itu bukan urusan orang lain, kan? Nyatanya tidak.” Seperti halnya para bintang yang menjadi sorotan sejak usia muda, Eilish dihujani kritik yang tiada henti. “Saya hanya ingin terus membuat lagu. Saya tidak pernah mengatakan, ‘Hei, perhatikan hidup saya’. Ketika seseorang mengirimkan sentimen negatif, hal itu sangat menyakiti saya.”

Billie Eilish for ELLE 2021 photography Alique for ELLE US styling Patti Wilson makeup Robert Rumsey (A-Frame Agency) hair Benjamin Mohapi (Salon Benjamin) manicure Ashlie Johnson (The Wall Group) set design James Chinlund (The Magnet Agency) produced Honor Hellon (Honor Hellon Production) - photo courtesy ELLE US via Instagram.com/@elleusa

Tindakan sesederhana cara berpakaian pun telah menimbulkan tantangan tersendiri bagi Eilish. Ia merancang tahun-tahun awal kariernya agar bisa mengalihkan perhatian orang dari bentuk tubuhnya. Para penggemarnya kemudian menjadi terikat dengan gaya berpakaian Eilish yang serba longgar, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai bentuk penolakan untuk dinilai dari aspek seksualitas. Ketika Eilish mulai bereksperimen dengan sesekali berpakaian lebih ketat, sejumlah reaksi dari beberapa penggemarnya muncul dengan cepat sekaligus kejam. Di laman Instagramnya, Eilish mengenakan korset bermotif dengan bra renda yang ‘mengintip’ keluar. Sejumlah komentar tertera, “tidak jujur” dan “memalukan”. Bahkan ada yang menulis, “Industri ini benar-benar mengubah Anda.”

Sementara Eilish memahami alasan para penggemarnya yang menginginkan agar keadaan persis saat mereka pertama kali bertemu dengannya, ia berkata, “Orang-orang berpegang pada ingatan dan memiliki keterikatan. Namun hal itu sangat tidak manusiawi. Foto saya dengan korset mewakili gambaran sempurna dari suatu kegilaan. Saya kehilangan 100.000 pengikut di media sosial, hanya karena sebuah payudara. Ternyata orang- orang ‘takut’ dengan payudara yang besar.”

Perjuangan Eilish jauh dari kata unik; standar ganda di dalam industri musik telah terjadi sejak masa lampau. “Masalahnya adalah, kita masih hidup di dunia yang sangat seksis, di mana perempuan dikategorikan,” ucap Madonna, sebagai orang yang memahami betul persoalan ini. “Billie mengawali kemunculannya di kategori non-seksual; ia tidak memanjakan hasrat massa, dan tidak menggunakan seksualitasnya lewat cara apa pun, yang mana pilihan tersebut adalah keputusannya. Tetapi jika ia ingin berganti arah, dan dipotret dengan cara digambarkan sebagai sosok feminin; menampilkan tubuhnya lewat cara yang tidak pernah sebelumnya; lalu mengapa ia harus dihujat? Perempuan seharusnya bebas merepresentasikan diri mereka sendiri sesuai keinginannya. Jika Billie adalah seorang laki-laki, tidak ada yang akan menulis perihal ini. Seorang laki-laki bisa mengenakan jas dan dasi selama tiga tahun pertama kariernya, lalu pada bulan berikutnya, ia bisa berpakaian serupa Prince atau Mick Jagger, memakai eyeliner, dan tidak ada orang yang akan bicara sepatah kata pun.”

Billie Eilish cover story ELLE 2021 photography Alique for ELLE US styling Patti Wilson
Billie Eilish for ELLE 2021 photography Alique for ELLE US styling Patti Wilson makeup Robert Rumsey (A-Frame Agency) hair Benjamin Mohapi (Salon Benjamin) manicure Ashlie Johnson (The Wall Group) set design James Chinlund (The Magnet Agency) produced Honor Hellon (Honor Hellon Production) - photo courtesy ELLE US via Instagram.com/@elleusa

Di usia 19 tahun, Eilish masih berkembang. “Tak seharusnya Anda benar-benar mengetahui siapa diri Anda, sampai setidaknya, seusia saya atau lebih dewasa,” katanya. Ia masih memadukan atribut streetwear dengan rancangan desainer terkenal, dan—sebagaimana terbukti lewat busananya di pesta peluncuran album—ia tidak akan membiarkan beberapa haters mendikte caranya berbusana. Seperti saat sesi wawancara ini, yang berlangsung di private suite di hotel The London West Hollywood di L.A., selang beberapa hari sebelum pesta perilisan album, Eilish mengenakan celana basket berpotongan baggy, dipadu hoodie bergambar anime perempuan berbikini berlumuran cairan kehijauan, yang dikenakan di atas Prada soccer jersey. Rambutnya yang berwarna pirang-mentega, yang meramaikan dunia maya ketika ia mengunggah foto secara daring, dalam potongan model sepanjang bahu senantiasa berayun ketika ia berbicara. Meski ia tidak memoles riasan di wajah, mata lebarnya yang berwarna sebiru es menyuntikkan daya magis.

Eilish berujar bahwa ia mengecat rambutnya menjadi pirang karena bosan dengan warna hijau acid; “Saya tidak bisa bebas bepergian dengan warna rambut yang membuat saya sangat mudah dikenali. Saya ingin anonimitas.” Ketika kali pertama ia tampil berambut pirang, tiba-tiba ia merasa bebas. “Saya pergi ke taman bersama seorang teman, dan merasa tidak bisa melepaskan tudung saya karena khawatir akan paparazi dan para penguntit. Namun teman saya kemudian menenangkan bahwa tidak akan terjadi apa pun. Lalu saya melepas tudung, dan saya merasa seperti menjadi sosok yang baru.”

Selayaknya orang lain yang mewarnai rambutnya, Eilish juga hanya menginginkan perubahan. “Tak ada niatan untuk membuat orang- orang berpikir berbeda tentang saya. Saya memiliki warna rambut berbeda dan vibe untuk segala hal yang pernah saya lakukan. Saya ingin album ini memiliki ciri tersendiri,” katanya. Tetap saja, banyak penggemar yang menolak penampilan barunya, dan memastikan opini mereka diketahui. “Suatu hari, saya mengunggah video ketika saya berambut hijau, dan banyak orang mengatakan bahwa mereka merindukan Billie yang berambut hijau,” Eilish bercerita sembari merebahkan diri di sofa. “Saya masih orang yang sama. Saya bukan sekadar ‘Barbie’ dengan kepala yang berbeda,” ujarnya.

Eilish tidak menginginkan penggemarnya terlalu memikirkan pilihan rambutnya, atau keputusannya untuk mengenakan busana yang lebih terbuka. Sesungguhnya, menanggalkan busana olahraga berpotongan longgar lebih merupakan tindakan efisien ketimbang strategi bagi Eilish, yang sangat tidak menyukai hawa musim panas di L.A.. “Suatu hari, saya memutuskan untuk mengenakan tank top. Itu bahkan bukan atasan yang provokatif. Namun saya tahu orang-orang akan berkata, ‘Astaga, dia berpakaian seksi dan mencoba membuat pernyataan.’ Tidak, saya tidak sedang membuat pernyataan. Suhu udara mencapai 500 derajat dan saya hanya ingin memakai tank top,” katanya.

Billie Eilish cover story ELLE 2021 photography Alique for ELLE US styling Patti Wilson
Billie Eilish for ELLE 2021 photography Alique for ELLE US styling Patti Wilson makeup Robert Rumsey (A-Frame Agency) hair Benjamin Mohapi (Salon Benjamin) manicure Ashlie Johnson (The Wall Group) set design James Chinlund (The Magnet Agency) produced Honor Hellon (Honor Hellon Production) - photo courtesy ELLE US via Instagram.com/@elleusa

Ia merasa jenuh dengan media sosial. “Saya merasa iri pada orang yang tidak memiliki media sosial. Saya sangat berharap ada cara untuk menghindarinya. Benar-benar menghapus akun saya, tetapi masih bisa menjalin relasi dengan para penggemar. Saya ingin dapat memiliki keduanya, tetapi tidak bisa.” Ia merindukan tur konser, yang mana merupakan cara favoritnya untuk memelihara hubungan dengan penggemar.

Bagi Eilish, yang hidupnya banyak dihabiskan dengan bepergian, pandemi menawarkan kesempatan untuk berhenti sejenak dan merenungkan bagaimana hidupnya telah berubah seiring kesuksesan karier. Sementara Happier Than Ever bukanlah “album COVID” pada hakikatnya, album tersebut diproduksi selama lockdown, dan orang tidak bisa tidak membayangkan bahwa ketakutan dan keterasingan dalam situasi tersebut membawa intensitas bagi proses kreatifnya. “Album ini merupakan buah perenungan diri sendiri. Happier Than Ever benar-benar hanya tentang saya yang memproses trauma,” katanya gugup sembari jari-jarinya menelusuri pola di sofa beledu.

Kesuksesan barangkali telah membuat Eilish menjadi sosok paling dikritisi yang dicintai, tetapi itu tidak dapat melindunginya dari tantangan yang dihadapi oleh banyak perempuan muda di hari ini: kekasih berpengaruh buruk, hubungan rumit dengan bentuk tubuhnya sendiri, perasaan takut melakukan atau mengatakan hal-hal yang salah secara daring. Moody dan lugas, lirik dalam Happer Than Ever mengeksplorasi tantangan yang telah dialaminya dalam beberapa tahun terakhir dengan kejujuran yang tegas. Sepanjang album, Eilish bergulat dengan pembahasan kelam; seperti bagaimana kebutuhan manusia untuk didamba justru diinterpretasikan secara berbeda dan menjadi bumerang bagi para perempuan muda, bagaimana korban pelecehan disalahkan ketika buka suara, serta bagaimana perempuan muda didorong ke dalam citra tertentu dan menerima ganjaran ketika mereka tidak dapat menyesuaikan diri. “Menggarap album ini merupakan sebuah kelegaan diri dan membebaskan,” Eilish mengutarakannya kepada teman-teman hingga sederet pelaku industri musik yang menghadiri pesta peluncuran albumnya.

Billie Eilish cover story ELLE 2021 photography Alique for ELLE US styling Patti Wilson
Billie Eilish for ELLE 2021 photography Alique for ELLE US styling Patti Wilson makeup Robert Rumsey (A-Frame Agency) hair Benjamin Mohapi (Salon Benjamin) manicure Ashlie Johnson (The Wall Group) set design James Chinlund (The Magnet Agency) produced Honor Hellon (Honor Hellon Production) - photo courtesy ELLE US via Instagram.com/@elleusa

Di Happier Than Ever, vokal khas Eilish yang breathy masih sarat terdengar, tetapi ia kian lebih mengandalkan kekuatan vokalnya saat bernyanyi. Ia menyebut vokalis jaz seperti Julie London, Johnny Mathis, dan Peggy Lee sebagai pahlawannya, dan sangat antusias ketika ditanya tentang ‘Billie Bossa Nova,’ pendapatnya tentang genre Brazilian bossa nova. “The Girl From Ipanema adalah salah satu lagu favorit saya sepanjang masa,” katanya.

Bagi para penggemar dan kritikus, album keduanya menandai keberhasilan yang luar biasa dan perkembangan dari karya pertamanya; musik dari seorang penyanyi dan penulis lagu yang sangat berbakat, yang menolak untuk berpuas diri sekaligus tidak takut untuk menjelajahi sudut tergelap dari pengalaman seorang perempuan. Ia memilih untuk membuat album yang artistik (baca: jenis album yang ingin dibuatnya) ketimbang mengikuti tren, tangga lagu, serta ekspektasi orang lain. “Jika membuat album untuk menyenangkan orang lain, terkadang kita bisa melupakan apa yang benar-benar membuat diri kita paling bahagia dengan musik kita,” kata Finneas. “Billie adalah kebalikan dari semua itu. Arah kreativitas yang ditujunya lebih menitikberatkan apa yang ia suka dan tidak suka.” Visinya terbayarkan. Menghancurkan status quo musik pop, yang umumnya bernada catchy dan musik lain yang terdengar lebih ‘relate’, Happier Than Ever mengawali debut dengan menduduki peringkat satu di 19 negara, termasuk Amerika Serikat. Albumnya juga meraih rekor penjualan vinil tertinggi, terhitung selama 30 tahun terakhir.

Eilish berkata bahwa ia senang dengan kembalinya musik Rock ‘n’ Roll—terutama kehadiran rocker perempuan. Sebagai penggemar musisi kontemporer seperti Willow Smith dan Olivia Rodrigo, ia menolak pandangan populer bahwa musisi perempuan—dan perempuan pada umumnya—harus diadu satu sama lain. Bahkan ada yang mencoba untuk mengorkestrasi sebuah perseteruan antara Eilish dan Rodrigo (“Di sini lah di mana cinta sejati berada,” tulis Eilish dalam caption serial foto pesta peluncurkan albumnya yang ia unggah ke Instagram, termasuk fotonya memeluk Rodrigo). “Menyedihkan melihat perempuan dididik untuk saling kompetitif. Orang- orang yang memodifikasi tubuh atau wajah mereka, dan menyangkalnya, turut membuat kondisi semakin buruk.” Eilish tidak menentang praktik operasi plastik atau filter kecantikan; ia hanya percaya pada transparansi. “Saya sangat memahami kebutuhan untuk menutupi sebuah jerawat,” ujarnya seraya mengisyaratkan breakout di area dagunya. “Tapi jangan berbohong, dan ‘mengatakan’ itu adalah penampilan alami Anda.”

Meski keberhasilan album keduanya belum membiasakan Eilish terhadap ancaman penguntit dan pedihnya serangan daring, ia mulai belajar untuk menavigasi sisi rentan ketenaran dengan keanggunan dan humor. Beberapa hari sebelum artikel ini dirilis, seorang online hater menginterupsi sesi tanya jawab daring para penggemarnya dengan menuliskan, “Tidak ada lagi pakaian polos yang membosankan kami sudah sangat lelah. Apa yang terjadi pada Anda.” Alih-alih membiarkan komen negatif tersebut “menggerogoti” jiwa, ia membalasnya dengan mengunggah foto berbusana oversized berukuran masif warna biru. “Anda menginginkan ini lagi?” guraunya. Dan publik dunia maya pun tertawa—bersamanya, bukan menertawakannya.