LIFE

1 Mei 2023

Cartier Women’s Initiative 2023: Denica Riadini-Flesch Memberdayakan Perempuan dan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Mode


Cartier Women’s Initiative 2023:  Denica Riadini-Flesch Memberdayakan Perempuan dan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Mode

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil garmen terbesar dan terpenting, yang mengandalkan sebagian besar tenaga kerja perempuan. Kaum perempuan merupakan mayoritas dari 5,2 juta pekerja garmen dan tekstil negara namun kurang dari dua persen yang mendapatkan upah layak. Buruh garmen perempuan Indonesia tidak bisa mendapatkan upah layak dan konsumen di negara-negara pengimpor pakaian Indonesia jarang mempertimbangkan kondisi pekerja atau dampak lingkungan pakaian.

Usai menempuh studi ekonomi pembangunan di Belanda, Denica Riadini-Flesch kembali ke Tanah Air untuk berkontribusi membangun negaranya. Denica Riadini-Flesch adalah pendiri dan CEO SukkhaCitta, sebuah perusahaan sosial yang mengubah kehidupan para perempuan di pedesaan Indonesia dengan cara bekerja secara langsung dengan para perajin perempuan dan petani kecil. Bersama dengan perajin, SukkhaCitta menciptakan tekstil buatan tangan yang dibuat dengan cara yang benar; adil, berkelanjutan, dan berakar pada budaya lokal. Melalui SukkhaCitta, Denica merevolusi bagaimana sebuah pakaian ‘ditanam’, dibuat, dan dikenakan dengan memberdayakan para pembuat sekaligus menghormati lingkungan dan planet Bumi.


SukkhaCitta melindungi Bumi dan memperjuangkan budaya lokal dengan mempekerjakan para perajin di pedesaan Indonesia untuk memproduksi pakaian buatan tangan dengan menggunakan kapas organik berkelanjutan yang ditanam oleh para petani kecil. Sebagai salah satu perusahaan bersertifikasi B Corp pertama di Indonesia, SukkhaCitta mendukung ketertelusuran ‘Farm-to-closet’ secara penuh di mana mereka tahu persis dari mana asal produk yang dibuat dan diperjualbelikan, sekaligus menciptakan peluang bagi mereka yang paling membutuhkan.

Para perempuan perajin SukkhaCitta bekerja dari rumah di desa-desa, bukan di pabrik. Mulai dari memberdayakan petani perempuan hingga menanam kapas dan pewarna dengan cara memitigasi perubahan iklim hingga memberikan pendidikan bisnis yang sangat dibutuhkan di sekolah kerajinan. Secara kolektif, SukkhaCitta menciptakan karya yang abadi, yang teruji dengan waktu, serta yang didasarkan pada keahlian dan dampak positif.

SukkhaCitta merupakan salah satu perusahaan bersertifikasi B-Corp pertama di Asia Tenggara―yang artinya perusahaan memenuhi standar tertinggi dalam hal dampak sosial dan lingkungan―sekaligus pelopor perubahan dalam ekonomi informal di Indonesia. Upaya Denica Riadini-Flesch serta karya dan kontribusinya di SukkhaCitta yang memberdayakan perempuan dan melindungi Bumi turut menempatkan namanya sebagai salah satu dari 33 fellows Cartier Women’s Initiative di tahun 2023.

Sejak 2006, Cartier Women’s Initiative telah membantu wirausaha perempuan untuk mencapai potensi penuh mereka dengan menyoroti pencapaian dan memberi dukungan keuangan, sosial, dan sumber daya manusia yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis mereka dan lebih jauh membangun keterampilan kepemimpinan mereka. Program Cartier Women’s Initiative terbuka untuk bisnis yang dikelola oleh perempuan dan bisnis milik perempuan dari berbagai negara yang bertujuan untuk memberikan dampak positif dan berkelanjutan pada masyarakat.

Bagaimana kisah SukkhaCitta didirikan?
“SukkhaCitta has never been about fashion. We don't do seasons, we're not fast. Saya juga bukan seorang desainer, melainkan consultant development. SukkhaCitta hadir karena kami melihat adanya kebutuhan untuk melakukan sebuah perubahan. Kami ingin mengajak orang-orang untuk sama-sama terlibat dalam perubahan positif.



Suatu waktu saya menyadari bahwa saya bisa berbahasa Inggris dan mampu punya kesempatan untuk belajar di luar negeri. Tetapi saya merasa bersalah ketika mengetahui bahwa hal itu bukanlah kesempatan yang dimiliki oleh sebagian besar perempuan di Indonesia. Saat itulah pertama kalinya saya menyadari bahwa tidak semua perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam hidupnya. Dan saya ingin mengubahnya.


Maka sehabis menyelesaikan kuliah, saya kembali ke Indonesia untuk ikut berkontribusi menciptakan dampak positif di Tanah Air. Tahun 2015, saya mulai melakukan penelitian sendiri dengan pergi dari desa ke desa, pertama kalinya saya melihat apa yang terjadi di balik beberapa barang yang saya miliki dan gunakan setiap harinya. Para perempuan membuat pakaian dengan tangan mereka sendiri. Sebuah keterampilan dan tradisi yang diturunkan dari ibu-ibu ke anak-anak perempuan. Sesuatu yang sangat indah, tetapi saya tidak bisa tidak menyadari bahwa mereka sesungguhnya sedang berjuang.


Saya kemudian menyadari bahwa di balik pakaian yang kita kenakan sehari-hari adalah perempuan-perempuan yang tidak akan pernah kita temui secara langsung, tangan-tangan yang tidak akan pernah kita lihat, dan perjuangan yang tidak akan pernah kita ketahui. Sebuah sistem yang tidak adil yang membuat hati saya hancur.

Kerajinan bukan hanya tentang hal-hal cantik dan indah, melainkan sebuah lahan pekerjaan bagi jutaan orang yang bekerja dari rumah. Masalahnya adalah praktik industri ini benar-benar 'kotor'. Dalam hal lingkungan, ada ribuan ton limbah beracun memasuki limbah air setiap tahunnya. Dari aspek sosial, hanya sekelompok kecil perantara dan perajin yang mendapat keuntungan.



SukkhaCitta diciptakan untuk mengubahnya. Sebuah jembatan untuk mendekatkan Anda dan para perajin. Itu sebabnya kami bekerja langsung dengan masyarakat setempat di desa, bukan di pabrik. Karena di sinilah sebagian besar perajin kami tinggal dan bekerja. Namun mereka sering kali hidup dalam kemiskinan. Maka melalui pelatihan yang berkelanjutan, kami memberi mereka alat untuk mengubah hidup mereka sendiri. Dari keterampilan bisnis, hingga praktik ramah lingkungan dan manajemen.

Semua perjuangan butuh waktu, tapi bagi kami ini satu-satunya cara. Dimulai dengan hanya 3 perempuan, kini kami memberdayakan lebih dari 100 perajin. Dengan sekolah kerajinan yang kami dirikan, kami ingin mencapai 1.000 lebih selama 5 tahun ke depan. Kampanye #MadeRight adalah standar transparansi kami. Ini adalah janji bahwa semua yang kami hasilkan adalah untuk membayar upah layak dan demi kebaikan untuk Bumi. Maka setiap kali Anda memilih produk yang dibuat dengan #MadeRight, Anda berkontribusi untuk mengakhiri polusi dan eksploitasi. Anda tahu persis di mana dan siapa yang membuat pakaian Anda, dan dampaknya terhadap kehidupan seseorang. SukkhaCitta berarti ‘kebahagiaan’ dalam bahasa Indonesia, hal itu merupakan perwujudan misi kami untuk mengembalikan kebanggaan kepada mereka yang sudah terlalu lama tidak terlihat.”


Hal apa yang Anda dan SukkhaCitta lakukan untuk memproduksi pakaian yang ramah lingkungan?
“Dengan memanfaatkan kearifan lokal mereka, kami bekerja sama dengan beberapa petani kapas terakhir di Indonesia yakni di Jawa, Timor, dan Bali. Kapas kami ditanam bersama dengan 23 tanaman berbeda untuk menciptakan ekosistem agroforestri yang beragam. Dimana setiap tumbuhan, serangga, dan mikroorganisme memiliki peran uniknya masing-masing dalam perjalanan regenerasi ini, yang dikenal dengan nama Tumpang Sari.



Pertanian regeneratif ditemukan sebagai salah satu solusi paling efektif untuk mengatasi perubahan iklim. Di Indonesia, konsep tersebut telah diterapkan oleh nenek moyang kita selama berabad-abad. Dengan 25 juta hektar lahan terdegradasi di Nusantara, kami melihat potensi dalam menumbuhkan material sirkular melalui pertanian regeneratif sebagai solusi iklim berbasis alam.”

Selain isu lingkungan, Anda juga menyoroti isu pemberdayaan perempuan melalui bisnis yang Anda jalankan. Langkah apa yang Anda ambil untuk mengubah kehidupan dan memberdayakan perempuan? 
“Melalui jalur pengembangan kepemimpinan, kami memberikan edukasi bagi para perempuan di seluruh Indonesia mengenai cara-cara mendirikan dan menjalankan bisnis kerajinan yang berkelanjutan. Mereka belajar langsung dari para pemimpin desa sehingga ketika mereka pulang, mereka dapat menciptakan peluang baru bagi perempuan-perempuan lainnya di komunitas mereka.


Hingga saat ini, lebih dari 1.482 anggota keluarga telah merasakan manfaat dan dampak positif dari pembuatan pakaian. Selain itu terjadi 60% peningkatan pendapatan dan peningkatan pendaftaran sekolah 100% bagi anak-anak para perajin kami. Dan ada 4 sekolah kerajinan dibuka untuk memberdayakan generasi penerus para perajin Indonesia.”
 
Seperti apa visi dan misi sekolah kerajinan yang didirikan SukkhaCitta?
“Rumah SukkhaCitta adalah sekolah kerajinan pemenang penghargaan kami; tempat di mana perempuan muda bisa datang dan belajar bagaimana melanjutkan kerajinan mereka, dengan cara yang membayar upah hidup dan aman bagi lingkungan mereka. Dalam hal pendidikan, kami membangun sekolah kerajinan pertama di Indonesia, memperkenalkan inovasi kerajinan dan desain, keterampilan bisnis, kontrol kualitas, dan praktik ramah lingkungan. Sehingga para perempuan bisa mendapatkan upah yang layak. Sebagai solusi regenerasi untuk petani kecil, kami menerapkan pertanian regeneratif hingga penghijauan kembali. Kami juga memulihkan tanah dan ekosistem yang sehat, menciptakan sumber pendapatan yang berkelanjutan bagi perempuan sekaligus memitigasi perubahan iklim.

Kami turut mengubah limbah menjadi mata pencaharian. Pembakaran limbah pertanian merupakan masalah besar di pedesaan Indonesia. Kami menemukan cara untuk mengubah limbah menjadi mata pencaharian, menciptakan peluang baru bagi perempuan sekaligus mengurangi polusi secara signifikan.”
 


Bagaimana kisah keterlibatan Anda menjadi salah satu Cartier Women’s Initiative?
“Melalui SukkhaCitta, saya belajar banyak mengenai kearifan lokal yang ada di desa-desa Indonesia. Bagaimana cara hidup nenek moyang kita bisa mempunyai dampak yang sangat besar sebagai solusi krisis iklim dunia. Itulah yang mendorong saya berkeinginan untuk berbagi cerita-cerita ini di ranah internasional.
    Ketika teman saya mengirimkan Cartier Women’s Initiative Award di media sosial (Linkedin), saya merasa ini sangat sesuai dengan misi ini. Proses di balik penghargaan ini cukup panjang dan berlapis-lapis, very rigorous process. Mulai dari pitching sampai due diligence interview dengan ibu-ibu kami untuk memverifikasi claims dan dampak kami. However, it all felt worth it and an awesome experience.
 
Bagaimana Anda melihat pengaruh dan dampak dari upaya pemberdayaan yang dilakukan Cartier Women’s Initiative dalam mencapai tujuan bisnis Anda?
“Ini sangat berarti dan memberdayakan. Bagi wirausaha perempuan berdampak seperti saya dan rekan lainnya, menjadi bagian dari jaringan dengan komunitas yang berpikiran sama meningkatkan akses ke berbagai jenis peluang dan untuk belajar dari rekan inspiratif lainnya dalam skala global. Cartier Women’s Initiative menjadi platform yang menormalkan apa artinya memiliki bisnis sebagai kekuatan untuk kebaikan dan menjadi bagian dari upaya kolektif yang lebih luas untuk menciptakan riak perubahan positif.”


Apa yang membuat Anda bersemangat tentang program Cartier Women’s Initiative dan apa yang ingin Anda capai dari kemitraan ini?
Our Ibus. Penghargaan ini saya dedikasikan untuk ibu-ibu artisan di desa kami, para perempuan yang selama ini tidak terlihat di balik apa yang kita kenakan. Melalui penghargaan ini pun kisah dan karya mereka dirayakan. Happy to have representation of our Ibus indigenous knowledge on a global stage.”


Cartier Women’s Initiative telah berkembang selama bertahun-tahun, membangun komunitas yang kuat dari perusahaan yang digerakkan oleh perempuan inspiratif. Bagaimana Anda melihat pengaruh yang dibawa dari program ini dalam upaya membantu agar lebih banyak wirausahan perempuan yang berdaya?
“Dengan peluang yang inklusif seperti Cartier Women’s Initiative ini, women impact entrepreneurs bisa menumbuhkan rasa percaya diri dan ketangguhan untuk bisa bersaing di skala global sambil menjaga bisnis agar tetap sustainable.”

 photography Doc. SukkhaCitta