LIFE

30 Agustus 2021

Evaluasi Keuangan: Langkah Terbebas Beban Utang


Evaluasi Keuangan: Langkah Terbebas Beban Utang

FRANSISCA EMI, CFP, selaku Head of Content QM Financial, mengajak Anda mengevaluasi finansial bulanan dan menjabarkan cara tepat mengelola keuangan secara bijak.

"Kita membeli barang yang tidak kita butuhkan, dengan uang yang tidak kita miliki, untuk membuat orang yang tidak kita sukai menjadi terkesan." Ungkapan Dave Ramsey yang merupakan figur konsultan keuangan senior asal Amerika Serikat ini rasanya sangat mewakili apa yang tengah dialami oleh banyak orang di zaman sekarang.

Sudah ada banyak cerita dari mereka yang terjebak utang, baik lewat penggunaan kartu kredit ataupun pinjaman online. Sebagian disebabkan oleh kekalapan dalam mengejar gaya hidup yang sering kali jauh lebih tinggi dari kemampuan. Utang yang sebenarnya bertujuan membantu kita memiliki aset atau mengembangkan usaha, kerap kali berubah menjadi jebakan yang menjerumuskan. Sayangnya, tidak ada solusi ajaib untuk bisa merdeka dari utang. Satu-satunya cara agar terbebas dari utang yaitu dengan melunasinya.

Jenis & Risiko Utang

Cai Yi (Image Models) photography Ryan Tandya for ELLE Indonesia December 2018 styling Ai Takahashi makeup Sayuri Iso hair Rena Kobayashi set design Franciskus Raymond Halim
Cai Yi (Image Models) photography Ryan Tandya for ELLE Indonesia December 2018 styling Ai Takahashi makeup Sayuri Iso hair Rena Kobayashi set design Franciskus Raymond Halim

Mari kita berkenalan dulu dengan dua jenis utang. Dalam perencanaan keuangan, terdapat utang produktif dan utang konsumtif. Utang produktif digunakan untuk membeli aset bernilai besar, seperti rumah. Sedangkan utang konsumtif biasanya digunakan untuk membiayai gaya hidup, misalnya untuk makan, berlibur, atau membeli gadget impian. Jenis utang kedua ini sangat disarankan untuk dihindari. Jangan sampai kemudahan dalam mengajukan pinjaman, yang di masa modern ini bahkan cukup dengan sentuhan jari, membuat kita mengambil utang yang tak sanggup dilunasi.

Ada konsekuensi besar apabila kita berutang untuk hal-hal yang sifatnya konsumtif. Saat kita memaksakan diri berutang padahal tidak punya kemampuan membayar, kita sangat mungkin terjebak pada kebiasaan ‘gali lubang tutup lubang’—mengambil utang baru untuk melunasi utang lama. Lalu muncul pertanyaan, “Kapan selesainya?” Jebakan gali lubang tutup lubang ini bahkan kerap kali membawa seseorang berhadapan dengan hukum karena tidak jarang memicu dorongan bertindak kriminal, semisal menggelapkan mobil yang disewanya.

Dua hal yang akan dihadapi jika seseorang gagal membayar utang adalah konsekuensi hukum dan konsekuensi moral. Dalam hukum perdata, orang yang memberi utang disebut kreditur dan orang yang berutang disebut debitur. Apabila debitur tidak mampu membayar utang, hal tersebut dinamakan wanprestasi. Sanksi bagi debitur yang melakukan wanprestasi bisa berupa membayar kerugian kepada kreditur (ganti rugi), pembatalan perjanjian, peralihan risiko, atau membayar biaya perkara kalau sampai diperkarakan ke pengadilan.

Di samping itu semua, konsekuensi moral juga tidak kalah menakutkan bilamana kehadiran debt collector lugas bertandang ke rumah atau kantor. Belum lagi melakukan serangkaian “teror” ke data kontak yang ada di nomor handphone terdaftar, hal ini jelas akan membuat hidup Anda tidak tenang.

Terlanjur Terjebak Utang

Cai Yi (Image Models) photography Ryan Tandya for ELLE Indonesia December 2018 styling Ai Takahashi makeup Sayuri Iso hair Rena Kobayashi set design Franciskus Raymond Halim
Cai Yi (Image Models) photography Ryan Tandya for ELLE Indonesia December 2018 styling Ai Takahashi makeup Sayuri Iso hair Rena Kobayashi set design Franciskus Raymond Halim

Pertama, kita perlu menerima kenyataan bahwa kita punya utang dan harus melunasinya. Kesadaran ini penting agar kita tidak selalu menyangkal keadaan dan membantu untuk dapat fokus pada solusi. Kedua, jangan menambah utang baru. Segera sembunyikan kartu kredit dan uninstall aplikasi pinjaman onlineKemudian pusatkan segala usaha dan sumber daya untuk melunasi utang yang masih menghantui.

Ketiga, membuat daftar utang yang dimiliki. Tulislah secara rinci, utang kepada siapa dan berapa sisa pokok utang berikut dengan bunganya. Buat urutan mulai dari utang dengan bunga tertinggi sampai yang terendah. Kemudian prioritaskan untuk melunasi utang yang bunganya paling tinggi.

Keempat, periksa kemampuan membayar utang. Kemampuan membayar utang ada tiga macam: dari penghasilan bulanan, dari penghasilan tahunan, dan dari aset dalam neraca keuangan pribadi. Kelima, jika cicilan per bulan terasa terlalu berat, lakukan negosiasi dengan pihak pemberi utang. Jika memungkinkan, minta keringanan bunga atau perpanjangan periode cicilan—meskipun opsi ini akan membuat jumlah total bunga yang dibayarkan menjadi lebih besar.

Mengatur Ulang Anggaran

Cai Yi (Image Models) photography Ryan Tandya for ELLE Indonesia December 2018 styling Ai Takahashi makeup Sayuri Iso hair Rena Kobayashi set design Franciskus Raymond Halim
Cai Yi (Image Models) photography Ryan Tandya for ELLE Indonesia December 2018 styling Ai Takahashi makeup Sayuri Iso hair Rena Kobayashi set design Franciskus Raymond Halim

Setelah membuat daftar utang dan melakukan negosiasi, kita perlu mengatur ulang anggaran. Mari memulainya dari penghasilan bulanan. Penghasilan bulanan biasanya dibagi menjadi lima pos pengeluaran utama. Alokasinya seperti ini: maksimal 30% untuk membayarkan cicilan utang, 40-60% untuk biaya hidup, minimal 10% untuk menabung, minimal 2.5% untuk berbagi, dan maksimal 20% untuk menunjang gaya hidup atau pengeluaran pribadi.

Perlu juga disadari bahwa untuk sementara waktu hingga utang lunas, kita perlu berhemat besar-besaran demi mempercepat pelunasan utang. Maka, anggaran bulanan dapat dimodifikasi dengan menghentikan sementara alokasi untuk menabung, berbagi, dan pengeluaran gaya hidup pribadi. Fokuslah pada biaya hidup dan pembayaran cicilan utang. Kemudian periksa kembali pos biaya hidup yang masih bisa dihemat dan usahakan mencari penghasilan tambahan agar bisa digunakan untuk mengurangi pokok utang.

Kita masih punya “peluru” kedua untuk mempercepat pelunasan utang dari penghasilan tahunan. Periksa kapan bonus tahunan dan Tunjangan Hari Raya (THR) cair. Setelah dikurangi alokasi untuk membayar pengeluaran tahunan seperti pajak kendaraan, PBB, dan premi asuransi tahunan, kumpulkan dana tersebut untuk mengurangi pokok utang.

Aset menjadi bagian dari “peluru” ketiga. Aset ini terdiri dari aset lancar seperti tabungan, deposito atau aset investasi lain; dan aset tidak lancar seperti rumah, tanah, serta kendaraan. Mencairkan aset tidak lancar menjadi pilihan terakhir, kala penghasilan dan aset lancar yang kita miliki sudah tak lagi mencukupi.

Membatasi Gaya Hidup

Cai Yi (Image Models) photography Ryan Tandya for ELLE Indonesia December 2018 styling Ai Takahashi makeup Sayuri Iso hair Rena Kobayashi set design Franciskus Raymond Halim
Cai Yi (Image Models) photography Ryan Tandya for ELLE Indonesia December 2018 styling Ai Takahashi makeup Sayuri Iso hair Rena Kobayashi set design Franciskus Raymond Halim

Jadi, apakah masih boleh memiliki pos gaya hidup? Tentu boleh, asalkan dananya dialokasikan dari penghasilan, bukan dengan berutang. Untuk membeli gadget impian sebesar Rp10 juta, Anda bisa menabung sebesar Rp1 juta per bulan selama 10 bulan ke depan. Menunda kesenangan ini efeknya besar sekali. Kenikmatan menggesek kartu debit untuk membayar lunas gadget akan sebanding dengan kesabaranmu menabung.

Terkadang, keinginan membeli ini dan itu datang tiba-tiba, tanpa permisi. Maka ada baiknya kita siapkan satu rekening khusus untuk membiayai gaya hidup tersebut. Tetapkan budget yang mampu kita sisihkan per bulan, misal Rp2 juta. Transfer ke rekening gaya hidup yang terpisah dari rekening untuk biaya hidup maupun rekening untuk menabung. Kita boleh belanja apa pun dan kapan pun selama masih ada saldo di rekening. Jadi lebih asyik, bukan?

Konsep Berutang

Cai Yi (Image Models) photography Ryan Tandya for ELLE Indonesia December 2018 styling Ai Takahashi makeup Sayuri Iso hair Rena Kobayashi set design Franciskus Raymond Halim
Cai Yi (Image Models) photography Ryan Tandya for ELLE Indonesia December 2018 styling Ai Takahashi makeup Sayuri Iso hair Rena Kobayashi set design Franciskus Raymond Halim

Berutang sebenarnya lumrah, selama dipertimbangkan secara matang. Setidaknya ada tiga hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan sebelum berutang. Pertama, utang untuk apa? Tak dipungkiri, utang menjadi salah satu cara untuk membantu kita membeli aset yang nilainya cukup tinggi, misalnya rumah. Saat mengambil pinjaman Kredit Pemilikan Rumah (KPR), kita berutang untuk membeli aset, yang harapannya, nilainya akan naik di masa depan. Saat mengambil utang untuk membeli rumah, nilai rumah kita akan tercatat dalam neraca keuangan pribadi yang ujungnya akan menambah kekayaan bersih kita. Bandingkan dengan utang yang diambil untuk pergi liburan atas nama self-love yang kebablasan. Nikmatnya liburan jelas tidak bisa dicatatkan di neraca. Hanya ada utang yang tersisa. Tidakkah utang Anda akan menjadi sia-sia?

Kedua, pastikan periode penggunaan aset lebih panjang dibandingkan dengan periode pembayaran cicilannya. Bayar KPR 10 tahun untuk rumah yang akan ditempati 30 tahun, bukan cicil 3 bulan untuk pesta pernikahan yang satu hari selesai.

Ketiga, pastikan keuangan Anda sehat untuk mampu membayarkan cicilannya. Ukuran kemampuan ini maksimal 30% dari penghasilan total bulanan. Misalnya penghasilan Anda saat ini Rp15 juta. Maka maksimal cicilan yang mampu Anda bayarkan setiap bulan adalah Rp4,5 juta. Jika penghasilan Anda Rp20 juta, maka maksimal cicilan yang mampu Anda bayarkan setiap bulan adalah Rp6 juta. Sesederhana itu.

Mengapa perlu dibatasi 30% cicilan per bulan? Agar kita masih memiliki alokasi untuk kebutuhan lainnya. Sisa penghasilan kita masih perlu dialokasikan untuk biaya hidup, tabungan masa depan, biaya sosial, dan mendukung gaya hidup.

Satu hal yang perlu diingat, pastikan kita menjalani gaya hidup yang mampu kita biayai. Hindari sikap memaksakan diri yang malah membuat kita akhirnya terjebak utang di sana- sini. Ini saatnya kita merdeka dari utang!