LIFE

1 September 2023

Nana Mirdad dan Andrew White Belajar Mendengar Untuk Didengar


PHOTOGRAPHY BY Andre Wiredja

Nana Mirdad dan Andrew White Belajar Mendengar Untuk Didengar

Nana Mirdad, Jason, Sarah, dan Andrew White mengenakan busana dan varian sepatu Mexico 66; seluruhnya koleksi Onitsuka Tiger

Nana Mirdad dan Andrew White bersama-sama mengambil sebuah lompatan besar dalam hidup mereka pada 13 Mei 2006. Keduanya memutuskan untuk menikah di tengah karier keaktoran yang tengah menanjak. Anda yang tumbuh di awal dekade 2000-an dengan mengikuti perkembangan televisi nasional tentu familier; mereka adalah salah dua bintang televisi yang bersinar terang. Saya ingat menonton permainan peran Nana Mirdad yang begitu menyentuh emosi di sinetron Liontin (2005-2006). Sementara Andrew White muncul sebagai sosok laki-laki kesayangan para perempuan lewat serial televisi Ada Apa Dengan Cinta? (2003-2005) dan sejumlah judul lainnya. Banyak orang bilang, bintang dapat jatuh manakala melakukan manuver tajam secara tiba-tiba. Nana dan Andrew seolah mematahkan mitos dunia hiburan tersebut. Buktinya 17 tahun berlalu, dengan dua anak yang telah beranjak remaja—Jason White (17 tahun) dan Sarah White (12 tahun)—yang melengkapi kebersamaan mereka, Nana dan Andrew tetap menjadi bintang yang bersinar terang. Barangkali bukan melalui televisi—meski kembalinya mereka ke depan layar mereka dipastikan dapat menyemarakkan atmosfer televisi dan memuaskan kerinduan para penonton; karisma kebintangan mereka memancar dari platform digital, ruang di mana mereka berbagi realitas indah kehidupan dari kacamata mereka.

The couple goals, julukan yang diberi masyarakat bagi Nana dan Andrew. Keluarga mereka pun dipuji sebagai salah satu panutan favorit. Nana tertawa mengetahui pandangan publik tersebut. “We’re quite normal like everyone else,” katanya. Kendati tidak pernah bahkan cenderung sungkan dilabeli sebagai panutan, ia berterima kasih atas pujian Anda dan menerimanya sebagai doa.

Rasanya tidak berlebihan bilamana banyak masyarakat menjadikan keluarga Nana dan Andrew sebagai panutan. Kami menyaksikan sendiri alasannya tatkala mereka berkumpul bersama selagi menjalani pemotretan cover web elle.co.id beberapa bulan lalu. Bergaya selaras dalam balutan busana athleisure palet warna earth tone, mereka berinteraksi secara sinergis. Energi mereka yang saling berkesinambungan menyuntikkan kesegaran di tengah siang hari yang panas di Bali, kota yang menjadi rumah bagi keluarga mereka. Nana, Andrew, Jason, dan Sarah kompak bersepatu Onitsuka Tiger Mexico 66 bersiluet ramping yang memodernisasi desain klasik gaya ’60-an.

Mexico 66 lahir sebagai sepatu resmi tim olahraga nasional Jepang untuk Olimpiade di Mexico City—sebagaimana namanya berasal. Seiring zaman, sepatu Mexico 66 bertransisi. Dari alas kaki para atlet, turun mengiringi langkah kaki khalayak ramai, selebritas, dan figur ternama. Pamornya kian menjelma sebagai salah satu ikon mode dunia. Siapa yang akan pernah lupa sepatu kuning yang dipakai Uma Thurman saat lincah berperan menghabisi seluruh musuhnya di film Kill Bill? Begitu berkesan gaya karakternya, hingga orang masih menjadikan ia—The Bride with yellow shoes from Kill Bill— sebagai salah satu kostum Halloween favorit. Dalam satu dekade terakhir, desain Mexico 66 pun telah melalui rupa-rupa tampilan kreatif. Onitsuka Tiger seringkali berinovasi dengan menggandeng sejumlah kolaborator untuk menciptakan koleksi terbatas. Tahun 2022, koleksi Mexico 66TM CactfulTM digagas memanfaatkan bahan baku turunan kaktus sebagai respons etika hidup sustainable. Bukan hal mengherankan jika banyak public figure, termasuk keluarga Nana dan Andrew, mengandalkan Mexico 66 sebagai padu-padan gaya berpakaian sporty.

Selang beberapa hari setelah pemotretan bersama ELLE, saya berbincang bersama Nana dan Andrew melalui saluran komunikasi video. Nana menyambut telepon dengan ramah di tengah segudang aktivitasnya, termasuk kesibukan menjalankan bisnis label makeup Namir Beauty. Tidak lama kemudian Andrew yang kini beralih fokus profesi sebagai pebisnis di bidang kontraktor—dan banyak lagi ragam bidangnya—turut bergabung usai berkutat dengan meeting perusahaannya. Obrolan kami mengalir cair meski belum pernah berjumpa fisik. Kami membicarakan segala hal terkait hubungan manusia; antara manusia dengan manusia lain; romantisisme pasangan; hingga hubungan orangtua dan anak.

Andrew dan Nana mengenakan sweater dan sepatu Mexico 66 Sabot; seluruhnya koleksi Onitsuka Tiger.

Nana, Andrew; Anda sudah menjalani rumah tangga selama 17 tahun. Banyak masyarakat mengagumi, bahkan menjadikan Anda berdua sebagai panutan. The couple goals, they said. Do you see your relationship as a goal?

Nana & Andrew: “No, hahaha.”

Nana: “Saya pribadi terus-terang tidak pernah berpikir begitu, sih. Kami hanya mencoba berusaha memberikan yang terbaik di setiap langkah dalam melalui tiap fase naik-turun sebuah hubungan. Saya rasa, tidak ada hubungan yang tidak memiliki masalah. Tidak terkecuali kami.”

Andrew: “Yeah... We’re not 100% perfect. Saya pikir persoalannya adalah kita—manusia dewasa ini—cenderung berasumsi apa yang tampak di media sosial sebagai kenyataan. Padahal apa yang terlihat atau diperlihatkan di media sosial tidak selalu seutuhnya merefleksikan kehidupan nyata seseorang. We’re quite normal. But, thank you untuk pujiannya.”

Adakah orang yang meminta nasihat pernikahan melalui direct messages media sosial Anda?

Nana: “Banyak. You’ll be surprise! Banyak yang meninggalkan pertanyaan-pertanyaan cukup menantang. Dan banyak juga yang berceloteh memberikan komentar hingga ‘nasihat’ untuk hubungan saya dan Andrew.”

Andrew: “Saya tidak pernah mendapatkannya.”

Nana: “No, kamu tidak pernah membaca DM-mu.”

Anda menanggapinya?

Nana: “Hanya kepada mereka yang benar-benar butuh teman bicara. Tentu juga sesuai kapasitas saya. Tapi saya tidak pernah mencoba menggurui mereka; saya hanya akan sharing pengalaman saya. Saya selalu bilang pada mereka, ‘setiap orang berbeda; setiap hubungan berbeda. Jadi lakukan apa yang terbaik buat hubungan Anda.”

Andrew: “Betul. Setiap hubungan memiliki pendekatan yang berbeda- beda. Apa yang baik untuk orang lain belum tentu sama hasilnya bagi yang lain.”

Nana: “Terkadang saya merasa orang zaman sekarang kerap menjadikan selebritas atau public figure yang mereka idolakan sebagai sumber jawaban dan acuan konkret. Apalagi dengan kemajuan media sosial saat ini, di mana seseorang bisa dengan mudah mengakses kehidupan orang lain. Therein, I think, lies the danger of social media. Dan semakin parah bila manusia tidak bijak dalam menggunakannya.”

Apakah hal tersebut membuat Anda berdua merasa bertanggung jawab untuk selalu menjadi contoh positif bagi publik?

Nana: “Menurut saya, semakin besar platform yang dimiliki semakin besar tanggung jawab yang diemban. Jadi penting untuk public figure berhati- hati dalam menampilkan sesuatu. Kami tetap berusaha bersikap jujur. Tapi juga bersikap bijak dalam memilah apa yang perlu dan tidak perlu ditunjukkan kepada publik. Kami percaya setiap tindakan memiliki reaksi yang berbeda-beda bagi tiap orang yang menerimanya.”

Andrew: “Apalagi di dunia yang penuh dengan kabar-kabar negatif; pandangan positif rasanya menjadi hal langka. Kami tidak mencoba menjadi hero, hanya berusaha menyebarkan optimisme agar dunia ini terasa lebih cerah.”

Kita hidup di era di mana realitas berjalan paralel dengan dunia maya. Apakah Anda membatasi anak-anak Anda beraktivitas di dunia maya, terutama media sosial?

Nana & Andrew: “Iya. Hahaha.”

Andrew: “Media sosial sangat banyak manfaatnya; tapi juga bisa menjadi tempat yang begitu menghakimi dengan sangat mengerikan. Plus, it can be very addictive, buat anak-anak juga orang dewasa.”

Jadi aturan pembatasan aktivitas media sosial juga berlaku untuk orangtuanya?

Nana: “Oh jelas.”

Andrew: “Lead by example.”

Nana: “Dulu saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam di media sosial, karena pekerjaan saya banyak menuntut saya untuk online. Sampai akhirnya anak-anak menegur saya, dan dengan cukup keras, hingga menyadarkan saya bahwa memang perlu ada batasan untuk berjalan di kedua dunia.”

Andrew: “Kami menerapkan sejumlah aturan kecil, seperti tidak memegang gadget ketika sedang berkumpul. Sebab asyik dengan gadget di saat ada orang di hadapannya sama halnya berkata, ‘you’re not important to me’.”

Sarah mengenakan sweater dan sepatu Mexico 66 SD; Nana mengenakan knit dress dan sepatu Mexico 66 SD; seluruhnya koleksi Onitsuka Tiger.

As we talk about family, do you consider your family as a modern family?

Nana: “Yes, I think so. I think for us, our family is our safe space. Kita seringkali merasa harus berhati-hati ketika berbicara dan bersikap di tengah keluarga. Kami tidak menginginkan suasana itu tumbuh di rumah. Saya dan Andrew mendidik anak-anak untuk belajar mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka dengan jujur; dan kami juga belajar untuk menghargai pendapat dan pilihan mereka. Sebagai orangtua, kami berusaha untuk selalu berpandangan terbuka. Dengan begitu, kami berharap anak-anak kami juga mampu bersikap sama. Saya pikir, berkomunikasi adalah cara kami terus-menerus bertumbuh sebagai keluarga.”

Who wears ‘the pants’ in the house?

Nana: “Hahaha. We’re equal. Saya dan Andrew selalu membicarakan segala sesuatunya sebelum bersepakat mengambil keputusan; dan kami melakukan pekerjaan rumah secara equal.”

Dunia semakin berpandangan modern dan terbuka. Banyak kebijakan keluarga yang tak hanya berpaku pada pilihan orangtua, tapi juga mempertimbangkan keinginan anak. Sejauh apa Anda melibatkan anak-anak dalam pengambilan keputusan?

Nana: “Kami berusaha melibatkan anak-anak dalam setiap diskusi. Kami selalu berusaha mendengar opini mereka dan mempertimbangkannya.”

Andrew: “Kami tidak pernah memaksakan kehendak. We don’t say, ‘you have to do this, period. End of discussion.’ Kami selalu mengajak mereka berdiskusi, memberikan mereka pengertian terkait segala pilihan yang ada. Begitu pun, kami juga selalu berusaha mengerti sudut pandang mereka dan berkomunikasi dengan baik dalam mendengarkan mereka.”

Nana: “Tentu kami masih menetapkan batasan, dan kami bisa sangat strict perihal itu.”

Andrew: “Oh yes, for sure.”

Nana: “Buat kami, ada sejumlah nilai yang mana jika mereka melampauinya, kami akan mengajak mereka duduk dan berbicara serius terkait hal tersebut. Kami ingin mereka tetap paham bahwa setiap aksi punya reaksi; setiap tindakan atau pilihan mereka berdampak, and they have to learn to deal with it. Kami berusaha untuk mendidik mereka agar siap dan mampu hidup mandiri.”

Andrew: “Yeah, we prepare them for the real world. Dunia ini tidak selalu indah dan mudah, obviously. Kami selalu berusaha menjaga keseimbangan itu buat mereka. Kami memuji mereka ketika mereka pantas mendapatkannya, dan menegur ketika mereka patut ditegur.”

Di tengah maraknya persoalan kesehatan mental yang membelenggu generasi muda, bagaimana Anda membantu anak-anak yang sedang beranjak remaja dalam memahami emosional mereka?

Andrew: “Sepertinya tidak ada buku panduan pakem menghadapi remaja dengan baik, deh. Kami seperti orangtua pada umumnya, banyak mengandalkan feeling dan insting.”

Nana: “We believe in balance. Kami tidak terus-menerus mengiakan segala hal terkait perasaan mereka. We’re not sugar coated everything, and in everytime. Ketika mereka bersedih, atau kesal akan sesuatu hal, kami membantu mereka memahami apa yang membuat mereka merasa demikian. Bisa saja mereka salah paham saat menilai sesuatu, dan saat itu terjadi kami akan berusaha menjadi pengingat yang baik. Cara kita berkomunikasi sebagai keluarga merupakan faktor krusial, sih. Sebagai orangtua, kita harus menjaga posisi agar dapat dipercaya oleh anak. So, at least they have someone to talk to.”

Kapan Anda tahu saatnya harus merangkul anak, dan memberikan ruang bagi mereka? Sebab, faktanya bukan perkara gampang untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengan keluarga.

Nana: “Belajar peka terhadap kebutuhan satu sama lain di dalam keluarga. Kita harus mendorong mereka untuk bergerak sendiri, sambil menjadi pengamat yang cerdas. Kita juga harus mengerti bahwa setiap individu, tidak terkecuali anak, adalah pribadi yang berbeda. Kalau sudah mengerti karakteristik mereka, akan lebih mudah untuk kita tahu kapan harus memulai duluan, dan saatnya menunggu.”

Jason dan Andrew mengenakan sweatshirt dan sepatu Mexico 66 SD; seluruhnya koleksi Onitsuka Tiger.

Tidak dipungkiri kebanyakan orangtua kerap menaruh harapan kepada anaknya. Namun, perdebatan dari sudut padang lain, menaruh ekspektasi ke anak-anak dipandang tidak adil. Bagaimana Anda sebagai orangtua mendidik anak-anak yang memiliki ambisi, yang mungkin tidak sama dengan angan dan harapan Anda berdua?

Andrew: “Saya tumbuh besar di keluarga yang hampir semuanya scientist. Anak saya memutuskan ingin mendalami studi ekonomi. So, as Nana was saying, everybody is different. We just need to support them.”

Nana: “Kami memberi kebebasan kepada anak dalam mengerjakan hal yang mereka suka. Tapi buat kami juga penting untuk anak memahami nilai-nilai yang dibutuhkan untuk survive dalam hidup, dan kami berusaha membantu mereka memahami nilai-nilai tersebut.”

Andrew: “Kami juga memberikan pandangan terkait pilihan mereka, berdasarkan pengalaman kami.”

Nana: “Tapi kami juga mau anak-anak menjadi independent thinker, ya. Enggak melulu berpatok pada arahan kami. Kita akan memberikan pandangan buat mereka berdasarkan pengalaman hidup kami; kemungkinannya hingga risikonya. Namun pada akhirnya, pilihan mereka tetap keputusan mereka.”

Apa nilai esensial yang Anda tanamkan kepada anak-anak?

Nana: “Trust, respect, and being kind to yourself and others is crucial. Nilai- nilai itu yang selalu kami tanamkan agar hati mereka senantiasa terjaga.”

Andrew: “Okay, that sounds deep—dan saya setuju. Hahaha. For me, communication; lead by example.”

Sarah mengenakan sweater dan sepatu Mexico 66 Tiger Graphic; Nana mengenakan knit dress dan sepatu Mexico 66 SD; Jason mengenakan T-shirt dan sepatu Mexico 66 SD; Andrew mengenakan track suit dan sepatu Mexico 66 SD; seluruhnya koleksi Onitsuka Tiger.

Now take me back to the start. Apakah Anda masih ingat kala pertama kali menyadari Anda berdua jatuh cinta?

Andrew: “Oh, itu sudah lama sekali.”

Nana: “Saya ingat, sih.”

Andrew: “Kamu ingat?”

Nana: “Saya ingat rasa suka itu muncul saat kita mulai dekat setelah syuting sinetron bareng.”

Apa sifat terbaik dari pasangan yang membuat Anda jatuh cinta, dan yakin ingin menghabiskan sisa hidup Anda bersamanya?

Andrew: “Nana adalah orang yang berpikiran terbuka; saya merasa bisa menatap dunia bersamanya; saya juga melihatnya mampu menjadi ibu yang baik ketika kami berkeluarga; dan banyak hal lain yang membuat saya yakin kepadanya. Saya bisa melihat Nana dalam masa depan saya. Menghabiskan waktu selamanya bersama seseorang, kita bukan hanya hidup dengan wujudnya; fisiknya; tapi kita hidup dengan kepribadiannya; jiwanya. Nana has beautiful soul.”

Nana: “Andrew sangat peduli terhadap orang-orang di sekitarnya.”

Anda berdua menikah di usia muda, barangkali terlalu muda untuk sebagian orang, ditambah saat itu karier keaktoran Anda berdua tengah menanjak. Bagaimana Anda beradaptasi dengan segala tantangan serta perubahan yang datang seiring lompatan besar tersebut?

Nana: “Kami berkomitmen. Kami berpikiran panjang, tetapi tidak terlalu memikirkan harus bagaimana 5 atau 10 tahun mendatang. One step at the time, mulai dari hal-hal yang paling sederhana. Fokus kami hanya berusaha yang terbaik menjalani setiap hari sebagai keluarga.”

Andrew: “Saya berusia 22 tahun ketika dahulu menikah. Di usia 22 tahun, manusia cenderung merasa sudah mature dan memiliki segalanya. But we were so young and marriage is hard. Kami belajar untuk menurunkan ego masing-masing, serta fokus pada tujuan kami berumah tangga. Dan kami beruntung memiliki figur orangtua yang bisa dijadikan panutan, sekaligus tempat bertanya ketika kebingungan.”

Nana: “Yes, kami beruntung dikelilingi oleh orang-orang yang dapat kami andalkan setiap kali butuh mencari sudut pandang saat menghadapi suatu persoalan.”

Bagaimana Anda berdua saling membuat pribadi satu sama lain menjadi lebih baik?

Nana: “Open communication, and make sure mendengarkan lawan bicaranya untuk memahami dia.

Andrew: “Selalu saling mengingatkan dan memotivasi satu sama lain”

Apa momen monumental yang mendekatkan Anda berdua sebagai pasangan dalam satu dekade pertama pernikahan?

Nana: “Barangkali salah satunya saat kami mulai berolahraga bersama. Olahraga jadi salah satu quality time kami sebagai pasangan dan keluarga.”

Prinsip hubungan yang Anda berdua sepakati dan pegang teguh sebagai pasangan, dan sebagai orangtua?

Nana: “Trust.”


Styling Alia Husin; Makeup & Hair: Jeanette; Location: La Cabana Dijiwa Villa

Anda bisa mencari tahu lebih lanjut tentang koleksi Onitsuka Tiger yang dikenakan Nana Mirdad, Andrew, Jason, dan Sarah White di situs resmi Onitsuka Tiger; Instagram @onitsukatigerindonesia dan Facebook Onitsuka Tiger Indonesia.