LIFE

17 Juli 2021

Prilly Latuconsina Berdaya Dalam Kemandirian


Prilly Latuconsina Berdaya Dalam Kemandirian

Menjadi perempuan artinya mengukuhkan diri sebagai manusia yang taat pada kemandirian sekaligus berkeyakinan pada dirinya sendiri.

Membicarakan perempuan artinya memperhitungkan potensi dan prestasi. Sebab tidak ada satu pun perempuan yang tidak mengambil peran dalam hidupnya. Baik sebagai anak atau menantu, sebagai istri atau ibu, berstatus pekerja atau ibu rumah tangga. Banyak tantangan bukan berarti mustahil bisa sukses di kedua wilayah, domestik maupun profesional. Selalu ada cara bagi perempuan untuk menunjukkan keberdayaannya. Maka menarik untuk menyimak sepak terjang mereka yang tak punya kegentaran untuk mundur mengubur cita-citanya. Sepanjang pengalaman melakukan wawancara, tidak sedikit saya menemui perempuan yang lantang mengungkap ambisi dan gagah mengejar mimpi. Perempuan- perempuan bernyali yang berani memutuskan pilihan, bangkit dari kegagalan, tekun mengabaikan cibiran, hingga konsistensi untuk bekerja lebih keras dibanding laki-laki. Sebab nyatanya, sering kali pintu yang mudah dibuka laki-laki justru masih harus didobrak lebih keras oleh perempuan.

Kali ini saya berkesempatan berbincang dengan sosok yang tidak asing di panggung hiburan Tanah Air. Datang tepat waktu pukul 9 pagi, Prilly Latuconsina menyapa ramah semua orang yang telah hadir. Memang sulit menakar keramahan selagi senyum tertutup masker, tapi rasanya kita bisa menilai kekariban seseorang lewat suara dan sorot matanya. “Halo saya Prilly, senang bisa mengenal Anda. Terima kasih sudah mengundang saya,” ujar sang aktris. Ia lantas duduk di hadapan saya kemudian menceritakan perjalanan hidup, mimpi, serta ambisinya.

Prilly Latuconsina for ELLE Indonesia July 2021 photography Hariono Halim styling Ismelya Muntu fashion
Prilly Latuconsina for ELLE Indonesia July 2021 photography Hariono Halim styling Ismelya Muntu fashion Louis Vuitton.

Perempuan kelahiran 1996 ini awalnya tidak pernah berencana masuk industri hiburan. Sejak kecil bercita-cita menjadi dokter, maka Prilly tidak pernah memikirkan hal-hal selain urusan sekolah dan belajar. “Apalagi dalam benak saya, menjadi figur publik itu harus memiliki tubuh kurus langsing dan wajah putih mulus. Saya merasa tidak memenuhi standar tersebut dan mustahil bisa berkarier di dunia hiburan,” kisahnya. Sang ibu yang lantas mendaftarkan anaknya ke sebuah sanggar, hingga akhirnya Prilly ditemukan oleh seorang pencari bakat.

Di usia 13 tahun, ia berkesempatan mengisi 2 episode program anak Si Bolang di sebuah stasiun televisi kemudian menjadi pembawa acara Koki Cilik selama satu tahun. Kendati demikian, ia tetap fokus pada cita-citanya dan berhasil masuk SMA favorit impiannya, SMA 7 Tangerang. Di tengah antusiasme sebagai murid baru, datang tawaran untuk bermain di serial Get Married yang nyatanya tak kuasa ditolak Prilly. “Saat itu serial Get Married sedang naik daun dan saya sendiri suka menontonnya. Akhirnya saya memilih homeschooling dan memutuskan terlibat di seni peran. Perang batin tentu terjadi dan cita-cita jadi dokter sudah pasti kandas. Namun saya berusaha meyakinkan diri bahwa tanpa menjadi dokter, saya bisa mengukir kesuksesan dengan cara yang lain,” tutur Prilly.

Prilly Latuconsina for ELLE Indonesia July 2021 photography Hariono Halim styling Ismelya Muntu editor Rianty Rusmalia
Prilly Latuconsina for ELLE Indonesia July 2021 photography Hariono Halim styling Ismelya Muntu fashion Burberry (coat, bralette, short pants) Louis Vuitton (Boots)

Sejak itu namanya melejit di panggung hiburan, berbagai judul sinetron dan film ia lakoni; Bawang Merah Bawang PutihLa TahzanHangoutDanur, dan lainnya. Dan atas perannya di sinetron Ganteng-Ganteng Serigala, Prilly menerima dua penghargaan: Most Famous Actress di ajang SCTV Awards 2014 dan Favorite Actress dalam Panasonic Gobel Awards 2015. “Tahun demi tahun berlalu, saya terus-menerus belajar. Di saat kriteria perempuan cantik adalah bertubuh tinggi kurus dan berambut panjang, saya tegakkan kepercayaan diri kendati rambut saya mungkin tak sebagus model iklan sampo dan badan saya tidak selangsing model-model di panggung mode. Saya banyak dibantu oleh sineas-sineas hebat, salah duanya sutradara Monty Tiwa dan acting coach Eka Sitorus. Kini saya menyadari betapa saya sangat cinta dengan pekerjaan ini,” tuturnya.

Prilly Latuconsina merupakan anak sulung dengan satu orang adik. Prilly bercerita bahwa ia dibesarkan dalam keluarga yang nyaris seluruh perempuannya bekerja. Ibunya dulu pekerja kantoran, kini memilih berwiraswasta. Begitu pun saudara-saudaranya, punya karier dan aktif berbisnis.

Prilly Latuconsina for ELLE Indonesia July 2021 photography Hariono Halim styling Ismelya Muntu fashion
Prilly Latuconsina for ELLE Indonesia July 2021 photography Hariono Halim styling Ismelya Muntu fashion Dior.

“Dikelilingi perempuan- perempuan mandiri, sejak kecil saya selalu berusaha punya daya juang. Dibanding adik saya yang laki-laki, saya menerima dorongan lebih keras agar menjadi kuat dan independen. Alih-alih dinasihati supaya bisa menikah dengan laki-laki sukses yang mapan, saya justru dididik orangtua agar mampu menciptakan kemapanan dan kesuksesan sendiri. Kata ayah, hidup ini bukan fairy tale. Tidak ada kisah indah di mana saya sudah pasti dinikahi laki-laki tampan dan kaya raya, kemudian hidup bahagia selamanya. Kedua orangtua selalu memberikan gambaran tentang kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Bahwa saya bisa saja tiba-tiba ditinggal pasangan. Bahwa ayah dan ibu tidak selamanya ada menemani. Apabila tidak terbiasa berjuang sendiri, maka habislah hidup ini. Barangkali itu yang akhirnya membuat saya jadi tergila- gila pada pekerjaan. Saya suka sekali bekerja dan sangat ingin memiliki kemandirian dalam hidup,” cerita Prilly.

Selain disibukkan kegiatan kuliah dan syuting film, Prilly Latuconsina membangun sejumlah bisnis di bidang mode, kuliner, dan kecantikan, dengan puluhan pegawai yang bekerja di dalamnya. Aktivitas tersebut membuat Prilly terjun ke wilayah pemberdayaan ekonomi kreatif dan menjadi bagian dari kepengurusan Gerakan Kreatif Nasional yang digagas Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. “Saya melewati masa muda yang agak berbeda. Jarang sekali punya waktu untuk main-main, apalagi liburan ke luar negeri. Namun saya sangat bahagia sebab memang senang punya banyak kegiatan. When I’m not working, my life is boring. Hanya di kamar santai-santai menonton serial. Rasanya agak kurang produktif. Lewat sejumlah bisnis ataupun aktivitas di media sosial, saya ingin menularkan dampak positif sekaligus berharap bisa membantu memberdayakan orang lain, terutama kaum perempuan,” ujarnya.

Prilly Latuconsina for ELLE Indonesia July 2021 photography Hariono Halim styling Ismelya Muntu fashion
Prilly Latuconsina for ELLE Indonesia July 2021 photography Hariono Halim styling Ismelya Muntu fashion Dior.

Saya tidak bisa tidak setuju dengan Prilly. Tugas perempuan yang diberkahi kemerdekaan sejatinya memang mesti mendorong perempuan lain agar berani unjuk diri. Kendati kita tentu tahu, tidak mudah menjadi seorang perempuan. Untuk setiap pilihan yang diambil, selalu ada pertanyaan yang mengikuti. Prilly berujar, “Apa yang saya peroleh hari ini mungkin bukan berasal dari bangku sekolah, namun pendidikan formal terbukti telah membuat saya lebih tertib sekaligus berpengetahuan. Banyak hal didapatkan dari kelas-kelas kuliah, informasi dan ilmu akademis yang mungkin belum tentu ada di luar kampus. Saya sangat suka belajar dan kini di tengah upaya saya menyelesaikan skripsi dan mempertahankan jalannya pendidikan, tidak sedikit orang yang menganggap saya sedang buang-buang waktu. Bahwa tak ada yang perlu dikejar oleh perempuan sebab ujungnya kita dinikahi dan diluapkan tanggung jawab rumah tangga. Namun bagi saya, setiap perempuan harus memiliki kecerdasan. Saya yakin perempuan dengan otak yang cemerlang tidak hanya sanggup mengurus suami dan anak, tapi juga mampu menggali potensi diri dan selalu bisa bertumpu pada kakinya sendiri.”

Masyarakat kerap memandang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan yang berhasil. Sukses berkorelasi positif untuk laki-laki, namun sering kali menuai konsekuensi negatif bagi perempuan. Perempuan yang mengejar mimpi dipandang hanya memikirkan diri sendiri, perempuan yang berambisi dianggap bertentangan dengan tradisi. “Saya tidak
asing dengan kondisi demikian. Semakin saya sukses, semakin keras anggapan bahwa saya pasti menyebalkan ataupun tidak bisa mengurus orangtua. ‘Jangan terlalu sukses, nanti laki-laki takut mendekati’, kata orang- orang. Meskipun benar adanya, saya memang kesulitan mendapat pasangan. Perempuan yang sukses dan pintar dianggap melawan kodrat. Pertanyaannya, jika perempuan tidak sudi mencerdaskan diri dan meraih kesuksesan sendiri, bagaimana mungkin kita bisa menjalani kehidupan yang bermartabat?” ucapnya.

Prilly Latuconsina for ELLE Indonesia July 2021 photography Hariono Halim styling Ismelya Muntu fashion
Prilly Latuconsina for ELLE Indonesia July 2021 photography Hariono Halim styling Ismelya Muntu fashion Lanvin.

Namun Prilly menyadari, tekanan selalu mengejar perempuan. Tidak hanya desakan dari lingkungan, tapi juga keraguan dari diri sendiri. “Kalau perempuan menuai keberhasilan karier, maka kita ditanya, apakah kita juga telah menjadi ibu dan istri yang baik? Sementara laki-laki yang sukses tidak pernah dinilai apakah ia sudah menjadi suami dan ayah yang baik. Kita berada dalam dunia yang sulit menerima kenyataan bahwa perempuan bisa sukses dan bahagia seutuhnya. Tidak hanya laki-laki, sesama perempuan juga kerap saling menjatuhkan. Situasi patriarkis yang membuat perempuan takut untuk bersuara dan akhirnya menganggap rendah dirinya sendiri. Maka amat penting bagi kita untuk memupuk keberanian dan menentukan harga diri sendiri,” ungkapnya.

Senang rasanya bisa mengenal seseorang yang tahu caranya mendefinisikan keberdayaan: berani menentukan pilihan dan berambisi mengejar segala hasrat. Dari percakapan dengan Prilly, semakin jelas saya melihat bahwa perempuan bekerja tidak hanya demi mendukung perekonomian dan bukan sekadar untuk menyesuaikan dengan tuntutan zaman, tapi untuk menjadi teladan sekaligus menemukan versi terbaik diri sendiri. Prilly bercerita, tahun ini menjadi tahun yang sangat sibuk baginya. Menjalani syuting berbagai serial dan film, merilis single kolaborasi dengan komposer kenamaan Andi Rianto, hingga menjajaki peran sebagai produser eksekutif untuk sebuah film yang mengangkat persoalan kesehatan mental. Mimpinya tak pernah usai, kendati satu per satu seluruh keinginannya telah terwujud. “Satu yang belum tercapai, karena saya cinta seni peran, mudah- mudahan saya bisa membuat pencapaian yang prestisius di industri film. Saat ini bisa dibilang punya harta tapi tidak ada waktu. Saya berharap suatu saat nanti, saya dapat memiliki keduanya,”pungkas Prilly.