7 Januari 2021
Sivia Azizah Telah Menemukan Suaranya
Album Love Spells menandai transformasi Sivia Azizah sebagai individu dan seorang musisi. Ia menceritakan perjalanannya dalam menemukan jati diri.
Sivia Azizah bukan pendatang baru yang perdana menginjakkan kaki di ranah musik Indonesia. Kita sempat mengenalnya sebagai ‘Sivia sang Idola Cilik’ saat wajahnya muncul menjadi finalis ajang pencarian bakat anak-anak sebuah stasiun televisi pada 2008 silam. Tahun 2011 hingga pertengahan 2017, adalah periode di mana ia dijuluki ‘Sivia Blink’ atas keterlibatannya dalam grup vokal perempuan Blink. “Sampai hari ini, masih ada orang yang memanggil saya dengan dua julukan itu. Rasanya seperti telah melekat selayaknya nama belakang,” kata Sivia saat kami duduk bersama sebelum sesi pemotretannya bersama ELLE dimulai.
Perempuan kelahiran Jakarta, 14 Februari 1997 ini mengaku tidak usik dengan atensi tersebut. Ia telah mengukir reputasi sejak usianya 11 tahun. Adalah suatu hal lumrah apabila publik dan penggemarnya memiliki beragam kesan terhadap personanya. “Saya mensyukuri setiap panggilan yang mereka berikan, karena julukan-julukan tersebut merupakan bagian dari perjalanan hidup yang membentuk pribadi saya sekarang,” tuturnya tersenyum.
Sempat menjalani hiatus bermusik selama dua tahun—usai lepas dari Blink hingga akhirnya kembali masuk studio rekaman untuk persiapan album barunya di pertengahan tahun 2019 silam— Sivia Azizah telah melalui sebuah transformasi. “Sekarang saya jauh lebih tenang. Lebih bersyukur. Lebih optimis. Lebih mencinta diri sendiri. Lebih bahagia,” katanya. Kendati memberi keberhasilan dan ketenaran, merintis karier sedari dini rupanya mengantarkan Sivia pada kebimbangan hingga membuatnya merasa kehilangan jati diri. Kondisi mentalnya kian emosional tatkala ia dilanda kesedihan karena kehilangan seseorang yang penting dalam hidupnya pada saat itu. Keluar dari zona nyaman seolah membantunya bernapas segar. “Momen break memberikan saya waktu untuk lebih mengenal pribadi dan merenungkan kembali arah tujuan hidup,” cerita Sivia. Ia kemudian mengeksplorasi berbagai bidang baru di luar bermusik dalam upaya pengembangan diri. Ia pernah belajar mode di ESMOD Jakarta. Ia juga mengisi waktu dengan duduk di ruang siaran radio membicarakan tentang persoalanpersoalan kehidupan, terutama yang menyangkut hubungan percintaan.
Di tengah perjalanan, Sivia menemukan kembali jalannya pada musik. “Ketika bekerja di radio, saya bertemu dengan banyak musisi, produser, dan penulis lagu, yang kemudian menyadarkan betapa saya sangat merindukan kebahagiaan ketika bermusik,” kisahnya. Ia melanjutkan, “Pada dasarnya, mimpi saya tidak pernah berubah. Saya selalu ingin menjadi seorang musisi. Tetapi, pikiran saya kala itu diramaikan oleh persoalan sosok musisi yang seperti apa?”
Di usia 23 tahun, Sivia telah melewati berbagai fase dalam kehidupannya, dan memahami bahwa menyanggah masa lalu sama artinya tidak menghargai diri sendiri. Pada titik tersebut, ia lantas memutuskan untuk memulai babak baru sebuah perjalanan bermusik dengan caranya sendiri. “Saya mulai rajin menulis lirik, dan mencari tahu jenis musik yang sesuai selera pribadi serta karakter suara saya,” ujar Sivia. Ambisinya ialah menjadi seorang musisi yang menciptakan lagu secara mandiri. Demi mendorong tekadnya, Sivia memilih berdiri independen di bawah label miliknya pribadi, Sivia Music. “Saya ingin memegang kendali penuh atas kreativitas bermusik,” tegasnya.
Album Love Spells yang dirilis September 2020 silam menjadi debut karya Sivia. Sembilan lagu menyusun daftar putarnya. Anda—dalam hal ini saya—dapat berasumsi bahwa album ini menawarkan anthem tentang cinta. Setidaknya, tergambar jelas lewat tiga lagunya yang menggunakan kata ‘love’ sebagai judulnya. Track lain menyematkan kata ‘heart’ bersama dengan ‘goodbye’; memberikan bayangan akan nyanyian patah hati dalam nuansa balada yang kental melodi lambat. Namun premis saya berubah ketika memutar intro yang menjadi lagu pembuka albumnya memperdengarkan harmoni vokal paduan suara diiringi permainan piano. Lagu-lagu seperti New York, Love Spells, dan Love Jokes menyuntikkan energi pop R&B dengan sedikit nuansa soul. Musik baru Sivia telah jauh berbeda dari formula girlband yang dilakoninya saat berusia 16 tahun.
“Saya pernah bermimpi untuk bernyanyi sambil main saksofon, tetapi apa daya saya tidak mahir melakukannya,” katanya tergelak seraya melanjutkan cerita penciptaan kreativitasnya. “Akhirnya saya menenggelamkan diri dalam musik-musik soul, jaz kontemporer, serta pop R&B lewat TLC dan SWV.” Masa kecil yang aktif mengikuti berbagai paduan suara saat belajar menyanyi di sekolah musik Elfa’s Music School melatari idenya menggunakan paduan suara enam orang sebagai elemen krusial di lagunya. “Saya selalu menyukai harmonisasi vokal yang dihasilkan oleh paduan suara. Rasanya seperti Anda mendapatkan energi ekstra saat mendengarnya,” ujar Sivia. Wajahnya tampak bersinar sepanjang bercerita seiring nada bicaranya yang penuh kebanggaan. “Bagi saya album ini memberikan kepuasan berproses sekaligus menemukan jati diri, sebagai musisi,” katanya menutup perbincangan.