17 Februari 2022
Somi Menulis Sendiri 'Aturan Mainnya'

Somi bertekad bulat membalaskan dendamnya. Setidaknya itu yang kasat terlihat di dalam video musiknya untuk jagoan dari album debut miliknya yang bernama sama, XOXO. Dalam video tersebut, SOMI mengetahui bahwa kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya. Tentu, tak ada yang dapat mengalahkan amarah seorang perempuan yang dikhianati. Dunia pun menyaksikan SOMI menyambangi rumah kekasihnya, membobolnya, dan menghancurkan apa pun yang terlihat olehnya dengan sebuah palu. Setelahnya, di sebuah adegan kejar-kejaran mobil, ia memburunya dengan memegang sebuah pistol. Dan di akhir video tersebut, ia meninggalkan rumah sang mantan kekasih yang kemudian meledak bak bola api menyala-nyala. Ini adalah manifestasi akan peleburan sosok Harley Quinn dan Cruella de Vil dalam sebuah aksi balas dendam berkelas—dengan gaya pilihannya yang memperlihatkan tampilan model rambut pigtails berhiaskan helai-helai rambut warna neon, palu kitschy, dan mantel-mantel faux fur. Kesan manis apa pun yang mungkin diindikasikan oleh judul lagu tersebut benar-benar memiliki arti kebalikannya. Namun jangan salah berprasangka. Lagu ini bukanlah cemoohan atau penghinaan. Sebaliknya, lagu ini bercerita tentang keberanian seorang perempuan yang memilih untuk membahagiakan dirinya sendiri. Dan faktanya, gagasan tersebut mengalir kuat dalam hidup SOMI.

Bagi Anda yang belum mengenalnya, penyanyi dan penulis lagu K-pop, SOMI, pertama kali menuai kepopuleran di tahun 2015 ketika ia berpartisipasi dalam acara SIXTEEN, sebuah pertunjukan yang turut membesarkan nama grup perempuan Korea Selatan ternama, TWICE. Ia kemudian menjuarai posisi pertama dalam serial kompetisi Produce 101, dan setelahnya melakukan debut sebagai salah satu pentolan grup perempuan beranggotakan 11 orang, I.O.I, seusai menyelesaikan program pelatihan selama dua setengah tahun. Seketika itu juga, ia berada di mana-mana. Dan meski tekad bulatnya bertahan dalam industri ini telah mengumpulkan sejumlah pengikut setia, hanya setelah menandatangani kontrak sebagai seorang solois dengan sub-label independen YG Entertainment, THEBLACKLABEL, SOMI baru benar- benar menciptakan kesuksesannya.
Peristiwa tersebut menjadi momen penanda kemandiriannya, di mana ia dapat berkarya dengan caranya sendiri, membuat keputusan menyoal kariernya, dan mendefinisikan seperti apa karakter musiknya. “Di dalam sebuah grup, lebih sulit untuk mengekspresikan sisi kreatif saya karena fokusnya ada pada grup tersebut secara kolektif,” kenang SOMI. “Akhirnya saya mendapatkan kesempatan untuk menyuarakan pendapat saya lewat musik saya. Di THEBLACKLABEL, segala hal mulai dari penulisan lagu, produksi, sampul album, hingga busana dan video musik—saya dapat benar-benar turun tangan dalam proses kreatifnya. Hal tersebut merupakan sebuah transisi yang menyenangkan bagi saya,” tambahnya.

Meski demikian, pergeseran ini tidak hanya menyoroti sikapnya yang melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, namun juga turut menandai keputusan kreatif pertamanya yang begitu mengesankan. Setelah I.O.I, ia begitu hati-hati dengan pilihan-pilihannya dan secara perlahan memilih tempat di mana ia dapat benar-benar tumbuh dan berkembang sebagai seorang musisi. “Lalu produser Teddy menelepon dan mengundang saya untuk datang ke THEBLACKLABEL, dan saya tidak dapat memercayainya. Saya sudah lama menjadi penggemarnya karena selalu mendengarkan Bigbang dan 2NE1 semasa saya tumbuh besar,” ujar SOMI. “Ketika saya menemuinya, ia memiliki semangat besar saat menjelaskan segala potensi yang ia lihat dalam diri saya. Saya merasakan ketulusan di matanya, dan saya tahu bahwa saya dapat memercayakan masa depan saya dengan arahannya. Saya dapat dengan yakin mengatakan bahwa hal tersebut merupakan keputusan terbaik dalam hidup saya sejauh ini,” sambungnya.
Tekanan tetap membayangi dirinya. Para penggemar yang telah mengenalnya sejak awal penasaran untuk melihat diri SOMI sebenarnya, dan apa yang akan dikatakannya— terpisah dari anggota grup lainnya. Pada titik ini, ia siap untuk menjadi solois paling terkenal generasi ini dan album debutnya, XOXO, menjadi lansiran yang paling dinanti. Ekspektasi apa pun yang diletakkan pada bahunya, ia menerimanya dengan penuh tanggung jawab. “Saya harus mempersiapkan dan menyuguhkan lebih banyak di panggung sebagai seorang solois ketimbang saat saya masih berada di dalam sebuah grup. Saya berlatih dua kali lebih banyak untuk membuktikan diri saya,” ungkapnya. Tapi melihat ke belakang, SOMI meyakini bahwa pada saat-saat itulah ia benar- benar berkembang sebagai seorang musisi.

Album perdana seorang solois menjadi kesempatan bagi mereka untuk membuat pernyataan artistik dan menetapkan standar tinggi untuk diri mereka sendiri. Dan SOMI menginginkan album ini sebagai seni yang tak terbantahkan. “Kami memasukkan lagu-lagu dari tiap genre agar semua orang dapat menemukan lagu yang mereka rasa cocok. Saya juga ingin menunjukkan bahwa saya tidak memiliki batasan. XOXO merupakan cuplikan SOMI—menyanyi, rapping, dan menari dengan genre berbeda-beda.” XOXO juga menandai banyak pengalaman pertama SOMI. Album ini menampilkan lagu pertama SOMI yang ia tulis dan produksi sendiri, Watermelon, dan lagu pertamanya yang sepenuhnya berbahasa Inggris, Anymore. Keduanya seolah menandai awal dari segala kebaruan dan momen pertama yang akan dikreasikan SOMI di masa mendatang.
Tumbuh dengan tiga budaya—Kanada, Belanda, dan Korea—SOMI dengan mudah beralih antara bahasa Inggris dan Korea. Namun dalam konteks ekspresi diri yang kreatif, akan selalu ada perbedaan tertentu yang muncul dengan kedua bahasa tersebut. “Bagi saya, bahasa Inggris bagaikan sebuah lingkaran dan bahasa Korea seperti sebuah kotak. Bahasa Inggris memiliki aliran yang lebih baik dan bahasa Korea lebih tajam, maka beberapa ritme dan lirik tertentu lebih baik untuk diekspresikan dalam bahasa yang satu ketimbang yang lain.” Ia turut menambahkan, “Saya menyukai kemampuan saya yang dapat berekspresi dalam kedua bahasa dan berencana untuk meluncurkan lebih banyak lagu berbahasa Inggris di masa depan.”

Apa pun surat cinta atau pesan yang ingin ia tulis, ia meninggalkannya dalam ‘halaman’ yang sama dengan XOXO. Seperti yang dijelaskan
oleh SOMI, “XOXO merupakan representasi lengkap akan SOMI hingga hari ini. Saya ingin membagikan warna dan kisah saya sebagai seorang solois, dan saya bangga dengan hasil album, video musik, performa, dan segala hal yang saya upayakan untuk mewujudkannya.” Bagi musisi K-pop satu ini, album debut miliknya hadir layaknya sebuah paspor. “Seperti bagaimana setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, Anda hanya bersisakan foto-foto, kenangan dan paspor Anda. Album ini merepresentasikan saya, dan dengannya, saya merasa dapat berpergian ke tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya.”
Selama bertahun-tahun, musik telah menjadi tempat aman baginya. Bahkan sejak belia, ia tahu pasti bahwa ia ingin berada di industri kreatif. Namun baru di saat menyaksikan video musik Don’t Stop The Music milik Rihanna ia kemudian menyadari dan memutuskan bahwa inilah yang ingin ia lakukan sepanjang hidupnya. Kira-kira pada saat yang sama pula ia mulai menyukai musik K-pop dan mulai mengenal Park Bom, “Yang memiliki suara unik yang begitu saya kagumi.” Pencerahan ini terjadi di usia 9 tahun. Di usia tersebut, ia baru saja pindah ke sebuah sekolah Korea dan kerap dirundung. “Masa-masa itu sangat sulit untuk dilalui, dan ada hari-hari di mana saya tidak ingin pergi ke sekolah, tapi saya tahu bahwa momen ini akan berlalu. Orangtua saya banyak membantu dengan mengingatkan saya bahwa saya berbeda—in a good way—dan bahwa saya istimewa, hal ini membuat saya terus melangkah maju.”

Ia pun menemukan tempat berlindung dalam musik. “Saya mencari sebuah cara untuk mengekspresikan sisi spesial dalam diri saya, dan saya menemukannya lewat menyanyi, menari, dan tampil di panggung.” Dari situ, sebuah tekad cukup untuk mendorongnya melangkah maju. Dan seperti nama Belandanya, “Ennik”, yang berarti “pedang” atau “pejuang”, ia membuka jalan untuk maju.
Kesempurnaan apa pun yang mungkin Anda harapkan dari seorang idola Korea, tidak akan Anda temukan dari SOMI. Di atas panggung dan di balik layar, ia tak mengenal rasa takut dan tak memiliki batas. Pengalamannya selama bertahun-tahun di industri musik telah menjamin hal tersebut. Meski demikian, ia juga bukan orang yang menghindari hal-hal candid dan tak takut untuk terlihat rentan. Lewat serial VLOG miliknya, I AM SOMI, ia dengan terbuka membagikan perasaannya, “Saya adalah orang yang berjiwa bebas, tapi kadang kala jiwa tersebut kesepian. Pekerjaan saya 24/7 jadi saya selalu memiliki banyak hal dalam benak saya.”

Tantangan tersebut datang dengan ketenarannya yang terus meningkat. Terlebih sebagai seorang bintang K-pop yang harus terus-menerus ‘on’ di tengah budaya hyper-online. “Saya menyadari bahwa kesehatan mental dan kebahagiaan saya sangatlah penting. Kini, saya mencoba meluangkan satu hari dalam seminggu di mana saya dapat menikmati aromaterapi dengan sage di kamar saya, memainkan musik-musik menenangkan, bermeditasi, dan melepaskan segala ketegangan dan kekhawatiran yang saya rasakan saat itu.” Bahkan ketika sedang bersiap-siap sebelum sebuah pemotretan atau pertunjukan, ketika ia merasa gelisah, ia akan menyendiri selama lima menit untuk menarik napas dalam-dalam dan menenangkan pikirannya. “Saya harus mengingatkan diri saya bahwa segala sesuatu tak harus menjadi rumit, dan saya hanya perlu menikmati momen tersebut,” tambahnya.
Tentunya ia memiliki batas antara fokus pada apa yang ada di hadapannya dengan menjadi puas diri. Walaupun telah bergelut di industri musik selama bertahun-tahun, rasanya seakan-akan ia baru saja memulai. Dan ia tidak ingin dikotak- kotakkan. Kini, ia sibuk mengerjakan sejumlah proyek musik, merekam lebih banyak konten, berkolaborasi dengan berbagai label, dan berlatih koreografi baru—semuanya untuk mempersiapkan SOMI yang baru di tahun 2022. Dan sementara ia masih berada di awal kariernya, SOMI telah memiliki sejumlah gagasan akan warisannya sebagai seorang musisi; “Untuk saat ini, saya ingin dikenang sebagai seorang musisi yang ambisius.”