LIFE

23 Agustus 2022

Velove Vexia Memandang Dunia Dari Sudut Pandang Luas


PHOTOGRAPHY BY Yohan Liliyani

Velove Vexia Memandang Dunia Dari Sudut Pandang Luas

Fashion: Kemeja katun, selendang Toile de Jouy Sauvage 'BALI' Mitzah, anting Tribales, dan kacamata DiorPacific B1U; seluruhnya koleksi Dior.

Kehidupan tak sekadar sebatas tempat kita berpijak. Kita perlu sesekali melangkah ke luar untuk dapat melihat dengan jelas keindahannya, sebagaimana prinsip Velove Vexia.


Velove Vexia tampak bersemangat. Senyumnya cerah. Dinaungi langit biru Pulau Dewata, ia bergerak lincah menyusuri pantai di tengah kegiatan pemotretan bersama ELLE Indonesia, sembari sesekali menghentikan langkah untuk memenuhi paru-parunya dengan udara segar. Sejak pandemi melanda, perasaan penuh kebebasan itu sudah jarang didapatkan sang aktris (sebagaimana warga Bumi lainnya). Selang beberapa hari setelahnya, saya berbincang dengan peraih nominasi Indonesian Movie Actors Awards tahun 2017 itu. Ia baru saja kembali ke Ibu Kota, dan masih di bawah euforia pelesiran—meski perjalanannya ke Bali diiringi agenda pekerjaan. Oleh karena itu, hampir satu jam durasi pembicaraan kami lebih merupakan sebuah ode atas peran besar pelesiran dalam ‘mengisi daya’ seorang manusia.

fashion Dior; styling Raynard Randynata; makeup Ryan Ogilvy; hair Shabura; styling assistant Gisela Gabriella


Velove, apakah traveling merupakan suatu kebutuhan?

“Bukan kebutuhan primer yang mana kita lantas tidak bisa hidup jika tidak melakukannya. Tetapi setiap orang perlu sesekali bepergian agar pikiran menjadi lebih bijak dan jiwa semakin kaya. Sebab hidup tidak melulu tentang apa yang kita jalani. Jika seseorang hanya mengulangi kegiatan setiap hari sepanjang tahun selama hidupnya, rasanya kita jadi tak ada bedanya dengan robot.”


Apa yang Anda temukan ketika traveling?

“Buat saya traveling adalah tentang kontemplasi diri. Setiap tempat, baik itu kota besar atau kota kecil, merupakan sebuah dunia yang benar-benar berbeda, di mana kita bisa belajar cara pandang hidup yang baru. Traveling tidak mesti serta-merta pergi jauh ke suatu negara di belahan bumi yang lain, kok. Kita bisa sekadar mengunjungi sebuah kota di luar wilayah tempat kita tinggal, dan tetap menemukan hal-hal yang bikin tercengang.”


Misalnya perihal apa yang membuat Anda tercengang?

“Masyarakat dan kebudayaannya. Dunia ini sangat kaya akan kehidupan. Akan sulit untuk kita melihat keragaman itu bila hanya menginjakkan kaki di satu tempat.”


Kapan kali terakhir Anda traveling tidak disambi bekerja?

“Pandemi benar-benar bikin saya gelisah untuk bepergian selama beberapa waktu. Tapi saya pikir kita tidak bisa selamanya hidup dalam ketakutan. Setelah situasinya berangsur jauh membaik, saya pun mulai memberanikan diri. Saya mengunjungi Magelang pada tahun lalu, dan Januari silam sempat traveling ke beberapa wilayah di UK (United Kingdom).”

fashion Sweter bersulam Dioriviera, overalls, dan anting Tribales; seluruhnya koleksi Dior; styling Raynard Randynata; makeup Ryan Ogilvy; hair Shabura; styling assistant Gisela Gabriella


Anda ‘sibuk’ bepergian, dan kami sudah lima tahun tidak melihat figur Anda muncul di layar lebar, ataupun platform digital; seolah-olah Anda mengambil langkah mundur dari kehidupan keaktoran. Apakah Anda masih bergairah untuk bermain peran?

“Di tahun 2017 silam, saya memang memutuskan untuk rehat dari dunia hiburan. Waktu itu, saya merasa hidup telah menjadi sebuah rutinitas pekerjaan. Yang saya lakukan hanya bekerja dan bekerja. Bukannya saya tidak bersyukur masih memiliki kesempatan bekerja, di saat banyak orang yang banting tulang demi sebuah pekerjaan. Namun kala itu adalah masa di mana saya merasa kehilangan esensi dari eksistensi sebagai manusia. Saya merasa perlu memperluas cakrawala, dan mengenal kembali sisi-sisi lain dalam diri. Saya pergi traveling. Saya terlibat dengan organisasi UN Women untuk kegiatan- kegiatan humanitarian. Sebenarnya hanya berencana istirahat selama satu atau dua tahun. Tetapi kemudian dunia dilanda pandemi Covid-19, dan seluruh kegiatan kita terhentikan. Karena ditambah jeda berkepanjangan, kesannya seakan-akan saya pensiun.”


Lantas kebaruan apa yang terjadi dalam karier keaktoran Anda, saat ini atau di masa depan? Kami sempat dengar, Anda tengah mempersiapkan sebuah film baru bersama Ira Maya Sopha.

“Bagaimana Anda bisa tahu?! Hahaha. Saya belum bisa bercerita banyak tentang proyek ini. Yang bisa saya katakan ialah proyek ini sesuatu yang baru bagi saya pribadi. Biasanya saya selalu mendapatkan peran yang narasinya berfokus pada hubungan percintaan perempuan dan laki-laki. Di film ini, saya mengeksplor rasa sayang dalam konteks hubungan yang berbeda, lebih kompleks dan lebih mendalam.”


fashion Kemeja Dioriviera Dior Chez Moi, celana panjang, dan gelang CD Navy, seluruhnya koleksi Dior; styling Raynard Randynata; makeup Ryan Ogilvy; hair Shabura; styling assistant Gisela Gabriella


Terakhir kali kami bertemu Anda tengah menghadiri presentasi mode Dior Riviera di Bali. Do you consider yourself as a fashionista?

Hahaha, sejujurnya tidak! Sesekali saya kerap menantang diri untuk bereksperimen dengan mode. I do love fashion, tapi kalau bicara prinsip mode keseharian, kenyamanan tetap yang paling utama.”


Mode sejatinya bukan sekadar tentang atribut, tetapi juga suatu bentuk pernyataan. Bagaimana Anda sendiri memaknai mode?

“Lebih kepada cara mengekspresikan diri secara kreatif. Yang bikin prihatin, saya kerap melihat ada beberapa orang yang menjadikan mode suatu tekanan sosial; memaksakan diri mengenakan atribut tertentu hanya agar diterima oleh lingkungan. Padahal fashion dan style adalah dua hal yang berbeda.”


Apakah Anda pernah memikirkan mode sebagai tekanan sosial?

“Ketika Anda hidup dan bekerja di dunia hiburan, Anda punya dua kehidupan; yang menjadi konsumsi publik, serta kehidupan personal. Saat bekerja, tentu saya akan bersikap profesional dalam memenuhi apa yang dibutuhkan. Apalagi ketika berperan, apapun saya lakukan untuk menghidupkan sang karakter. Namun, ada beberapa pekerjaan—di luar berperan— yang kerap menginginkan saya ‘menjadi orang lain’. Dan ketika itu terjadi, saya tidak sungkan untuk bilang tidak. Karena bagaimanapun, we’re still representing ourself and not someone else.”