8 Maret 2022
Zoë Kravitz Bergerak Sesuai Kehendak dan Keyakinan Diri Sendiri

Zoë Kravitz for ELLE March 2022 photographed by Zoey Grossman styled by Alex White fashion Richard Quinn (jumpsuit) jewellery Bea Bongiasca (Earrings), makeup Nina Park hair Nikki Nelms for Maui Moisture manicure Betina Goldstein at the Wall Group set design Danielle Von Braun produced Zach Crawford at Crawford & Co.
Tak disangka Zoë Kravitz bisa begitu terbuka tentang keluarganya di saat kami baru saja memulai perbincangan. Terlebih ia menjalani hidup di kepopuleran yang ia rintis sendiri. Namun saya sadar bahwa ia juga seorang perempuan dengan tingkat kesadaran diri yang tinggi. Maka anak perempuan dari rock star tersohor, Lenny Kravitz, dan aktris dengan kecantikan abadi, Lisa Bonet, ini sudah pasti akan membuat percakapan kami nyata dan apa adanya.
Saat masih berusia awal 20-an, ia mengungkap, “Pernah ada sedikit rasa malu karena mengemban nama belakang Kravitz,” ucap Zoë yang kini berusia 33 tahun saat kami berjumpa di Polo Lounge, Beverly Hills Hotel. “Orang-orang selalu mengira semua pekerjaan dan seluruh prestasi saya terjadi berkat nama belakang saya. Hari-hari yang berat, tapi saya juga merasa beruntung karena punya privilese. Saya bisa dengan mudah mendapat agen. Karena itu, saya tidak akan berpura-pura bahwa keistimewaan tersebut tidak membantu. Tapi harus diingat, bahwa saya juga bekerja keras.”
Seiring waktu, ia mencoba untuk tidak lagi membuktikan siapa dirinya pada dunia, tapi pada dirinya sendiri. “Bahwa saya berhak untuk memiliki tempat sendiri di industri ini. Saya bangga akan dari mana saya berasal dan tengah berada di titik nyaman. Dulu setiap orang bertanya tentang orangtua, saya langsung menghindar. Tapi sekarang saya bisa menjawab tenang, ‘mereka sehat. Saya bersyukur menjadi anak keduanya dan sekaligus bisa menjadi seorang individu yang berdiri sendiri’,” ujar Zoë.
Pendapat ini mencerminkan diri Zoë seutuhnya: tulus, tanpa penyesalan, dan tidak pernah mengikuti gagasan orang lain tentang menjadi siapa ia seharusnya. Saat tiba untuk wawancara, ia mengenakan T-shit The Row abu- abu dan celana denim hitam, blazer longgar hitam dari butik Egg di London, dan sandal platform Soda. Rambutnya dikepang dan diikat sebatas bahu. Hanya glitter eye shadow warna tembaga yang terlihat pada riasan wajahnya.
Tangannya mendekap tas hobo Saint Laurent hitam. Label yang telah mendapuknya sebagai ‘wajah’ brand sejak 2017 silam. “Tas ini luar biasa,” ujarnya. “Saya selalu merasa terhubung dengan sisi maskulin saya, dan itu adalah sesuatu yang selalu dianut oleh label ini. Jadi bagi saya ini sangat keren sekaligus seksi.”

Hampir 7 tahun sejak saya dan Zoë terakhir duduk bersama untuk mengobrol, namun gaya bicara sang aktris masih sama seperti ingatan saya. Ia bicara sangat cepat dan berenergi. Manis, penuh gaya, sentimentil, dan sarat semangat. Yang berbeda kini, ada lebih banyak keberanian yang terpancar dari balik mata cokelatnya. Pada 2019 silam, dengan mengenakan gaun Alexander Wang yang dibuat khusus untuknya, ia menikahi aktor Karl Glusman di rumah ayahnya di Paris. Delapan belas bulan kemudian, ia mengajukan cerai. Walaupun perjalanan cintanya harus ditutup, kariernya justru melejit. Ia merekah sebagai aktris dengan menyabet banyak peran pendukung di sejumlah film besar seperti X-Men: First Class (2011), Divergent (2014), dan Mad Max: Fury Road (2015), sesaat setelah ia menuntaskan pelajaran aktingnya di Conservatory of Theatre Arts at Purchase College di New York. Pujian besar pun dilayangkan untuk perannya di Big Little Lies lansiran HBO, di mana ia beradu-peran bersama para pemenang Oscar seperti Meryl Street, Nicole Kidman, Reese Witherspoon, dan Laura Dern.
Transformasinya sebagai Rob, seorang pemilik toko musik di serial High Fidelity keluaran Hulu tahun 2020, melanjutkan gaung nama besarnya. Bukan hanya sebagai pemeran utama, namun juga sebagai produser eksekutif sekaligus penulis. Serial ini dihentikan setelah tayang selama satu musim, yang menjadi alasan mengapa saat itu ia mengecam Hulu akan kurangnya keberagaman dalam program-program mereka. “Mereka tidak menyadari arti acara tersebut dan dampak apa yang bisa dilakukannya,” ujar Zoë.
Meski menghadapi tantangan tersebut, kariernya tak juga melamban. Ia kemudian memerankan sosok Selina Kyle (aka Catwoman) dan beradu peran dengan Robert Pattinson dalam film The Batman arahan Matt Reeves. “Pengalaman memakai sepatu bot ikonis Catwoman yang sebelumnya pernah dikenakan oleh Eartha Kitt, Michelle Pfeiffer, Halle Berry, dan Anne Hathaway, adalah sesuatu yang ‘gila’,” ujar Zoë. Yang tak kalah gila adalah bentuk tubuh yang harus ia dapatkan untuk memerankan peran tersebut. Di luar syuting 8 jam per hari, ia akan berolahraga lagi di rumah selama tiga jam setiap hari. “Tentunya, Anda ingin terlihat prima mengenakan catsuit, tapi saya juga ingin terlihat realistis. Rasanya menyenangkan melihat apa yang mampu saya lakukan.”

Tak lama kemudian, proses syuting The Batman harus dihentikan sementara karena pandemi dan membuatnya terjebak di London selaman tiga bulan. Rumah Zoë di Brooklyn melewati proses renovasi saat itu, jadi saat ia pulang pada Juni 2020, ia langsung menuju lokasi lain di kota New York bersama suami dan anjingnya. Dan lokasi isolasi tersebut memberinya waktu untuk melakukan refleksi. “Hidup saya berubah setelah itu,” ujar Zoë, yang perceraiannya dengan Glusman telah difinalisasi pada bulan Agustus 2021 silam. “Karl adalah seseorang yang menakjubkan. Sebenarnya lebih kepada saya yang mempertanyakan siapa diri saya sebenarnya. Saya masih mempelajari diri sendiri dan hal itu adalah perjalanan yang saya tempuh saat ini.”
Sejauh ini, menikmati masa-masa usia kepala tiga disebut Kravitz sebagai “sweet spot”. Rehat dari Instagram merupakan pergeseran yang dibutuhkannya setelah para perundung meramaikan akunnya, mengklaim dirinya mempertontonkan terlalu banyak kulit pada helatan Met Gala 2021, saat ia mengenakan gaun mesh tembus pandang dari Saint Laurent.
“Menyatakan rasa tidak nyaman akan tubuh seseorang adalah sebuah kolonisasi atau cuci otak.” jawab Kravitz pada salah satu komentar. “Orang-orang tidak berpikir bahwa apa yang mereka katakan pada selebriti juga memiliki dampak, karena selebriti bagi mereka mungkin bukan manusia. Pemikiran ini sangat gila.” Hampir satu minggu setelah helatan acara tersebut, ia menghapus seluruh unggahan Instagramnya dan hanya mengunggah satu kali selama sisa tahun itu. “Saya melakukan apa yang ingin saya lakukan. Kalau saya takut dengan komentar-komentar orang, saya tidak lagi bisa melakukan perkerjaan saya sebagai seorang seniman. Saya tidak bisa mengalami banyak hal di dunia untuk dapat menuangkan hal tersebut menjadi sebuah karya. Karena itu, saya membutuhkan waktu sejenak.”

Bertumbuh dengan waktu, Kravitz bertekad untuk menentukan langkahnya sendiri. Terlebih saat mempertimbangkan tenggat waktu biologis. “Saya tidak terburu-buru untuk memiliki anak. Cara pandang tentang makna usia 30 yang dianggap seharusnya sudah punya anak dan berhenti bersenang- senang demi anak-anak Anda adalah cara pandang yang tidak sesuai bagi saya. Karena saya masih ingin bertualang, menikmati malam-malam seru, dan menyaksikan matahari terbit. Sifat jenaka adalah sesuatu yang saya harap masih saya miliki, bahkan ketika nanti saya berusia 70 tahun. Makna dari hidup adalah untuk menikmatinya,” ujar Zoë.
“Saya punya teman-teman yang mengagumkan dan punya hubungan baik dengan orangtua, yang selalu mendengar keluh kesah saya,” ucapnya sebelum menyebut nama Donald Glover, Ramy Youssef, dan Alicia Keys sebagai orang-orang kepercayaannya. “Kami membicarakan nilai murni tentang siapa diri kita sebagai seorang perempuan,” ujar Keys dalam salah satu obrolannya dengan Zoë. “Kami saling mengingatkan satu sama lain bahwa kami istimewa, kuat, dan penting. Karakternya merupakan perwujudan sebuah kebebasan kreatif dan apa pun yang ia lakukan begitu alamiah, jujur, dan murni. Definisi seorang seniman sejati.”
Saat ini ia sedang menulis dan merekam album solo mendatangnya bersama seorang teman, Jack Antonoff, di Electric Lady Studios di New York. “Rasanya rentan dan sedikit menakutkan, tapi menciptakan musik membuat saya bahagia,” ujar Zoë menyoal lagu-lagunya yang mengeksplorasi tema cinta dan kehilangan.

Film karyanya yang diakusisi oleh MGM, Pussy Island—ia menulis naskah film ini selama lima tahun bersama sahabatnya, E.T. Feigenbaum—turut memberinya kebahagiaan. “Film thriller ini tentang seorang pelayan cocktail yang menargetkan seorang pebisnis teknologi nan misterius dan terinspirasi dari bahasan tentang bagaimana perempuan diperlakukan di industri hiburan,” jelas Zoë. “Saya mulai menulis sebelum gerakan #MeToo dimulai dan sebelum insiden Harvey Weinstein, lalu seluruh dunia mulai membicarakannya, saya kemudian mengubah naskahnya berulang kali. Akhirnya menjadi kisah tentang perebutan kekuasaan dan apa arti merebut kekuasaan.” Film ini menjadi debutnya sebagai sutradara, di mana Channing Tatum berperan sebagai sang miliarder.
Ketika saya membahas ini, ia tersenyum seperti yang nampak di wajah Kravitz di foto-foto paparazzi saat bergandengan tangan dengan Tatum. “Saya bahagia,” katanya. Ia tidak peduli saat rumor hubungan mereka diperbincangkan. Saat saya bertanya pada Steven Soderbergh—yang mengarahkan Zoë dalam film Kimi dan mengarahkan Tatum dalam film Magic Mike—untuk mencari tahu bagaimana atmosfer antara keduanya
di lokasi syuting, ia berujar, “Saya berasumsi mereka akan menikmati banyak keseruan.”
Apakah Zoë masih merasa optimis dengan cinta? “Saya merasa optimis dengan kehidupan, dan saya pikir keduanya berjalan secara beriringan,” ujarnya. “Semua relasi dalam hidup saya—persahabatan, percintaan, kekeluargaan—perjalanan ini mengajarkan saya untuk ‘hadir’ secara jujur. Bila tidak bisa hadir, kita harus tahu cara mengkomunikasikan bahwa kita mencintai orang-orang tersebut. Dan bila saya berada di mana pun yang saya rasa cukup, maka semua akan baik-baik saja.”
Di seberang restoran, Zoë melihat sepasang kekasih berbusana serba hitam. Penampilan mereka dilengkapi topi tinggi warna hitam ala Slash, gitaris pentolan Guns N’ Roses. Kami menyaksikan mereka yang tampil begitu menyolok di tengah dekorasi flora bergaya Art Deco restoran tersebut. “Lihat, mereka tidak membaca komentar- komentar orang lain. Mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan. Saya ingin hidup seperti mereka,” ujarnya.