CULTURE

14 Oktober 2024

Satu Dekade Perjalanan Du Anyam: Pemberdayaan Perempuan Melalui Kerajinan Anyaman Indonesia


PHOTOGRAPHY BY Du Anyam

Satu Dekade Perjalanan Du Anyam: Pemberdayaan Perempuan Melalui Kerajinan Anyaman Indonesia

Du Anyam, sebuah usaha sosial yang berfokus pada penyediaan suvenir kantor dan dekorasi rumah yang kental dengan sentuhan khas Indonesia, tahun ini tengah merayakan sepuluh tahun kiprahnya. Berlandaskan visi pemberdayaan perempuan dan pengembangan ekonomi hijau yang inklusif, Du Anyam mengoptimalkan melimpahnya bahan baku lontar di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai sumber daya utama mereka.

Didirikan dengan misi mulia, Du Anyam hadir untuk membantu kaum perempuan di pelosok NTT dalam mendapatkan penghasilan tambahan. Sebelum adanya inisiatif ini, pendapatan utama perempuan di wilayah tersebut terbatas pada sektor pertanian yang sifatnya musiman dan tidak menjamin stabilitas finansial.


Keterampilan menganyam yang dimiliki para perempuan NTT sebelumnya tidak mampu membawa mereka menembus pasar yang lebih luas, meskipun potensi besar tersembunyi di balik anyaman lontar mereka. Namun, selama satu dekade terakhir, Du Anyam secara konsisten memberikan pendampingan serta memperkenalkan produk-produk mereka ke kancah global. Dengan memanfaatkan bahan baku lokal yang melimpah dan meningkatkan keterampilan melalui pelatihan berkala, Du Anyam berhasil membuka akses ke pasar internasional.


Perjalanan Du Anyam dimulai pada tahun 2014, ketika tiga perempuan visioner—Hanna Keraf, Azalea Ayuningtyas, dan Melia Winata—tergerak untuk mengatasi persoalan ekonomi yang mengakibatkan malnutrisi pada ibu dan anak di Flores Timur, NTT. Saat itu biaya kebutuhan sehari-hari masih menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat desa. Mereka seringkali harus menunggu musim panen tiba untuk memperoleh pendapat, sehingga tidak memiliki Tabungan yang cukup dan merasakan kesulitan dalam perencanaan keuangan.


Du Anyam ingin berkontribusi dalam memberikan kesempatan ekonomi kepada perempuan di desa-desa terpencil melalui keterampilan yang sudah dimiliki oleh perempuan di sana, yakni menganyam. Dengan memberdayakan perempuan melalui keterampilan menganyam, mereka menciptakan peluang ekonomi yang mampu mengubah hidup banyak orang. Dalam 10 tahun, kerajinan anyaman lontar yang dulu hanya dikenal di pasar lokal, kini telah dikenal di 52 negara, berkat dedikasi lebih dari 1.600 perempuan penganyam.


Meski perjalanan ini penuh dengan tantangan, komitmen Du Anyam terhadap pemberdayaan perempuan tetap kokoh. Mereka tak hanya menghadapi kendala dalam menjaga kualitas produk kerajinan tangan yang bervariasi, tetapi juga harus mengatasi tantangan logistik yang mahal akibat infrastruktur yang terbatas di wilayah pelosok. Untuk menyiasatinya, Du Anyam menerapkan skala ekonomi dan inovasi desain produk, serta memberikan pelatihan rutin guna memastikan standar kualitas produk ekspor terjaga.


Pendekatan yang diterapkan oleh Du Anyam tak hanya berfokus pada ekonomi, tetapi juga pada pengembangan komunitas. Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam setiap proses pengambilan keputusan, Du Anyam menjaga keharmonisan dengan budaya setempat dan memperkuat rasa kepemilikan di antara para penganyam. Kolaborasi dengan berbagai pihak, baik dari pemerintah daerah, lembaga swasta, maupun mitra internasional, telah menjadi kunci keberhasilan dalam menciptakan perubahan yang berkelanjutan di daerah pelosok.

Du Anyam kini menjadi simbol harapan bagi para perempuan di NTT. Salah satu kisah inspiratif datang dari Mama Surya, seorang perempuan tangguh asal Kupang yang, meski gagal mengejar cita-cita menjadi guru, menemukan harapan baru dalam menganyam. Berkat keterampilannya, kini ia dapat menghidupi keluarganya dan menyekolahkan anak-anaknya, sekaligus berkontribusi pada ekonomi desa.


Melalui dukungan berbagai pihak, termasuk dari DBS Foundation dan Kementerian Koperasi dan UKM, Du Anyam mampu mengembangkan usahanya hingga tingkat global. Dukungan ini bukan hanya dalam bentuk finansial, tetapi juga pelatihan dan pengembangan kapasitas kewirausahaan. Hasilnya, Du Anyam berhasil memperluas dampak sosialnya, sekaligus menjaga kelestarian warisan budaya melalui produk-produk anyaman lontar yang kini menghiasi rumah dan kantor di seluruh dunia.


Keberhasilan Du Anyam selama satu dekade ini menunjukkan bagaimana kewirausahaan sosial dapat menjadi penggerak perubahan, yang tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi perempuan dan memberdayakan lebih banyak perempuan di pelosok Indonesia, tetapi juga untuk melestarikan warisan budaya lokal dan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) serta mewujudkan kesejahteraan yang merata bagi masyarakat Indonesia.