LIFE

22 November 2022

Lewat Beauty Star on TikTok, Richard Leo Patahkan Stigma Konvensional Tentang Maskulinitas dan Kreativitas


PHOTOGRAPHY BY Norman Fideli

Lewat Beauty Star on TikTok, Richard Leo Patahkan Stigma Konvensional Tentang Maskulinitas dan Kreativitas

styling by Sidky Muhamadsyah; grooming Ranggi Pratiwi

Apa yang kita harap temukan ketika ‘berselancar’ di media sosial? Terhubung dengan manusia lain; penghiburan; kabar seputar dunia; atau sebagaimana data statistik TikTok, para penggunanya gemar menonton wawasan seputar kecantikan. Terbukti, konten kecantikan laris peminat dengan jumlah perolehan penayangan mencapai 465,9 miliar kali melalui lima tagar populernya: #GayaDiTikTok, #BeautyTok, #Beauty101, #makeup, dan #skincare. Mengapresiasi para content creator yang telah aktif membangun ruang diskusi kecantikan di platformnya, TikTok Indonesia pun menghelat ajang Beauty Star on TikTok bertemakan Celebrating Your Unique Beauty. Hadir dalam format reality show di mana partisipan dipilih melalui sistem audisi terbuka. Bulan September silam, sang juara telah dinobatkan. Dia adalah Richard Leo, atau yang familier dikenal warga TikTok sebagai @virgooboii.


Richard, sejak kapan Anda mulai memandang digital platform sebagai medium untuk berkarya; dan bahkan menjadikannya sebagai ruang profesi?

“Empat tahun silam, ketika saya mulai menerima penghasilan dari dunia ini; menyadari bahwa apa yang saya lakukan bisa menjadi suatu bidang pekerjaan. Padahal pemikiran itu tidak pernah terpikirkan di awal saya menggeluti makeup dan face painting. Salah satu alasannya adalah tantangan untuk laki-laki berkembang sebagai beauty content creator.”

Apa tantangannya?

“Bidang ini identik dengan perempuan. Saat ada laki-laki tampil menawarkan konten beauty, masyarakat melihatnya sebagai sesuatu yang ganjil. Keberadaan laki-laki sebagai beauty content creator, walaupun sekarang sudah mulai banyak bermunculan, masih dipandang tabu oleh banyak orang. Berbeda halnya dengan laki-laki sebagai makeup artist, ya; profesi itu bahkan sudah lumrah sekali sekarang ini.”

Dengan kondisi double standard itu, apa yang lantas membuat Anda bertahan?

“Saya sudah menjadi beauty vlogger selama delapan tahun; rasanya sayang untuk merelakan semua yang telah saya lewati. Daripada menyerah, saya memilih fokus 100% membuktikan diri mampu menjadi yang terbaik.”

Apa yang ingin Anda suarakan?

“Tujuan saya bukan hadiah. Tapi ingin membuktikan bahwa saya mampu menjadi yang terbaik di bidang ini—makeup. Saya telah banyak menerima sentimen tentang pekerjaan yang saya cintai ini; dipandang sebelah mata oleh masyarakat, teman-teman di sekolah, bahkan keluarga besar menilai bahwa pekerjaan saya tidak ada masa depan. Kecuali ibu; ibu adalah satu-satunya figur yang sangat mendukung aspirasi saya. Saya ingin membuktikan pada mereka yang memandang remeh, bahwa seorang laki-laki bisa hidup sebagai makeup vlogger, dan tidak ada yang salah dari hal tersebut. Makeup sifatnya universal, kok. Semua orang bisa dan boleh menggunakan makeup; tidak peduli gender, warna kulit, dan ras.”

Aplikasi face painting tema Halloween oleh Richard Leo.

Ceritakan pengalaman Anda berpartisipasi dalam Beauty Star on TikTok.

“Sangat menambah wawasan. Bisa memenangkan Beauty Star on TikTok meningkatkan kepercayaan diri dan keberanian saya untuk terus berkarya.”

Dari segenap media sosial, mengapa Anda memilih Tik Tok sebagai platform berkarya?

“Iklim para penggunanya sangat kondusif dan suportif.”

Melalui segala tantangan dan sentimen menghakimi, serta kemunculan beauty-content creator lainnya; bagaimana cara Anda merawat semangat untuk tetap jujur dalam berkarya? 

“Posisi saya sekarang bukan sesuatu yang instan. Selama merintis karier ini pula saya belajar bahwa tidak ada yang lebih baik dari menjadi diri sendiri. Saya cukup lakukan apa yang memuaskan hati saya, dan berpegang teguh pada hal itu.”