LIFE

19 Oktober 2021

Lisa Mosconi: Kesehatan Otak adalah Kesehatan Perempuan


Lisa Mosconi: Kesehatan Otak adalah Kesehatan Perempuan

Dr. Lisa Mosconi muncul di layar Zoom dengan intonasi lembut dan tenang. Ia memiliki cara untuk membuat lawan bicaranya merasa nyaman—sesekali merespon pertanyaan dengan seruan, “That’s an interesting question.” Seolah memahami bahwa kalimat pendek tersebut mampu membuat Anda merasa lebih pintar. Beberapa tahun lalu, Dr. Mosconi meluncurkan Women’s Brain Initiative di Weill Cornell Medicine, New York. Sejak itu, ia dinobatkan sebagai salah satu ‘fi gur teladan perempuan terbaik dalam bidang sains’ oleh The Times dan juga merilis buku terlaris The XX Brain: The Groundbreaking Science Empowering Women to Maximize Cognitive Health and Prevent Alzheimer’s Disease. Ia juga pernah menjadi pembicara TED Talk dengan topik How Menopouse Affects the Brain. Ia mengemukakan bahwa dibanding laki-laki, perempuan lebih mungkin untuk mengidap penyakit Alzheimer —yang memengaruhi sebanyak hampir enam juta orang di AS, di mana hampir dua per tiga dari pasien adalah perempuan. Otak perempuan menua secara berbeda dan menopause memainkan peran kunci. Mari mencari tahu lebih lanjut.

Bagaimana awal mula Anda menjadi seorang ilmuwan dan apa yang menarik dari mempelajari otak perempuan secara khusus?

“Saya lahir dan tumbuh besar di dunia sains. Kedua orangtua saya adalah ilmuwan— fi sikawan nuklir seperti Einstein! Saya selalu mendengar tentang penelitian dan eksperimen yang mereka lakukan. Jadi lumrah rasanya bila kelak saya menjadi seorang ilmuwan. Saya jatuh cinta pada biologi saat duduk di bangku kuliah, lalu mendalami fi siologi, molekul, dan mekanisme. Setelah lima tahun mempelajari ilmu saraf, saya beralih ke kedokteran. Kemudian saya meraih gelar PhD dalam ilmu saraf dan kedokteran nuklir—yang meliputi radiologi dan pemindaian otak.”

Buku Anda, The XX Brain: The Groundbreaking Science Empowering Women to Maximize Cognitive Health and Prevent Alzheimer’s Disease telah diterbitkan di 25 negara dan masuk ke dalam daftar buku terlaris New York Times. Bagaimana perasaan Anda?

“Sangat tersanjung. Kami, para ilmuwan, jarang memiliki suara yang didengar. Biasanya kami hanya melakukan pekerjaan di laboratorium dan berharap suatu hari mungkin seseorang akan mendengar apa yang kami lakukan. Saya senang sekali saat para dokter dan ilmuwan menghubungi saya dan berkata, ‘Wow, saya tidak tahu tentang hal itu dan tentu mengubah cara saya melakukan penelitian.”

Bagaimana cara Anda mengungkap hubungan antara menopause dan Alzheimer?

“Dari keluarga saya sendiri. Saya tumbuh besar bersama nenek. Saat beliau menua, ia mengalami gangguan kognitif hingga mengidap demensia. Dua orang saudara perempuannya pun mengidap demensia. Hingga akhirnya mereka bertiga meninggal karena penyakit tersebut—yakni bagian dari Alzheimer. Nenek meninggal di usia 95 tahun dan telah mengidap demensia selama 10 tahun, demikian juga kedua saudarinya. Tapi tidak dengan saudara laki-lakinya. Saya pun bertanya kepada mentor PhD saya saat itu. Apakah Ibu saya juga akan terkena Alzheimer? Apakah kemudian saya juga akan terkena Alzheimer? Apakah ada perbedaan bila Anda perempuan atau laki-laki? Saat itu, kurang lebih 20 tahun yang lalu, tidak ada orang yang benar-benar tahu. Yang kita pahami hanyalah bahwa prevalensi Alzheimer lebih tinggi untuk terjadi pada perempuan. Mengapa? ‘Karena perempuan hidup lebih lama dibandingkan lakilaki. Dan ini adalah penyakit usia tua,’ jawab mereka saat itu. Pernyataan tersebut tidak masuk akal untuk saya. Karena ketika Anda melihat perbandingan jangka waktu hidup antara keduanya, perempuan tidak benar-benar hidup lebih lama daripada laki-laki.”

Dan kini banyak perempuan kerap merokok dan mengonsumsi alkohol, yang memberi dampak pada pengurangan jangka waktu hidup mereka, apakah benar demikian?

“Benar, mereka seolah berlomba untuk hidup lebih singkat. Berdasarkan statistik, usia perempuan hanya 4,5 tahun lebih panjang daripada laki-laki di Amerika, dan hanya 3 tahun lebih lama di Eropa. Di Inggris, perbedaannya hanya 2,5 tahun. Namun penyakit Alzheimer menjadi penyebab kematian nomor satu hanya untuk perempuan. Tapi yang utama adalah pemahaman bahwa Alzheimer tidak dimulai secara tiba-tiba di usia 70 ke atas, melainkan telah menggerogoti otak dari beberapa dekade sebelumnya. Ini adalah penyakit berbahaya yang dimulai sejak usia paruh baya, dengan proses yang sangat lambat dan bertahap. Maka muncul pertanyaan, apa yang terjadi pada perempuan di usia paruh baya hingga memunculkan bibit Alzheimer? Jawabannya adalah menopause.”

Mengapa otak perempuan sangat terpengaruh oleh menopause?

“Pertama-tama, otak dan ovarium adalah bagian dari sistem neuroendokrin. Setiap saat, otak berbicara pada ovarium dan ovarium merenspon kembali ke otak. Maka kesehatan indung telur sangat terkoneksi dengan kesehatan otak, dan sebaliknya. Di saat yang sama, hormon seperti estrogen tidak hanya terlibat dalam sistem reproduksi, tapi juga dalam fungsi otak. Estrogen adalah kunci sesungguhnya bagi produksi energi pada otak. Karenanya, interaksi dengan sistem reproduksi menjadi sangat penting untuk proses penuaan otak perempuan. Setiap jenis kelamin memiliki hormon berbeda; laki-laki memiliki lebih banyak testosteron, dan perempuan memiliki lebih banyak estrogen. Tapi yang harus digarisbawahi adalah bahwa hormon-hormon ini memiliki jangka umur yang berbeda. Testosteron pada laki-laki tidak akan habis hingga akhir hayat. Sedangkan estrogen pada perempuan mulai memudar di usia paruh baya atau selama menopause. Di saat perempuan mengeluh tentang rasa gerah yang keluar dari tubuh, keringat di malam hari, insomnia, penyimpangan memori, depresi, dan kecemasan, gejala-gejala tersebut tidak berasal dari ovarium, melainkan dari otak. Keluhan-keluhan tersebut adalah gejala neurologis. Perempuan seharusnya mampu memproses bahwa otak kita tengah mengalami perubahan dan perlunya menjaga diri agar otak memiliki kesempatan untuk penyesuaian kembali, menilai dan menyusun kembali, untuk kemudian dapat bergerak maju. Proses tersebut adalah yang tengah kami pelajari saat ini, bagaimana perempuan bisa menjalani menopause secara ‘anggun’.”

Lalu bagaimana cara kita melindungi otak?

“Terapi penggantian hormon menjadi salah satu pilihan. Penelitian menunjukkan hormon berdosis rendah dapat membantu mengurangi gejala seperti sensasi gerah yang dikeluarkan tubuh, munculnya keringat di malam hari, dan mengurangi risiko osteoporosis hingga efek kardiovaskular. Walau demikian, mengonsumsi hormon perlu diawasi secara medis mengingat banyaknya kondisi perempuan yang tidak memenuhi syarat karena mempunyai potensi yang bisa meningkatkan risiko untuk kondisi kesehatan lainnya, misalnya kanker. Maka harus diingat bahwa berurusan dengan gejala menopause adalah hal berbeda dengan upaya dalam mencegah Alzheimer.”

Apa rekomendasi utama Anda?

“Mengonsumsi lebih banyak nabati. Buah-buahan dan sayuran memiliki semua nutrisi penting dan mengandung antioksidan yang menghambat penuaan sel. Selain anti-inflamasi, buah dan sayur juga mengandung semua kebaikan asam lemak serta satu ton vitamin dan mineral yang semuanya mendukung kesehatan hormonal, mengandung serat, serta yang terpenting, kaya akan estrogen. Sumber terbaik adalah kedelai dan produk kedelai, terutama bila difermentasi, misalnya tempe, miso, dan tahu organik. Di luar kategori kedelai juga ada kacang polong, aprikot kering, plum kering, biji-bijian, kacangkacangan, dan buah-buahan; terutama kategori buah beri dan buah tropis. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang mengonsumsi tiga cangkir buah beri per minggu memiliki risiko penurunan kognitif yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsinya. Dan perempuan yang mengonsumsi buah tropis satu kali dalam seminggu memiliki kesuburan yang lebih baik. Selain itu, jangan lupakan dark chocolate yang mengandung fitoestrogen!”

Untuk mencegah Alzheimer dan penurunan fungsi otak, perlukah kita melatih otak? Mungkin dengan membaca?

“Benar. Kuncinya adalah untuk sesering mungkin melakukan proses belajar. Karena proses belajar memberi pelatihan pada otak seperti olahraga pada otot. Proses belajar bisa menempatkan otak di bawah tekanan dengan cara yang baik dan merangsang neuron. Jika Anda suka menonton film, maka tontonlah film dokumenter sesekali. Bisa juga menonton lektur TED Talks, seperti saya. Jika suka memasak, cobalah resep baru. Apa pun hobi yang Anda miliki, apa pun yang membuat Anda bahagia, selalu ada cara belajar untuk merangsang fungsi otak Anda.”

Baru-baru ini The Times menominasikan Anda sebagai salah satu figur teladan perempuan terbaik di bidang sains …

“Ibu saya menangis saat mendengar kabar ini. Seluruh keluarga mengungkapkan betapa terkejutnya mereka, dan sesungguhnya saya pun demikian. Berita ini benar-benar membuat saya menghargai segala upaya yang telah saya lakukan. Awalnya saya pikir The Times membuat berita tentang ‘nama-nama ilmuwan yang sedang naik daun’, tapi betapa terkejutnya saya saat membaca nama pertama yang tercantum adalah Marie Curie, nama kedua adalah Jane Goodall. Lalu apa yang saya lakukan hingga ikut tercantum di sana? Sungguh sebuah kehormatan besar. Berita ini jelas memberi saya lebih banyak ‘suara’ dan lebih banyak ‘pendengar’, karena berasal dari media yang memiliki reputasi besar dan sangat terpercaya. Karena hal ini pun saya bisa melakukan percakapan dengan orang-orang seperti Anda yang memiliki kemampuan untuk membawa topik ini ke tingkat berikutnya dan menjangkau lebih banyak lagi perempuan. Saya ingin generasi muda mengetahui bahwa ada banyak ilmuwan perempuan seperti saya yang berjuang sepenuh hati untuk membuat perbedaan.”

Membahas tentang menopause selalu menjadi hal yang tabu di masyarakat kita. Menurut Anda, apakah saat ini dunia lebih terbuka untuk membicarakannya?

“Saya tidak tahu mengapa, tapi menopause telah menjadi topik tabu yang besar sejak dulu kala. Namun kini, topik kesehatan perempuan ikut dimunculkan dari aksi majunya hak-hak perempuan dan gerakan feminis. Lewat gerakan #MeToo, semakin banyak perempuan yang berdiri dan bersuara lantang untuk perempuan lain, seperti menyuarakan fakta bahwa perempuan tidak digaji setara dengan laki-laki, lebih sulit mendapatkan promosi jabatan, dan bahkan keamanan fisik yang masih saja terancam karena kekerasan rumah tangga. Dan semakin banyak perempuan yang mendorong pemerintah untuk bersikap, baik di dunia politik, keuangan, atau perawatan kesehatan. Progres besar ini pada akhirnya akan ikut mendukung aksi penelitian kesehatan perempuan yang notabene didanai oleh pemerintah.”

Di zaman ini, menjadi muda adalah perkara yang sangat penting. Bagaimana caranya agar kita bisa membuat menopause sebagai hal lumrah tanpa menerima prasangka negatif?

“Betul, ini stereotip masyarakat. Saat saya menginjak usia 40, yang pertama saya dapatkan adalah iklan botox. Betul-betul penghinaan. Di lain sisi, jika laki-laki menua, yang mereka dapatkan adalah perayaan akan pencapaian. Menopause dikaitkan dengan penuaan, dan penuaan adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh siapa pun. Agak aneh bagi saya, karena saya justru merasa jauh lebih baik saat ini dibandingkan 20 atau 10 tahun lalu. Di usia saat ini, saya paham siapa diri saya, seperti apa penampilan saya, apa yang saya rasakan, dan apa yang saya inginkan. Perempuan yang lebih muda rasanya perlu melihat perempuan lain menua dengan baik dan bahagia, yang bahkan bisa melakukan sejumlah hal hebat untuk melindungi kesehatan mereka yang lebih muda.”

Apa yang menjadi alat terbaik bagi kesehatan otak?

“Alat terbaik adalah diet, olahraga, tidur, pengurangan stres, dan pemeriksaan kesehatan tahunan. Diet merupakan salah satu cara untuk mendapatkan estrogen. Tapi penting juga untuk menghindari hal-hal yang bisa menekan estrogen kita, terutama stres. Stres benar-benar dapat ‘mencuri’ estrogen Anda yang disebabkan oleh kortisol (hormon stres). Jangan pernah menyepelekan stres, karena tidak hanya sekadar membantu hari Anda menjadi lebih baik, tapi juga kelangsungan fungsi otak Anda.”