11 Februari 2021
Dinamika Persahabatan Mira Lesmana & Riri Riza
Mira Lesmana dan Riri Riza berbicara terbuka perihal menjaga hubungan pribadi dan profesional. Esensi tentang pertemanan dan batasan yang dibutuhkan.
Bagaimana kisah perkenalan Anda berdua?
Mira Lesmana: “Tahun 1994 pertama kali saya mengenal Riri Riza. Saat itu saya sedang mencari seseorang yang mengerti film untuk membantu memproduksi iklan televisi. Setelah itu, saya melibatkan Riri di produksi tayangan Anak Seribu Pulau, proyek pertama kami sebagai produser dan sutradara. Saya makin tambah yakin dengan kemampuannya Riri. Tahun 1995 bersama Nan Achnas dan Rizal Mantovani, kami berdua bikin film Kuldesak yang akhirnya mendobrak industri perfilman Tanah Air yang saat itu sedang mati suri.”
Lain halnya dengan keluarga, kitalah yang memilih dengan siapa kita ingin berteman. Bagaimana Anda menemukan kecocokan satu sama lain?
Riri Riza: “Kecocokan itu terjadi natural tanpa dibuat-buat. Karena sama-sama lulusan IKJ, film-film yang dibahas biasanya enggak terlalu jauh berbeda. Selera musik kami juga mirip. Kami saling bertukar informasi dan berbagi pengetahuan. Selain itu, saya dan Mira memiliki etos kerja yang sama.”
Mira Lesmana: “Seperti halnya menemukan jodoh, bisa cocok dengan seseorang itu juga disebabkan adanya unsur keberuntungan. Sesuatu yang tidak bisa dipaksakan jika memang bukan jalannya. Kecocokan dalam hubungan itu biasanya terjadi karena banyak kesamaan. Dan saya percaya, ada peran semesta yang ikut bekerja di dalamnya.”
Aturan-aturan apa yang Anda terapkan dalam menjaga hubungan pertemanan?
Mira: “Kami saling tidak ikut campur urusan yang bersifat pribadi.”
Riri Riza: “Bersikap terbuka dan tidak memaksa. Seumpama tidak bertemu di satu titik, maka kami mencoba jalan lain dan melepas ego masing-masing.”
Seberapa besar arti seorang Riri Riza buat Anda?
Mira Lesmana: “Riri Riza adalah faktor penting dari setiap karya-karya Miles Films. Bagaimana saya dan perusahaan ini terbentuk tidak lepas dari peran Riri. Kami bertumbuh dan bersama- sama melewati proses pendewasaan. Seorang teman kami pernah bilang, mudah-mudahan kami berdua selalu rukun. Bukan karena Riri Riza tidak bisa sukses tanpa Mira Lesmana. Namun banyak orang menginginkan agar kami terus bersama dalam melewati kesuksesan ataupun kegagalan. Ya, saya ingin bisa bahagia bareng saat sukses dan menangis bersama jika gagal.”
Seberapa jauh peran Mira Lesmana dalam perjalanan hidup dan karier Anda?
Riri Riza: “Tidak sedikit pilihan dan jalan hidup saya terjadi karena berinteraksi dengan Mira. Saya lulus kuliah saat perfilman Indonesia sedang bangkrut, kemudian dipertemukan dengan Mira Lesmana, sosok penting yang membawa pencerahan bagi industri film Indonesia. Ia seseorang yang sangat berperan dalam menentukan arah pilihan dan membentuk karya-karya saya. Nyaris semua proses kreatif saya terjadi akibat percakapan intens dengan Mira Lesmana.”
Seorang sahabat datang dalam bentuk satu paket dengan kekurangan dan kelebihannya. Seperti apa dinamika persahabatan Anda berdua?
Mira Lesmana: “Bersahabat selama 26 tahun, tidak ada perselisihan di antara kami yang dibawa terlalu personal. Tentu adakalanya kami saling kesal atau marah. Biasanya saling menahan diri untuk sejenak diam lalu sama- sama cari jalan keluar. Masalah apa pun bisa diselesaikan jika kita mau berkompromi. Dan kelemahan seseorang tidak semestinya dianggap sebagai suatu gangguan. Kita semua pada akhirnya memang harus saling memaklumi dan memaafkan.”
Menurut Anda, apa yang paling merusak suatu persahabatan?
Mira Lesmana: “Saya seringkali melihat kesuksesan jadi batu ujian bagi sebuah hubungan persahabatan. Sukses dan uang yang berlimpah kerap kali menggelapkan mata yang pada akhirnya bikin pertikaian. Berebut bagian siapa dapat lebih banyak atau konflik yang dilandaskan ketidakpercayaan. Bersahabat itu mungkin terasa asyik-asyik saja. Sampai ketika bergelimang uang dan materi, maka pada saat itulah hubungan manusia diuji.”
Apa hal terpenting yang harus ada dalam menjaga pertemanan?
Riri Riza: “Kesamaan dalam berpikir dan memandang sesuatu. Tentang bagaimana kami melihat suatu ideologi, menilai kemanusiaan, memandang nilai kekeluargaan dan rasa hormat, serta memahami sinema. Selain itu mesti ada penerimaan terhadap kekurangan orang lain. Toleransi dan respek itu harus ada dalam bentuk relasi apa pun yang menginginkan hubungannya langgeng.”
Yayasan Bakti Untuk Bangsa Bekerja Sama dengan Happy Hearts Indonesia Merevitalisasi Infrastruktur PAUD Ar Rafa Bogor
Juara Mission Blue Hope Spot Rili Djohani Dedikasikan Puluhan Tahun Melindungi Keanekaragaman Hayati Laut di Bali dengan dukungan dari Rolex Perpetual Planet Initiative
Melihat Lebih Dekat Upaya Rolex Melindungi Ekosistem Kelautan di Teluk Exmouth dan Wilayah Warisan Dunia Pantai Ningaloo